Bu Guru Le Thi Hoa dan Perjalanan “Menabur Benih Kasih Sayang"

(VOVWORLD) - Sekitar 20 tahun ini, di Pagoda Huong Lan, Kecamatan Dong Son, Kabupaten Chuong My (Kota Hanoi), ada satu kelas gratis untuk anak-anak “khusus”. Di kelas ini, banyak anak disabilitas intelektual dan difabel, telah mengetahui huruf. Kelas khusus tersebut bernama “Kelas kasih sayang”, beraktivitas sejak tahun 2007 dan dibentuk oleh Bu guru Le Thi Hoa, berusia 50 tahun, guru di Sekolah Dasar Dong Son (Chuong My, Kota Hanoi).

Bu guru Hoa mulai mengajar anak-anak disabilitas intelektual sejak tahun 1997. Pada tahun itu juga, dia menikah dan mengajar di Sekolah Dasar Dong Son (Kecamatan Chuong My). Saat itu, di desa ada banyak anak disabilitas intelektual, tidak bersekolah. Bu guru Hoa kadang-kadang mengundang mereka ke rumahnya. Dapur seluas 10 meter persegi menjadi tempat di mana dia dan anak-anak kurang mujur berlatih menyanyi, bermain lompat tali, dan melukis impian bisa bersekolah. Dia bercerita bahwa saat melihat tanda-tanda huruf yang tertulis dengan arang secara berlekuk-lekuk di lantai dapur, dia memutuskan akan membantu mereka mengetahui kata-kata.

Bu Guru Le Thi Hoa dan Perjalanan “Menabur Benih Kasih SayangBuguru Hoa mengajarkan anak-anak menulis huruf (Foto: VOV)

Saat kelas pertama kali dibuka, Bu guru Hoa memiliki 9-14 pelajar saja. Setelah diketahui banyak orang, dapur yang seluas 10 meter persegi tidak cukup untuk  Bu guru Hoa dan muridnya, dia telah datang ke Pagoda Huong Lan untuk meminta Pendeta Pengurus supaya memberikan izin untuk membentuk kelas. Mendapat persetujuan, dia mengirim surat permintaan kepada pemerintahan berbagai tingkat untuk bisa mengajar. Sejak tahun 2007, kelas kasih sayang beraktivitas secara rutin di pagoda pada setiap akhir pekan.        

Kelas yang seluas kira-kira 80 meter persegi itu dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak-anak yang sudah memahami pelajaran secara baik, sehingga diajar untuk melakukan soal matematika. Kelompok yang kedua adalah anak-anak disabilitas yang lebih parah, perlu diikuti dan dilatih setiap huruf. Dia mengatakan:                                      

“Kami sama guru selalu menasehati diri bahwa kami sangat mujur memiliki anak-anak yang cerdas dan lincah. Tapi, masih ada keluarga-keluarga yang anak-anaknya kurang mujur, maka kami setiap pekan akan menyediakan waktu Sabtu pagi atau Minggu pagi untuk membagikan rasa cinta kepada anak-anak disabilitas, menembus sebagian kerugian yang derita berbagai keluarga”.

Selama kira-kira 20 tahun mempertahankan kelas gratis untuk anak-anak difabel, kelas Bu guru Le Thi Hoa telah mendapat bantuan dari tujuh orang guru yang lain. Ada saat mereka mengajarkan cara membuat soal matematika, kadang-karang menangani perselisihan antara anak-anak. Ibu Pham Thi Hieu, salah satu di antara para Bu guru yang membantu kelas itu menceritakan:

“Saat baru datang ke sana, saya sangat mengagumi para Bu guru pendahulu, saya sudah menangis dan sangat menyayangi ketika bertemu dengan anak-anak, karena mereka mengalami bermacam-macam bentuk difabel. Saya menasihati sendiri akan berupaya sekuat tenaga. Saya mengagumi para Bu guru itu dan hanya melanjutkan pengajaran mereka saja”.

Lebih dari 60 pelajar adalah lebih dari 60 nasib yang tidak mujur. Tapi, mereka telah menemukan kegembiraan dan empati di kelas pimpinan Ibu Hoa yang penuh dengan rasa kasih sayang.                        

“Nama saya Tran Huong Thao, berusia 9 tahun. Saya sangat mencintai Bu guru Hoa karena dia sangat menyayangi saya. Dia secara rutin memberikan bingkisan, mengajar saya semua hal yang baik, harus tahu membantu orang lain dan jangan melakukan hal-hal yang buruk”.

“Saya berusia hampir 20 tahun. Sangat suka ketika datang ke sini. Para bu guru sangat menyayangi murid. Saya mencintai semuanya.

 "Nama saya Can Thi Khue, berusia 29 tahun. Saya sudah belajar di sini selama 17 tahun. Sangat gembira ketika dapat belajar cara hidup yang kuat. Para bu guru di kelas ini sangat menyayangi anak-anak”.        

Dengan rasa kasih sayang dan kesabaran untuk anak-anak, Bu guru Le Thi Hoa dan para guru yang lain di kelas rasa kasih sayang di Pagoda Huong Lan sedang berupaya setiap hari dalam perjalanan mengajar anak-anak difabel, menaburkan benih-benih harapan untuk nasib-nasib yang kurang mujur.

Komentar

Yang lain