Tugas sulit yang dihadapi Perdana Menteri Inggris, Theresa May

(VOVWORLD) - Menurut jadwal, Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May, Kamis (13/12) melakukan pertemuan dengan Dewan Eropa untuk mengusahakan dukungan terhadap perubahan atas beberapa ketentuan dalam permufakatan sementara tentang Brexit. Pertemuan ini segera berlangsung setelah Kepala Kabinet Inggris itu memenangkan pemungutan suara  tentang mosi tak percaya dari Partai Konservatif yang berkuasa. Hasil ini merupakan hal yang menyemangati PM wanita Inggris dalam menghadapi pertemuan yang penuh dengan kesulitan dengan Dewan Eropa untuk membahas masalah Brexit.
Tugas sulit yang dihadapi  Perdana Menteri Inggris, Theresa May - ảnh 1PM Inggris, Theresa May. (Foto: vnplus) 

Pemungutan suara tentang mosi tak percaya tersebut dilakukan setelah PM Inggris, Theresa May memutuskan menunda pengesahan permufakatan Brexit di Majelis Rendah pada 11/12 ini seperti rencana semula, karena kemungkinan gagal sudah hampir pasti, ketika kira-kira 100 legislator (di antara 317 legislator) Partai Konservatif menegaskan akan memberikan suara kontra. Jumlah legislator yang menentangnya menganggap bahwa permufakatan sekarang ini akan membuat negara Inggris terus terikat  dengan Uni Eropa tanpa batas waktu dan tidak bisa bebas merundingkan permufakatan-permufakatan dagang dengan para mitra lain di luar Uni Eropa pasca Brexit.

Mengatasi rintangan di dalam negeri

Pada latar geolanggang politik di Inggris sedang mengalami kekisruhan karena rancangan permufakatan sementara tentang Brexit yang dicapai antara Inggris dan Uni Eropa pada 25/11 lalu, maka perihal lebih dari 63% jumlah legislator Partai Konservatif mendukung Ibu Theresa May tetap memegang jabatan menunjukkan bahwa mereka masih tetap menginginkan agar Ibu Theresa May meneruskan misi membawa Inggris keluar dari Uni Eropa. Ini merupakan sumber dorongan semangat yang tidak kecil terhadap PM wanita Inggris menjelang pertemuan dengan Dewan Eropa di Brussel, Ibukota Belgia untuk mengusahakan dukungan dalam menyempurnakan beberapa isi permufakatan sementara. Para pendukung Theresa May memuji hasil pemungutan tentang mosi tak percaya sebagai kemenangan penting pada saat sulit yang dihadapi PM wanita ini. Mereka juga berseru kepada Partai Konservatif supaya bersatu dan mendukung progam agenda PM Theresa May.

Tapi, juga perlu melihat pada aspek sebalik-nya. Ada 1/3 jumlah legislator Partai Konservatif yang tidak percaya pada PM wanita ini. Hal itu menunjukkan bahwa internal Partai Konservatif yang berkuasa yang dia pimpin terus mengalami perpecahan yang mendalam karena proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Ketika berbicara setelah ada hasil pemungutan suara, Ibu Theresa May memberitahukan akan merealisasikan keinginan rakyat tentang Brexit, bersamaan itu juga mendengarkan kecemasan-kecemasan dari para legislator yang telah menentangnya.

Terus menghadapi kesulitan dalam proses Brexit

Perihal memenangkan pemungutan suara tentang mosi tak percaya dalam Partai Konservatif tidak mengubah satu kenyataan bahwa tantangan paling besar yang dihadapi PM Theresa May pada hari-hari mendatang yalah bagaimana bisa mengesahkan permufakatan Brexit di Majelis Rendah. Kalau PM Theresa May tidak bisa memperoleh konsesi-konsesi yang cukup meyakinkan setelah pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin Eropa dari sekarang sampai akhir pekan ini, ada sedikit kemungkinan  permufakatan tentang Brexit sekarang akan bisa memperoleh cukup suara dukungan kalau diesahkan kembali  setelah Natal ini.

Meskipun PM Inggris menegaskan tetap sedang mencapai kemajuan-kemajuan dalam perundingan dengan para pemimpn Eropa, tapi tampaknya sulit ada perubahan besar terbanding dengan isi permufakatan sementara tentang Brexit. Hasil nyata dari perlawatan yang dilakukan PM Theresa May  di Belanda, Jerman dan Republik Irlandia menjelang pertemuan dengan Dewan Eropa menunjukkan  bahwa penegasan di atas mempunyai dasar. Meskipun PM Theresa May telah melakukan pertemuan dengan PM Belanda, Mark Rutte yang dinilai bermanfaat dalam persinggahan pertama, tapi tidak ada lagi isi kongkrit yang diumumkan. Sementara itu, di Jerman, Kanselir Angela Merkel menekankan bahwa semua permufakatan yang bersangkutan dengan masalah Brexit hanya bisa ditandatangani dengan Uni Eropa pada umumnya, jadi tidak ditandatangani secara bilateral dengan negara-negara anggota-nya. Kanselir Angela Merkel menegaskan bahwa tidak ada cara yang bisa mengubah permufakatan yang dicapai antara Inggris dengan negara-negara anggota Uni Eropa sisanya, pada 25/11 lalu .

Sebelum-nya, juru bicara Komisi Eropa, Mina Andreeva memberitahukan bahwa Uni Eropa akan merundingkan kembali permufakatan tentang Brexit dan menekakan bahwa Uni ini telah memberikan satu permufakatan “ yang paling baik dan paling implementatif” kepada Inggris.

Tampak-nya, perhatian utama dari Theresa May ialah rencana cadangan untuk perbatasan Irlandia- masalah yang menghadapi tentangan keras dari para legislator Partai Konservatif yang mendukung Brexit keras, akan sulit  mendapat konsesi dari Uni Eropa dalam pertemuan antara Inggris dengan Uni Eropa pada Kamis (13/12) di Brussel, Ibukota Belgia. Kalau hal ini terjadi, maka rancangan sementara tentang Brexit akan sulit diesahkan oleh Majelis Rendah Inggris sebelum 21/1/2019. Dan proses Brexit yang seakan-akan telah bisa diterobos ini terus menjumpai hambatan.

Komentar

Yang lain