Melestarikan Jiwa Brokat dari Masyarakat Etnis Minoritas Dao Tien di Puncak Celah Gunung Gio

(VOVWORLD) -  Di dusun Deo Gio (atau Puncak Celah Gunung Gio) (Kecamatan Ngan Son, Provinsi Thai Nguyen) ada satu kelompok perempuan etnis minoritas Dao Tien yang setiap hari rajin duduk di samping alat bordir dan menganyam setiap jahitan dengan jarum dan benang. Mereka tidak hanya menjadi “penjaga api” kerajinan brokat saja, tapi berupaya memadukan ciri budaya khas etnisnya ke dalam kehidupan modern melalui keterampilan tangan. 
Melestarikan Jiwa Brokat dari Masyarakat Etnis Minoritas Dao Tien di Puncak Celah Gunung Gio - ảnh 1Ibu Ban Thi Thanh (kanan) memberikan petunjuk menanun brokat kepada para perempuan (Foto: VOV)

Kerajinan membordir merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat etnis minoritas Dao Tien di Deo Gio (Kecamatan Ngan Son, Provinsi Thai Nguyen). Seperti para perempuan yang lain, Ibu Ban Thi Thanh mewarisi keterampilan membordir dari ibu dan neneknya sejak masih kecil. Lebih dari 40 tahun membordir dengan jarum dan benang, kini dia mewariskannya kepada banyak perempuan muda di dusun. Dia mengatakan:

Saya merasa bangga bisa mewariskan kerajinan membordir tradisional kepada generasi muda. Apabila tidak ada yang mengajarkannya, maka ciri khas budaya etnis minoritas kami akan hilang”.

Melihat semakin meningkatnya kebutuhan brokat, Ibu Thanh bersama para perempuan lainnya telah bekerja sama memasarkan produk bordiran. Dengan bantuan dari Asosiasi Perempuan Kecamatan, pada tahun 2023, kelompok “Membordir brokat Deo Gio” dibentuk dengan anggota hampir 20 orang. Pada awalnya, produk buatan belum banyak, kualitasnya belum merata, cara sosialisasi dan pendekatan pelanggan pun belum efektif. Kelompok ini menjumpai banyak kesulitan dalam memperluas produk ke luar ruang daerah.

Melestarikan Jiwa Brokat dari Masyarakat Etnis Minoritas Dao Tien di Puncak Celah Gunung Gio - ảnh 2Perempuan etnis minoritas Dao Tien menyerapkan teknologi dalam menjual barang (Foto: VOV)

Namun, berkat pelatihan teknik, dan petunjuk dalam memasarkan produk yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perempuan kecamatan, para perempuan berangsur-angsur semakin percaya diri. Selain menguasai teknik membordir, mereka juga belajar cara memadukan warna agar tetap harmonis tanpa meninggalkan nilai budaya. Hanya dengan warna dasar seperti nila, gading, merah, biru yang kombinasikan dengan hiasan perak, para perempuan etnis minoritas Dao di Deo Gio telah membuat pakaian-pakaian tradisional yang khas, dan kian disukai oleh pelanggan.

Tidak hanya menjual langsung, mereka juga menerapkan teknologi dalam memperluas pasar. Ibu Ban Thi Huong, anggota kelompok “Membordir brokat Deo Gio” mengatakan:

“Sekarang, ada medsos, maka  sangat kondusif.  Kelompok kami punya akun zalo, apabila ada yang perlu didiskusikan, kami akan berdiskusi via zalo atau messeger. Dan penjualan online, apabila mendapat pesanan dari pelanggan bisa langsung diunggah di medos lebih cepat dan praktis.”

Berkat langkah yang berani dan kreatif ini , sekarang lebih dari 30 jenis produk brokat mulai dari topi, baju, selendang sampai tas telah dipasarkan  di Kota-kota seperti Hanoi, Hai Phong, Cao Bang…. dengan harga berkisar antara 150.000 VND (sama dengan 6,12 USD) sampai 500.000 VND (sama dengan 20,41 USD) per produk. Para perempuan memperoleh pendapatan tambahan dari pembodiran pada  waktu senggang mereka, baik pagi, sore atau malam hari.

Melestarikan Jiwa Brokat dari Masyarakat Etnis Minoritas Dao Tien di Puncak Celah Gunung Gio - ảnh 3Hiasan di brokat buatan masyarakat etnis minoritas Dao TIen (Foto: VOV)

Ibu Ly Thi Lan, anggota kelompok “Membordir brokat Deo Gio” memberitahukan bahwa kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan saja, tapi juga mempererat hubungan antarmasyarakat.

“Para anggota kelompok saling membantu dalam pekerjaannya. Saya ikut membordir beberapa produk dan motif kain etnis minoritas Dao, belajar bagaimana membordir bentuk anjing, burung atau pakaian etnis minoritas”.
Dewasa ini, citra para perempuan etnis minoritas Dao Tien di Deo Gio yang melakukan livestream dan mengunggah produk di media sosial serta platform-platform e-commerce.menjadi hal yang tak asing lagi. Mereka tidak hanya melestarikan kerajinan tradisional tetapi juga menegaskan peranan baru dari para perempuan daerah pegunungan yang berani berpikir, berani bertindak, berani merintis usaha, berani menerapkan teknologi untuk kemandirian ekonomi. Di tengah aliran digitaliasasi, para perempuan Deo Gio tetap menjaga identitas budaya mereka, menjadikan kerajinan tradisional sebagai nafkah pencaharian yang berkesinambungan, sekaligus memberi inspirasi, kepercayaan dan motivasi kepada para perempuan lain di daerah pegunungan untuk mengusahakan kehidupannya yang lebih baik.

Komentar

Yang lain