AS berseru kepada Tiongkok supaya memainkan “peranan penuntun” dalam proses melaksanakan sanksi terhadap RDRK

(VOVworld) - Deputi Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, hari Selasa (29/3), menyatakan: Jika Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK) terus mendorong program-program pengembangan senjata nuklir-nya, AS akan terpaksa melaksanakan langkah-langkah defensif yang tidak diinginkan oleh Tiongkok. Ketika berbicara di depan Institut Brookings, Deputi Menteri Antony Blinken beranggapan bahwa Pyong Yang sedang lebih menuju ke kepemilikan rudal yang membawa hulu ledak nuklir  yang menjangkau ke daratan AS. Menurut Deputi Menteri Antony Blinken, meskipun pengaruh Tiongkok terhadap RDRK telah berkurang pada waktu lalu, tapi Beijing tetap memiliki “pengungkit” ekonomi terhadap RDRK. Dia juga berseru kepada Tiongkok supaya memainkan “peranan penuntun” dalam proses melaksanakan sanksi-sanksi  terhadap RDRK. Deputi Menteri Antony Blinken mengatakan bahwa AS bersedia memberikan informasi-informasi teknis kepada Tiongkok tentang sistim rudal yang sedang dipertimbangkan oleh Washington untuk digelarkan di Republik Korea guna menghadapi ancaman rudal dari RDRK, melalui itu ingin menjamin kepada Beijing agar sistim ini tidak berpengaruh terhadap kepentingan strategis  negara Asia Timur Laut ini. 

AS  berseru kepada Tiongkok supaya memainkan “peranan  penuntun” dalam proses  melaksanakan sanksi terhadap RDRK - ảnh 1
Satu latihan angkatan infanteri dan  rudal  RRK
(Foto: KCNA/Yonhap)


Pernyataan Deputi Menteri Antony Blinken diajukan menjelang pertemuan antara Presiden AS, Barack Obama dan Presiden Tiongkok, Xi Jin-ping di sela-sela pertemuan puncak tentang keamanan nuklir global yang akan segera berlangsung di Washington DC. Pertemuan puncak ini diadakan beberapa pekan setelah Tiongkok menyepakati sanksi-sanksi yang diperluas yang dikenakan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap RDRK setelah Pyong Yang melakukan  percobaan nuklir pada  bulan Januari dan  peluncuran satelit yang  dianggap oleh Barat  sebagai rudal balistik pada bulan lalu.

Komentar

Yang lain