G7 bahas masalah-masalah keamanan global

(VOVworld) – Konferensi Menteri Luar Negeri (Menlu) Kelompok negara-negara industri maju papan atas dunia (G7) telah dibuka pada Senin malam (10/4), di kota Lucca, Italia. Konferensi Menlu kali ini bertujuan untuk mempersiapkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan diadakan di Sicily, Italia, dari 26 - 27/5 mendatang. Pada konferensi ini, para Menlu G7 berbahas tentang banyak masalah penting, di antaranya ada situasi di Libia dan Ukraina; perang anti terorisme, organisasi yang menamakan diri “Negara Islam” (IS) di Suriah dan Irak, beberapa uji coba rudal dan nuklir yang dilakukan Republik Demokrasi Rakyat Korea.


G7 bahas masalah-masalah keamanan global - ảnh 1
Menlu negara-negara G7 membahas situasi Suriah
(Foto: EPA / Vietnam+)


Di sela-sela Konferensi Menlu Kelompok G7 tersebut, para Menlu Kelompok G7 beserta wakil beberapa negara Timur Tengah telah melakukan pertemuan untuk berbahas tentang perang saudara yang sudah berlangsung selama 6 tahun ini di Suriah. Pertemuan ini berlangsung pada latar belakang Menlu Amerika Serikat (AS) akan melakukan kunjungan ke Rusia untuk meyakinkan Rusia mengubah pendirian mendukung Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad.

Meski isi kongkrit pertemuan tersebut belum dibocorkan, tapi bisa dilihat bahwa pertemuan dengan dihadiri oleh Menlu Kelompok G7 yang meliputi Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Kanada dan AS beserta wakil negara-negara Timur Tengah yang meliputi Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab , Jordania dan Qatar tersebut sedang berusaha memperkuat isolasi terhadap Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad.

Setelah peristiwa serangan rudal yang dilakukan AS terhadap satu pangkalan Angkatan Udara dari Pemerintah Suriah pada pekan lalu untuk membalas serangan yang disangka mengggunakan senjata kimia di negara ini, semua negara tersebut telah menyatakan pandangan dukungan terhadap tindakan Pemerintah AS tersebut, bersamaan itu melemparkan kesalahan kepada Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad yang telah mengakibatkan serangan di Idlib pada 4/4 lalu. Sampai sekarang Rusia dengan gigih menentang tindakan AS. 

Komentar

Yang lain