Mengatasi derita agen oranye/dioxin

(VOVworld) – Lahir pada masa damai, tapi kehidupan saudara Le Van Trung berkaitan dengan penyakit yang ditinggalkan oleh perang. Dia terkena penyakit polio sejak lahir. Dia adalah generasi ke-2 dalam keluarga yang terkena  agen oranye, tapi dengan vitalitas dan tekad yang dimiliki, dia tidak menerima kehidupannya  yang lewat tanpa arti. 


Mengatasi derita agen oranye/dioxin - ảnh 1
Saudara Le Van Trung
(Foto: vov.vn)

Pada masa perang perlawanan menentang Imperialis Amerika Serikat tahap 1961-1971, provinsi Quang Tri adalah satu tempat yang menderita pengaruh berat, harus menderita satu jumlah besar zat pembasmi rumput yang secara pokoknya ialah agen oranye/dioxin yang disebarkan oleh tentara Amerika Serikat. Agen oranye/dioxin menimbulkan akibat jangka-panjang terhadap kesehatan manusia, tidak hanya terhadap para veteran perang yang pernah ikut serta dalam perang, tapi juga terhadap generasi ke-2 dan ke-3  yang adalah anak-cucu mereka. Keluarga saudara Le Van Trung hidup di daerah pertempuan yang sengit, malang, dia adalah salah seorang diantara 3 anak yang terkena agen oranye/dioxin. Saudara Le Van Trung mengatakan: “Lahir pada tahun 1977, saya malang terkena penyakit polio akibat agen oranye. Saya telah belajar di klas 6, karena kesulitan ekonomi, maka saya harus beristirahat di rumah satu waktu, kemudian, dengan dorongan semangat dari teman dan sanak keluarga, menciptakan syarat kepada saya untuk belajar kejuruan, saya berusaha mengatasi kesulitan melampaui diri sendiri untuk mengurangi beban keluarga”.

Ketika lahir kakinya lumpuh sebelah, maka dalam bergerak di menjumpai banyak kesulitan. Walaupun harus putus sekolah, tapi, Le Van Trung tidak kendar semangatnya. Selama bertahun-tahun ini, dia sendiri mencari pekerjaan sesuai dengan kesehatannya. Dia telah belajar menjadi tukang las, membuat mesin penggiling dan beternak babi. Dengan mendapat kasih sayang dari keluarga yang memberikan syarat untuk bekerja, dia tidak merasa segan-segan, asalkan memperoleh pendapatan untuk keluarga. Hal yang lebih penting yang tidak pernah dia pikirkan ialah ada seorang gadis telah jatuh cinta sepenuh hati terhadap dia. Dia tahu bahwa dengan tubuh yang mengalami disabilitas, banyak gadis akan tidak berani membangun keluarga dengan dia. Dia sendiri juga takut beristri karena anak-anaknya akan juga terpengaruh oleh agen oranye/dioxin. Tapi, dia telah bertemu dengan seorang gadis yang berani dan sepenuh hati mencintai dia.

Pada tahun 2006, saudara Le Van Trung membangun keluarga. Seperti halnya dengan banyak lelaki lain yang tidak menginginkan agar istri dan anaknya mengalami penderitaan, dia memberanikan diri meminjam modal sebanyak 1 miliar dong Vietnam untuk membeli satu mesin pengeruk, satu truk dan banyak alat permesinan lain untuk pekerjaan pembangunan jalan-jalan. “Belum pernah saya pikir bahwa saya akan mendapatkan kehidupan seperti dewasa ini, karena dulu, kakek dan nenek saya telah mengalami penderitaan, hanya ada satu mesin penjahit untuk mencari nafkah. Dewasa ini, saya telah berusaha melampaui diri sendiri dan seluruh keluarga dan  saya sendiri  juga tidak mengira bahwa saya akan memperoleh kehidupan yang berbahagia dengan ekonomi yang cukup baik seperti dewasa ini”.

Ketika ekonomi telah menjadi stabil, saudara Le Van Trung selalu berjalan seperjalanan dengan orang-orang yang menjumpai kesulitan di daerah. Dia mengatakan: “Ketika teman-teman penyandang disabilitas melakukan usaha ekonomi, saya juga menggunakan mesin saya dengan harga murah untuk membantu mereka bisa berkembang. Ketika melakukan usaha ekonomi, saya juga tahu memberikan nasehat mesin untuk membantu orang-orang yang senasib untuk berkembang”.

Berusaha sekuat tenaga dan hidup secara bermanfaat menjadi pedoman dari saudara Le Van Trung. Le Van Dang, Ketua Asosiasi Korban Agen Oranye/Dioxin provinsi Quang Tri memberitahukan: “Sekarang ini, saudara Trung sendiri bisa membentuk bahan usaha kecil. Saban tahun menggunakan beberapa pekerja di daerah untuk turut membangun kehidupannya sendiri, tapi juga masih bisa membantu banyak orang lain”.

Pada situasi ekonomi yang mengalami kesulitan, orang normal saja sudah sulit melakukan usaha ekonomi, apalagi penyandang disabilitas seperti dia. Tapi  dengan upayanya sendiri dan kecintaan dari istri, anak dan sanak keluarganya menjadi  obat yang membantu dia mendapatkan lagi kekuatan untuk  mengembangkan usahanya lebih lanjut lagi. Melihat sosok tubuh yang kecil, berjalan saja juga sulit, tapi tidak semua orang tahu bahwa dalam hatinya adalah satu vitalitas luar biasa dan pantang menyerah terhadap nasib.  


Komentar

Yang lain