Rusia tidak mengubah pendiriannya tentang Suriah

(VOVworld) – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia pada Senin (7 September) mencela informasi-informasi media “yang memutar-balikkan dan memfabrikasi” Rusia yang telah mengubah pendiriannya tentang Suriah atau masa depan Presiden Bashar al-Assad. Dalam satu pernyataan, Jurubicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova membantah informasi dari berbagai media massa Barat tentang apa yang dinamakan sebagai permufakatan antara Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi guna menggulingkan pemimpin Damaskus yang sah. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Rusia tidak melakukan tindakan “perancangan sosial”, tidak dengan sendiri atau berintrik bersama dengan negara-negara lain mengangkat atau membebas-tugaskan Presiden negara-negara lain. Rakyat setiap negara punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri.


Rusia tidak mengubah pendiriannya tentang Suriah - ảnh 1
Jubir Kemlu Rusia, Maria Zakharova
Foto: baomoi.com


Ibu Maria Zakharova menegaskan bahwa Rusia mempertahankan pendiriannya yaitu menangani secara damai bentrokan di Suriah melalui dialog dan tanpa ada intervensi dari luar, di atas dasar Pernyataan Bersama Jenewa pada 30 Juni 2012, menaati secara serius semua patokan dan prinsip hukum internasional, termasuk juga menghormati kedaulatan nasional. Rusia berharap supaya semua mitranya juga melakukan aktivitas yang serupa.

Dalam satu perkembangan yang bersangkutan, pada Senin (7 September), Pemerintah pimpinan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama meminta kepada Yunani supaya jangan membolehkan Moskwa menggunakan wilayah udaranya untuk mengangkut barang bantuan ke Suriah. Dalam satu pembicaraan via telepon pada 5 September dengan timpalannya dari Rusia, Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry mengatakan bahwa jika informasi tentang Rusia yang sedang meningkatkan pemasokan bantuan militer kepada Suriah adalah benar, maka tindakan itu akan meningkatkan ketegangan perang saudara dan lebih memperumit lagi operasi serangan udara yang dilakukan pasukan aliansi pimpinan Amerika Serikat terhadap para milisi dari organisasi yang menamakan diri sebagai Negara Islam (IS) di negara Timur Tengah ini. 

Berita Terkait

Komentar

Yang lain