KTT G7: Memberikan Prioritas untuk Afrika dan Tindakan Darurat

(VOVWORLD) - Dari tanggal 13 sampai 15 Juni, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Grup Tujuh (G7) diselenggarakan di Borgo Egnazia, wilayah Puglia, Italia Selatan. Konferensi ini berlangsung pada latar belakang negara-negara Barat harus menangani banyak tantangan besar dari konflik-konflik geopolitik dan ekonomi di dunia, bersamaan dengan itu, pemimpin beberapa negara G7 mengalami kesulitan besar di kancah politik dalam negeri.

Sebagai negara Ketua bergilir G7 (yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada dan Jepang), Pemerintah Italia telah mengundang Paus Franciskus beserta pemimpin banyak negara dan organisasi internasional seperti: Brasil, Argentina, India, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia, Bank Investasi Afrika, dan lain-lain untuk menghadiri konferensi tersebut.

KTT G7: Memberikan Prioritas untuk Afrika dan Tindakan Darurat - ảnh 1KTT G7 berlangsung di Kotel Borgo Egnazia, Puglia (Italia) dari 13 sampai 15 Juni (Foto: DPA)

Prioritas besar untuk Afrika

Sebagai negara yang terletak di tempat yang menghubungkan Eropa dan Afrika, negara tuan rumah Italia menempatkan Afrika sebagai pembahasan utama pada KTT G7 tahun ini. Pada acara pembukaan yang berlangsung pada tanggal 13 Juni sore, di Borgno Egnazia, Perdana Menteri (PM) Italia, Ibu Giorgia Meloni, menegaskan bahwa KTT G7 yang diselenggarakan oleh Italia di satu kotamadya di Italia Selatan telah menunjukkan tekad dialog dengan dunia Selatan, khususnya Afrika.

“Sebagai Ketua G7, Italia ingin menyediakan ruang yang lebih besar kepada  benua-benua lain yang memainkan peranan ensensial  terhadap masa depan kita, yaitu Afrika. Dengan semua kesulitan dan kesempatan dari benua ini menuntut kita supaya memiliki cara akses yang berbeda dengan apa yang sudah dilakukan pada masa lampau”. 

Guna mengkonkretkan semua prioritas aksi untuk Afrika, sejak awal tahun ini, Pemerintah Italia telah merekomendasikan “Rencana Mattei” dengan pos keuangan semula senilai 5,5 miliar Euro (sama dengan 5,9 miliar USD) untuk mendorong pola-pola kerja sama yang berkelanjutan di bidang energi, pendidikan, kesehatan, pertanian, lingkungan di negara-negara Afrika. Gagasan dari Italia ini mendapat respon positif dari para pihak. Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, Afrika pantas dengan perhatian ini karena benua ini memiliki sumber daya mineral raksasa, memainkan peranan yang sangat penting untuk proses transformasi energi di dunia, tetapi sekarang setiap tahun menyumbang kurang 1% kapasitas pemasangan energi terbarukan di dunia. Oleh karena itu, G7 perlu meningkatkan bantuan keuangan dan teknologi untuk Afrika serta negara-negara berkembang lainnya dalam menghadapi perubahan iklim.

Di samping pembahasan-pembahasan tentang pembangunan Afrika, dalam agenda KTT G7 tahun ini juga diadakan sidang-sidang tentang perubahan iklim, situasi di kawasan Timur Tengah, konflik di Ukraina, migrasi, kawasan Indo-Pasifik dan satu sidang istimewa yang berfokus pada bidang kecerdasan buatan dan energi.

Tindakan darurat

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KTT G7 tahun ini berlangsung pada latar belakang dimana isu-isu dalam negeri di beberapa negara anggota sedang berancam mendominasi topik-topik besar pada konferensi ini.

KTT G7: Memberikan Prioritas untuk Afrika dan Tindakan Darurat - ảnh 2Pemimpin negara-negara pada KTT G7, di Italia (Foto: AFP / VNA)

Presiden AS, Joe Biden, PM Kanada, Justin Trudeau dan PM Jepang, Fumio Kishida sedang menerima kepercayaan yang rendah, di antaranya Joe Biden harus menghadapi banyak tekanan dari kampanye pemilihan presiden dan madalah pribadi terkait dengan kasus pengadilan terhadap anak laki-lakinya Hunter Biden. Khususnya, di Eropa, Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz menghadapi kegagalan besar di pemilihan parlemen Eropa sehingga membuat prestise politiknya menurun. Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan PM Inggris, Rishi Sunak juga akan memasuki pemilihan yang sangat berisiko dalam waktu tiga pekan mendatang, yaitu pemilihan umum dini di Inggris pada tanggal 4 Juli dan pemilihan legislatif di Prancis pada tanggal 30 Juni dan tanggal 7 Juli.

Oleh karena itu, menurut Profesor Hubungan Internasional di Universitas Luiss (Italia), Raffaele Marchetti, KTT G7 tahun ini bersifat lebih mendesak dari pada sebelumnya, dan pemimpin negara-negara G7 semuanya mempercepat rencana yang lebih berani terkait konflik geopolitik (Ukraina, Jalur Gaza), persaingan ekonomi, pengelolaan AI, hubungan dengan Tiongkok, dan sebagainya, sebelum ada perubahan-perubahan besar di kancah politik dalam negeri. 

Mengenai pandangan ini, peneliti Riccardo Alcaro, dari Institut Hubungan Internasional Italia, beranggapan bahwa pengaruh G7 sedang harus menghadapi banyak tantangan ketika kelompok ini tidak lagi memegang kekuasaan dalam penetapan agenda global. Oleh karena itu, para pemimpin G7 harus menunjukkan tekad aksi yang kuat dan lebih cepat pada saat ini.

Komentar

Yang lain