Kuil Dewa-Kuil Dewi: Tonggak Budaya Di Ujung Tanah Air

(VOVWORLD) - Jarang ada tempat di satu sungai ada dua kuil yang sakral dan saling berhadapan yang bersejarah seperti Mieu Ong (atau Kuil Dewa) dan Mieu Ba (atau Kuil Dewi)  di Kabupaten Ba Che, Provinsi Quang Ninh, Vietnam Utara. Situs peninggalan Kuil Dewa-Kuil Dewi membuktikan proses menaklukkan  alam, membuka wilayah  perbatasan di sebelah utara Tanah Air, serta usaha melawan kaum agresor untuk membela tanah air. 
Tidak hanya merupakan alamat bagi kegiatan kepercayaan dari warga etnis-etnis sesaudara di Kabupaten Ba Che, Provinsi Quang Ninh saja, tetapi tempat ini juga menjadi destinasi untuk para wisatawan dari seluruh penjuru tanah air setiap kali  Musim Semi dan Hari Raya Tahun Baru Tradisional Imlek tiba.
Kuil Dewa-Kuil Dewi: Tonggak Budaya Di Ujung Tanah Air - ảnh 1Kuil Dewa (Foto: baoquangninh.com.vn)

Dalam mars strategis untuk menciptakan posisi dan kekuatan melawan kaum agresor Yuan-Mongol pada 2/1285, Pensiunan Raja Tran Thanh Tong dan Raja Tran Nhan Tong telah menyeberangi sungai Ba Che (yang panjangnya 80 Km). Menghadapi kekuatan kaum agresor, Hulubalang  Le Ba Duc telah mengerahkan pasukan untuk membawa kedua Raja tersebut ke garis di belakang secara aman. Hoang Minh Duc, Wakil Sekretaris Komite Partai Komunis Kecamatan Nam Son, Kabupaten Ba Che, Kepala Badan Pengelolaan Situs Peninggalan Kuil Dewa-Kuil Dewi mengatakan:

“Zona Kuil Dewa-Kuil Dewi ini  mempunyai posisi militer strategis, merupakan tempat latihan para prajurit. Pada saat itu, kekuatan agresor sangat kuat, Kedua Raja Tran telah menarik diri ke Thanh Hoa, hanya Hulubalang Le Ba Duc yang  tetap berkedudukan di sana untuk terus melawan kaum agresor”.

Kuil Dewa-Kuil Dewi: Tonggak Budaya Di Ujung Tanah Air - ảnh 2Kuil Dewa (Foto: thethaovanhoa.vn)

Diceritakan para lansia bahwa Kuil Dewa dibangun untuk menyembah Hulubalang Le Ba Duc. Kuil ini menghadap ke arah barat daya, dulu luasnya sekitar 50 meter persegi, atapnya dilapisi genting yin-yang, dindingnya dibangun dengan batar terakota, dikelilingi halaman luas yang ditanami dengan  banyak pohon. Setelah Revolusi Augustus 1945, kuil ini menjadi tempat penyelenggaraan “Binh dan hoc vu” (atau gerakan menghapuskan buta huruf)  dan menjadi arena main bagi anak-anak di daerah. Pada tahun 2015, situs ini dipugar kembali menjadi kuil yang punya 3 bagian, dua kamar, atapnya dilapisi genting menengadah, posisinya “bersandar di gunung dan berdiri di atas air” sangat indah.

Berhadapan dengan  Kuil Dewa di tepi sungai adalah Kuil Dewi-tempat menyembah “Mau Thuong Ngan”  (atau Dewi Hutan). Menurut legenda, Dewi adalah anak perempuan Son Tinh (yaitu Raja Gunung) dan Putra My Nuong (yaitu anak perempuan Raja Hung ke-18). Ia telah mengajar warga  daerah pegunungan  cara menanam pohon buah-buahan, menanam padi di huma, membuat terasering, membangun perumahan, memetik pohon herbal untuk membuat obat-obatan dan sebagainya.

Pada tanggal satu bulan tiga (kalender imlek) setiap tahun, warga di sana menyelenggarakan Pesta Kuil Dewa – Kuil Dewi. Keunikan pesta ini yakni acara mengarak  air dari sungai Ba Che ke Kuil Dewa untuk melaksanakan upacara Moc Duc (atau memandikan patung) dan sebagainya. Dalam pesta tersebut juga diadakan banyak mainan rakyat seperti lomba membungkus kue Chung, melempar Con, menangkap bebek dengan mata dibalut dan sebagainya.

Selama bertahun-tahun belakangan ini, Kuil Dewa-Kuil Dewi juga menjadi tempat yang menyerap kedatangan para wisatawan. Ketika tiba di sana, para wisatawan dapat berwisata dengan perahu di sungai Ba Che, mengunjungi hutan bakau Dong Rui di Kabupaten Tien Yen yang luasnya sebesar lebih dari 3.000 Hektar. Saudari Le Vu Hang, wisatawan asal Kota Ha Noi menilai:

“Ini untuk pertama kalinya saya tiba di sana, satu bumi yang sangat tenang tenteram. Tempat ini juga merupakan tempat pemukiman orang Vietnam bermacam-macam  etnis. Saya sangat terkesan dengan pemandangan gunung dan sungai di sana, terutama sungai Ba Che. Melalui media, saya juga mengenal Kuil Dewa-Kuil Dewi dan hari ini, saya tiba di sana untuk melakukan kunjungan, persembahan dan pencari-tahuan”.

Ha Ngoc Tung, Kepala Badan Kebudayaan dan Informasi Kabupaten Ba Che memberitahukan bahwa, rata-rata setiap tahun, tempat ini menyambut  kedatangan sekitar 10.000 wisatawan untuk melakukan kunjungan dan persembahan di situs Kuil Dewa-Kuil Dewi serta memandangi keindahan sungai Ba Che.

Dengan sejarahnya lebih dari 700 tahun, situs peninggalan sejarah Kuil Dewa-Kuil Dewi akan menjadi alamat religi yang dikonektivitaskan dengan sistem situs peninggalan kuil, pagoda dan situs peninggalan sejarah yang lain di Provinsi Quang Ninh, bersamaan itu, dikonektivitaskan dengan situs-situs peninggalan di daerah  seperti situs peninggalan Tungku keramik kuno, situs peninggalan kawasan segitiga sungai Co Ngua, desa budaya etnis minoritas Dao di Kecamatan Nam Son, Balai Desa Da di kecamatan Thanh Lam dan sebagainya. Semuanya menciptakan satu kompleks situs-situs peninggalan, membentuk berbagai jalur dan tempat yang memenuhi kebutuhan wisatawan dari seluruh penjuru tanah air untuk berkunjung, mencari pengalaman, melakukan penelitian dan pembelajaran”.

Pada akhir tahun 2020, Kuil Dewa-Kuil Dewi di Kecamatan Nam Son, Kabupaten Ba Che, Provinsi Quang Ninh diakui menjadi Situs peninggalan sejarah nasional. Ini merupakan kebanggaan besar bagi warga di sana, menunjukkan satu bumi jejak sejarah yang sudah ada sejak  ratusan  tahun lalu. Kuil Dewa-Kuil Dewi mempunyai nilai sebagai “satu tonggak budaya” abadi, menegaskan kedaulatan wilayah Vietnam di ujung utara dari tanah air. Ini tidak hanya merupakan tempat tujuan untuk kebutuhan kepercayaan warga, wisatawan dari penjuru tanah air saja, melainkan juga merupakan tempat yang mendidik generasi-generasi di kemudian hari untuk menjaga dan mengembangkan moral “minum air, ingat akan  sumbernya” dari bangsa.

Komentar

Yang lain