Musim Tanaman Tampak pada Busana Orang Pa Di

(VOVWORLD) - Orang Pa Di merupakan komunitas etnis dengan populasi yang sangat kecil di Vietnam. Mereka sebagian besar tinggal di Kabupaten Muong Khuong, Provinsi Lao Cai. Mereka pada pokoknya melakukan produksi pertanian dan kehutanan dengan tanaman seperti: plum, pir, kapulaga, teh, kedelai, jagung, beras dan sebagainya. Ekonomi pertanian dan kehutanan tersebut telah menjadi sumber inspirasi bagi kaum perempuan etnis Pa Di untuk berkreasi dengan busana mereka.
Musim Tanaman Tampak pada Busana Orang Pa Di - ảnh 1Busana wanita etnis minoritas Pa Di (Foto: VOV)

 

Busana wanita Pa Di terbuat dari bahan alami yang dicelup dengan warna nila. Bajunya dibelah, panjangnya sampai ke mata kaki. Kancingnya di sisi kanan. Lengan baju dijahit dengan kain putih dan biru. Kedua sisi baju bertepi putih. Deretan kancing kecil berwarna perak cantik yang menempel di tepi depan baju bagaikan ladang dan sawah padi. Trang Len Din, warga etnis Pa Di di Dukun Sa Pa 9, Kotamadya Muong Khuong, Kabupaten Muong Khuong, mengatakan:

“Dulu, generasi kakek dan nenek memakai baju berlapis dua. Baju warga Pa Di disulam dengan pola berlapis-lapis seperti sawah terasering. Deretan kancing perak melambangkan biji jagung, biji kacang tanah, biji kacang-kacangan... yang merupakan varietas tanaman di kampung halaman kami.”

Bapak Ly Seo Din, mantan Kepala Departemen Penggerakan Masyarakat dari Komite Partai Provinsi Lao Cai, seorang yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun tinggal dan bekerja bersama dengan warga etnis minoritas Pa Di, mengatakan bahwa di balik dekorasi yang terampil dan rumit, terdapat teknik orang yang terampil, banyak hal yang juga disampaikan wanita dalam pakaian adatnya:

 “Busana warga Pa Di sangat unik. Bagian di depan dada dibordir seperti sawah terasering dan biji jagungnya ditata dengan indah. Semua motif ini bergantung pada kecerdikan dan ketekunan perempuan. Manik-maniknya terbuat dari perak, jadi orang yang tidak punya cukup uang tidak punya cukup manik-manik. Orang kaya akan menjahit banyak butiran perak besar untuk menunjukkan kekayaanya.”.

Tinggal di daerah pegunungan dan hutan, warga Pa Di mencintai alam, mencintai tanaman, menghargai tanaman dan hasil pertanian, lalu menyulam cinta itu ke kain nila. Kerah orang Pa Di juga merupakan sebuah karya seni. Selain motif yang dibuat dari perak yang menempel di bagian dada dan kerah, ikat pinggang berwarna hijau juga menjadi aksentuasi yang memeluk pinggang-nya yang ramping. Benang sulaman bermotif warna pink, ungu, dan oranye memperlihatkan ujung ikat pinggang, dan dari jauh sosok wanita itu sangat mempesona. Belum lagi, sehelai kain berwarna hijau tua atau berwarna daun dijahit secara tersembunyi di bagian bawah rok, mengintip keluar dan perlahan-lahan terungkap di setiap langkah, menambah pesona wanita. Po Chin Din, dari Muong Khuong, Lao Cai, berkata:

“Kami semua menjahit pakain sendiri menggunakan teknik yang diajarkan pendahulu kami. Dari celana hingga kemeja, semuanya dijahit dan disulam oleh wanita... Untuk pernikahan dan pelamaran, pakaian ini wajib dimiliki.”

Yang paling mengesankan adalah topi wanita etnis Pa Di yang berbentuk atap rumah. Topi terbuat dari linen tenunan tangan. Setelah mengoleskan pasta lilin lebah berkali-kali agar kain menjadi kaku, bagian atasnya dilipat menjadi bentuk atap. Ujung topi kemudian ditempel dengan sepotong kain yang disulam dengan potongan perak persegi yang dilekatkan dengan rumbai benang berwarna. Pak Ly Seo Din, menambahkan:

“ Topi yang berbentuk atap rumah melambangkan perlindungan ibu terhadap anak-anaknya dan juga perlindungan atap bagi keluarga. Topi itu dihiasi dengan deretan tablet perak berukir rumit yang melambangkan gambar, alam, dan manusia.”

Topi melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan sebuah keluarga, sehingga akan menjadi kado berharga yang akan diberikan ibu mertua kepada menantu perempuannya. Tak hanya itu, set perhiasan perak dengan banyak ukiran berbentuk gembok, ayam, ikan... juga menjadi highlight dari busana seorang wanita. Itu juga merupakan ajaran nenek moyang yang diwariskan kepada anak-anak dari generasi ke generasi. Kalung perak dengan ikan gantung, gembok, dan jumbai perak halus melambangkan kekayaan, kemakmuran, kemakmuran, dan juga kasih sayang manusia terhadap alam dan segala benda yang membawa kehidupan bagi manusia.

Dengan nilai dan seni sulaman hingga hiasn pakaian, pada tahun 2020 Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata mengakui seni dekorasi pakaian warga Pa Di sebagai warisan budaya takbenda nasional./ .

Komentar

Yang lain