(VOVworld) - Para pemimpin Kelompok negara-negara industri maju (G-7), pada Jumat (27/5), menegaskan memperkuat kerjasama untuk menghadapi pertumbuhan yang tidak berkesinambungan dari ekonomi global dan menjamin keamanan maritim, khususnya di Laut Timur. Dalam pernyataan akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 yang berlangsung selama dua hari di Jepang, para pemimpin G-7 menyatakan kecemasan tentang bahaya-bahaya terhadap ekonomi dunia, bersamaan itu berkomitmen akan mengusahakan pertumbuhan kuat dan berkesinambungan.
Para pemimpin G7
(Foto : Kantor berita Vietnam/VNA)
Para pemimpin juga berkomitmen akan menghindari devaluasi uang domestik untuk menciptakan persaingan, pada saat memperingatkan tidak menerapkan langkah-langkah kurs uang secara ngawur. Khususnya para pemimpin G-7 juga menyatakan kecemasan tentang meningkatnya ketegangan di wilayah laut di Asia. Pernyataan G-7 menunjukkan “kecemasan tentang situasi di Laut Huatung dan Laut Timur”, bersamaan itu menekankan arti penting utama dalam menangani dan memecahkan secara damai semua sengketa. Para pemimpin G-7 juga mengulangi lagi bahwa pemecahan atas semua sengketa sebaiknya berlangsung secara damai dan kebebasan maritim dan penerbangan harus dihormati. Di samping itu, para pemimpin juga mengatakan bahwa semua klaim kedaulatan sebaiknya diajukan berdasarkan pada hukum internasional dan semua negara sebaiknya mengekang “tindakan-tindakan unilateral yang menimbulkan bahaya meningkatkan ketegangan”, bersamaan itu “meninghindari kekerasan atau paksaan untuk berupaya mencapai kaim-klaim kedaulatan”.
Pada hari kerja ke-2 KTT tersebut, para pemimpin G-7 dan Uni Eropa berkomitmen menjadi pelopor dalam melaksanakan secara lengkap perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang perubahan iklim dalam menanggulangi hangatnya bola bumi. Pemimpn G-7 juga sepakat mendorong investasi untuk mengembangkan energi terbarukan dan menjamin stabilitas harga minyak tanah di pasar dunia. KTT G-7 juga mengeluarkan pernyataan yang menegaskan krisis migran di Eropa merupakan masalah yang harus dipecahkan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa arus migran dan pengungsi yang sedang berlangsung sekarang merupakan satu tantangan global, mununtut penanggulangan dari dunia. Di samping itu, KTT G-7 ini juga mengeluarkan pernyataan tentang langkah-langkah menentang terorisme, menjamin keamanan cyber, masalah memperbaiki kesehatan global dan berjuang demi hak kesataraan kaum wanita.
Di sela-sela KTT G-7 ini, para pemimpin G-7 juga mengadakan dialog dengan negara-negara mitra yang terdiri dari negara-negara baru muncul dan sedang berkembang di kawasan Asia dan Afrika. Yang menghadiri pertemuan yang diperluas ini ada wakil dari negara-negara Indonesia, Laos, Vietnam, Bangladesh, Papua Nugini, Sri Lanka, Chad yang sedang memegang jabatan Ketua bergilir Uni Afrika. Dalam pertemuan yang diperluas ini, semua pihak tersebut menyatakan kecemasan tentang aktivitas-aktivitas pembangunan pulau buatan dan militerisasi yang dilakukan oleh Tiongkok di Laut Timur dan berbahas tentang pembangunan infrastruktur yang berkualitas untuk mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan di Asia dan pasar-pasar baru muncul yang lain.
KTT G-7: Para pemimpin berkomitmen akan bekerjasama mendorong ekonomi dan keamanan maritim
(VOVworld) - Para pemimpin Kelompok negara-negara industri maju (G-7), pada Jumat (27/5), menegaskan memperkuat kerjasama untuk menghadapi pertumbuhan yang tidak berkesinambungan dari ekonomi global dan menjamin keamanan maritim, khususnya di Laut Timur. Dalam pernyataan akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 yang berlangsung selama dua hari di Jepang, para pemimpin G-7 menyatakan kecemasan tentang bahaya-bahaya terhadap ekonomi dunia, bersamaan itu berkomitmen akan mengusahakan pertumbuhan kuat dan berkesinambungan. Para pemimpin juga berkomitmen akan menghindari devaluasi uang domestik untuk menciptakan persaingan, pada saat memperingatkan tidak menerapkan langkah-langkah kurs uang secara ngawur. Khususnya para pemimpin G-7 juga menyatakan kecemasan tentang meningkatnya ketegangan di wilayah laut di Asia. Pernyataan G-7 menunjukkan “kecemasan tentang situasi di Laut Huatung dan Laut Timur”, bersamaan itu menekankan arti penting utama dalam menangani dan memecahkan secara damai semua sengketa. Para pemimpin G-7 juga mengulangi lagi bahwa pemecahan atas semua sengketa sebaiknya berlangsung secara damai dan kebebasan maritim dan penerbangan harus dihormati. Di samping itu, para pemimpin juga mengatakan bahwa semua klaim kedaulatan sebaiknya diajukan berdasarkan pada hukum internasional dan semua negara sebaiknya mengekang “tindakan-tindakan unilateral yang menimbulkan bahaya meningkatkan ketegangan”, bersamaan itu “meninghindari kekerasan atau paksaan untuk berupaya mencapai kaim-klaim kedaulatan”.
Pada hari kerja ke-2 KTT tersebut, para pemimpin G-7 dan Uni Eropa berkomitmen menjadi pelopor dalam melaksanakan secara lengkap perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang perubahan iklim dalam menanggulangi hangatnya bola bumi. Pemimpn G-7 juga sepakat mendorong investasi untuk mengembangkan energi terbarukan dan menjamin stabilitas harga minyak tanah di pasar dunia. KTT G-7 juga mengeluarkan pernyataan yang menegaskan krisis migran di Eropa merupakan masalah yang harus dipecahkan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa arus migran dan pengungsi yang sedang berlangsung sekarang merupakan satu tantangan global, mununtut penanggulangan dari dunia. Di samping itu, KTT G-7 ini juga mengeluarkan pernyataan tentang langkah-langkah menentang terorisme, menjamin keamanan cyber, masalah memperbaiki kesehatan global dan berjuang demi hak kesataraan kaum wanita.
Di sela-sela KTT G-7 ini, para pemimpin G-7 juga mengadakan dialog dengan negara-negara mitra yang terdiri dari negara-negara baru muncul dan sedang berkembang di kawasan Asia dan Afrika. Yang menghadiri pertemuan yang diperluas ini ada wakil dari negara-negara Indonesia, Laos, Vietnam, Bangladesh, Papua Nugini, Sri Lanka, Chad yang sedang memegang jabatan Ketua bergilir Uni Afrika. Dalam pertemuan yang diperluas ini, semua pihak tersebut menyatakan kecemasan tentang aktivitas-aktivitas pembangunan pulau buatan dan militerisasi yang dilakukan oleh Tiongkok di Laut Timur dan berbahas tentang pembangunan infrastruktur yang berkualitas untuk mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan di Asia dan pasar-pasar baru muncul yang lain.
|