Pemimpin Tertinggi Hezbollah Tewas - Reaksi dari Banyak Negara
Minh Ngo - Ba Thi /VOV di Mesỉ -  
(VOVWORLD) - Hezbollah dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), pada Sabtu (28 Juli) mengonfirmasikan bahwa Pemimpin Tertinggi pasukan Hezbollah, Hassan Nasrallah, telah tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran ibu kota Beirut pada tanggal 27 September malam.
Pada Sabtu (28 September), banyak kelompok bersenjata regional telah mengeluarkan pernyataan yang menyatakan solidaritas dengan Hezbollah untuk melawan Israel. Di Iran, Yaman dan Suriah, banyak demonstrasi massal dengan ribuan peserta terjadi untuk mengungkapkan kemarahan atas pembunuhan terhadap Pemimpin Hezbollah.
Pemimpin Tertinggi pasukan Hezbollah, Hassan Nasrallah (Foto: AFP / VNA) |
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Agung Ali Khamenei, mengutuk Israel atas pembunuhan terhadap Pemimpin Hezbollah dan menegaskan bahwa Iran dan semua kelompok sekutunya akan terus bersatu untuk mendukung Hezbollah. Kementerian Luar Negeri Iran dan sejumlah pejabat senior menyampaikan belasungkawa dan memuji Nasrallah sebagai “simbol perjuangan melawan penindasan”. Iran menyatakan belasungkawa nasional selama 5 hari untuk mengenang Hassan Nasrallah.
Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia Al-Sudani mengutuk serangan udara Israel di wilayah selatan Ibu kota Lebanon, Beirut, sebagai kejahatan yang melewati semua garis merah. Pemimpin Irak mengumumkan belasungkawa nasional selama tiga hari.
Pada hari yang sama, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk Israel karena melakukan “genosida” di Lebanon, mengatakan bahwa negaranya akan bahu membahu dengan rakyat dan pemerintah Lebanon, dan meminta Dewan Keamanan PBB supaya menghentikan serangan-serângn Israel, serta menyerukan dunia Muslim untuk menunjukkan pendirian yang lebih tegas.
Pasukan-pasukan Hamas dan Houthi menyatakan penyesalan atas kematian pemimpin Hezbollah tersebut, dan mengutuk tindakan agresi Israel.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Perancis memberitahukan bahwa negaranya telah melakukan kontak dengan pemerintah Lebanon dan para mitra di kawasan untuk mencegah eskalasi.
Minh Ngo - Ba Thi /VOV di Mesỉ