Mengapa pasukan aliansi belum bisa membasmi IS

(VOVworld) – Kota-kota penting dan strategis di Irak dan Suriah secara berturut-turut mengalami kegagalan dalam melawan organisasi yang menamakan diri “Negara Islam” (IS) pada hari-hari belakangan ini, tanpa memeprdulikan operasi serangan udara yang dilakukan pasukan aliansi Amerika Serikat- Eropa- Arab yang sudah memakan waktu berbulan-bulan ini. Situasi ini sedang mengajukan tantangan terhadap Amerika Serikat dan Barat dalam meninjau kembali dan mengubah strategi  untuk melawan pasukan tersebut.


Mengapa pasukan aliansi belum bisa membasmi IS - ảnh 1
Pasukan IS menduduki kota Ramadi (Irak).
(Foto:vov.vn).

Hanya dalam waktu 5 hari saja, organisasi yang menamakan diri “Negara Islam” (IS) terus-menerus menduduki dua kota penting  yalah Ramadi (Irak) dan Palmyra (Suriah). Di Irak, dengan pendudukan  kota Ramadi, Ibukota propinsi  Anbar yang paling besar di Irak, IS lebih dekat dari pada yang sudah-sudah sedang menuju di dekat Baghdad (Ibukota Irak). Sedangkan di Suriah, tidak hanya menduduki  kota tua  yang berusia 2000 tahun Palmyra ini, lebih dari 50 persen luas wilayah Suriah juga berada dibawah kontrol pasukan IS, diantaranya hampir semuanya merupakan kawasan-kawasan yang mengandung minyak tambang. Kekalahan-kekalahan berturut-turut ini telah “menyiramkan  air dingin”pada upaya-upaya yang dikakukan pasukan aliansi anti IS pimpinan Amerika Serikat pada latar belakang  strategi militer pasukan aliansi ini sedang mendapat kecaman secara berat.

Kekahalan yang dialami pasukan aliansi?

Setelah kekalahan-kekalahan yang berturut-turut, serenteran pakar militer dan legislator Amerika Serikatg telah mencela strategi anti IS dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Banyak analis beranggapan bahwa  Amerika Serikat, Eropa dan Arab sedang membuka satu operasi anti IS tanpa koordinasi yang perlu. Jelaslah bahwa tidak ada  indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa IS sedang menjadi lemah. Hal yang patut diperhatikan yalah segera sebelum IS menduduki kota-kota strategis di Irak dan Suriah, pemerintah di Washington, London dan negara-negara Arab tetap masih mengajukan pemberitahuan - pemberitahuan yang mengembirakan tentang situasi pembasmian IS, bahwa IS sedang dipukul mundur menjadi semakin lemah karena kekurangan sumber keuangan dan senjata secara serius. Tetapi jelaslah bahwa kenyataan telah membuktikan hal yang sebaliknya. Tidak hanya di Irak dan Suriah saja, IS juga meningkatkan serangan-serangan di tempat-tempat lain, misalnya Arab Saudi dan Yaman.

Washington juga harus mengeluarkan pengakuan bahwa pasukan aliansi anti IS sedang harus menghadapi satu “langkah mundur”, meskipun menolak tuduhan bahwa IS sedang mengalami kemenangan. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menegaskan bahwa  Amerika Serikat “pasti tidak kalah” dalam perang anti IS dan sudah sampai waktunya harus menyesuaikan strategi anti IS. Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates juga menegaskan bahwa pemasokan sistem rudal anti tank baru  kepada Tentara Irak hanya merupakan reaksi sementara saja. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan politik dan militer secara berjangka panjang belum dipecahkan. Akan tetapi, sampai sekarang ini, bagaimana perubahan strategi baru anti IS  belum dijawab Amerika Serikat  dan pasukan aliansi  secara berhasil-guna.

IS sedang semakin beradaptasi dan memperluas daerah pendudukan

Sampai sekarang, satu pertanyaan besar yang diajukan yalah mengapa IS semakin memperluas wilayah pendudukan-nya. Bukan hanya begitu saja, IS semakin  kejam dengan pemancungan kepala terhadap para sandera secara mengerikan, misalnya memancung dan membakar manusia. Menurut beberapa pakar, IS telah beradaptasi secara berhasil-guna untuk menghadapi serangan-serangan udara yang dilakukan pasukan aliansi. Untuk bisa melakukan pekerjaan ini, para milisi IS sekarang ini mendapat beberapa keunggulan terbanding dengan pasukan infanteri negara-negara setempat yaitu pengalaman berperang dan proses pendidikan. Kalau sejak tahun 2007 ke masa sebelumnya, IS muncul dengan skala kecil dan terpencar-pencar, pelatihan pada pokoknya yalah mencetak alat meledak untuk melakukan serangan terhadap pasukan-pasukan pemerintah, maka tiga tahun belakangan ini, pelajaran-pelajaran pasukan IS lebih berbahaya lagi ketika berfokus pada pelajaran-pelajaran taktis dan strategis. Sebelumnya, IS mengadakan perang konvensional, mengatur pasukan dengan berskala besar dengan senjata berat, maka mudah dibasmi. Tetapi sekarang ini, IS telah berpindah beraktivitas secara gerilya dengan banyak kelompok serdadu yang jumlahnya sedikit, menggunakan senjata ringan, mengenakan pakaian biasa, bergerak pada malam hari, berbaur kepada komunitas warga daerah. Pola IS berpindah ke tidak terpusat, semua benggolan daerah-daerah mendapat peningkatan kekuasaan.

Oleh karena itu, IS tampaknya  semakin berkembang. Perihal IS bisa beraktivitas  secara stabil dan berlarut-larut tanpa mempedulikan serangan-serangan udara Amerika Serikat dan sekutunya pada waktu lalu dijelaskan  karena ada arus uang raksasa  yang diperoleh dari  sumur-sumur minyak  di Suriah Timur yang mereka duduki  pada akhir tahun 2012. Di samping itu, keuangan IS juga ditambah dengan perdagangan gelap barang-barang antik yang dirampas ketika menduduki  kawasan-kawasan.


Memerlukan satu strategi komprehensif
.

Dalam menghadapi perkembangan-perkembangan sekarang, penetapan satu strategi komprehensif dan berjangka panjang terhadap IS adalah sangat mendesak.Dulu, sudah ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa kalau Amerika Serikat dan pasukan koalisi hanya bisa melakukan serangan udara, maka tidak akan pernah bisa menghapuskan IS, barang kali hanya menimbulkan kerugian infrastruktur dan memaksa pasukan IS bersembunyi secara  lebih dalam. Faktor untuk  mengalahkan IS hanya-lah pasukan infanteri. Namun, Amerika Serikat dan NATO sekarang semuanya menolak mengerahkan pasukan ikut berperang, hanya berfokus memberikan latihan terhadap para serdadu dari negara-negara di kawasan. Cara pendekatan Washington dalam perang anti IS sekarang ialah kombinasi antara melatih lagi  dan membangun lagi tentara Irak, pemboman terhadap sasaran-sasaran IS tanpa menggunakan pasukan infanteri. Tapi tarap keelitan pasukan-pasukan bersenjata  ini  sedang merupakan hal yang patut dibahas. Kehilangan Ramadi di tangan IS  telah menunjukkan kelemahan  tentara Irak ketika pasukan ini sudah sejak lama  telah menjadi lemah dari internal karena korupsi dan nepotisme dan hal yang paling penting ialah kemampuan memimpin yang lemah dari Pemerintah.

Banyak pendapat mengatakan bahwa sudah sampai waktunya Amerika Serikat harus mengajukan strategi-strategi baru. Kalau dilihat dari kenyataan, IS tetap kuat setelah menderita lebih dari  4000 serangan udara  yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan pasukan koalisi selama 9 bulan ini  di Irak dan Suriah. Apa yang diperlukan oleh  serangan-serangan udara? atau melakukan perang di darat. Sekarang, jawabannya sedang menantikan keterangan di sidang dari persekutuan anti IS yang telah dijadwalkan pada 2 Juni mendatang  di Paris, Perancis./.



Komentar

Yang lain