(VOVworld) – Sedikit-dikitnya 43 orang telah tewas dan kira-kira 100 orang lain luka-luka dalam serentetan ledakan berturut-turut yang terjadi pada Sabtu (11 Mei) di kota Reyhanli, provinsi Hatay, Turki Selatan, yang berbatasan dengan Suriah. Ini merupakan serangan bom yang paling berlumuran darah di Turki selama 2 tahun ini. Menteri Dalam Negeri Turki, Muanmer Guler memberitahukan bahwa ledakan-ledakan dikonfirmasikan berasal dari 2 mobil yang memuat penuh bom. Informasi awal menunjukkan bahwa sudah ada 4 serangan bom yang terjadi di dekat gedung pemerintahan dan kantor-kantor pos di kota Reyhanli. Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu telah mengutuk serangan-serangan bom tersebut dan menganggapnya sebagai satu tindakan “provokatif” yang menyabot perdamaian di Turki.
Tempat kejadian serangan bom tersebut
(Foto: baomoi.com)
Pada Minggu (12 Mei), pemimpin beberapa organisasi dan negara di dunia telah mengutuk serangan-serangan bom tersebut. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Ban Ki-moon mengutuk keras serangan bom tersebut dan menegaskan kembali bahwa tidak ada alasan atau sebab-musabah manapun yang bisa membela tindakan-tindakan serangan terhadap warga sipil. Pada pihaknya, Duta Besar Amerika Serikat di Turki, Francis Ricciardone menegaskan bahwa Amerika Serikat mengutuk keras serangan bom yang kejam di Rayhanli dan berdiri pada pihak rakyat serta Pemerintah Turki. Presiden Perancis, Francois Hollande juga mengutuk serangan-serangan bom dengan kata-kata yang paling keras. Sementara itu, Persekutuan Nasional oposisi di Suriah beranggapan bahwa serangan-serangan bom tersebut bertujuan memecah-belahkan rakyat di dua negeri Turki dan Suriah, dll.
Pada hari yang sama, ketika berbicara di Televisi Nasional Turki, Menteri Dalam Negeri Turki, Myanmer Guler memberitahukan telah berhasil menetapkan nama perseorangan dan organisasi pelaku serangan di Reyhanli dan pelaku ini “punya hubungan dengan kelompok-kelompok pendukung Pemerintah dan badan-badan intelijen Suriah”./.