(VOVworld) – Pada Rabu (11 Juni), situasi keamanan di Irak terus mengalami perkembangan-perkembangan yang sangat berbahaya ketika para pembangkang Islam Irak (ISIL) menduduki gedung Kedutaan Besar Turki di Mosul, provinsi Nineveh, Irak Utara dan menculik Konsul Jenderal dan 24 stafnya. Sebelumnya, ISIL telah merebut pengontrolan terhadap kota Tikrit, provinsi Salahudin, Irak Utara.
Setelah kasus penculikan tersebut, Perdana Menteri Turki, Tayyip Erdogan telah melakukan pertemuan darurat dengan pemimpin Badan Intelijen Nasional, merangkap Deputi Perdana Menteri, Besir Atalay guna berbahas tentang perkembangan situasi tersebut. Sebelumnya, kaum pembangkang ISIL telah menjatuhkan hukuman gantung terhadap 15 staf keamanan Irak di beberapa daerah di provinsi Kirkuk setelah menahan mereka sehari sebelumnya.
Tempat kejadian satu serangan bom di Irak
(Foto: vov.vn)
Dianggap sebagai kelompok pembangkang yang paling kuat di Irak, ISIL tidak hanya mengakibatkan kekerasan-kekerasan berdarah-darah di negara Teluk ini, melainkan juga mengusahakan cara memperluas aktivitasnya di negara tetangga Suriah. Pada April lalu, ISIL telah meningkatkan aktivitas sabotase di provinsi Deir Ezzor, Suriah, berbatasan dengan provinsi Nineveh, Irak guna melaksanakan intrik membentuk satu negara Islam di sepanjang kawasan perbatasan dua negara./.