(VOVworld) – Dalam perkembangan teknologi yang cepat dan mesin modern, berbagai alat musik lama tetap memiliki nilai yang istimewa sehingga beberapa orang harus bersusah payah mencarinya kembali jika mereka ingin mendengarkan lagu-lagu lama, irama-irama dari suatu masa yang sudah lewat, yang dilepaskan dari alat-alat musik ini. Salah seorang diantaranya mereka ada saudara Pham Van Phuong, seorang kolektor yang telah bertahun-tahun memainkan alat-alat musik lama.
Kelab Audio Vintage milik saudara Pham Van Phuong
(Foto: vov)
Toko alat musik merangkap markas kelab musik Audio Vintage milik saudara Pham Van Phuong ditempatkan di belakang pohon “
rao” di jalan Vu Ngoc Phan, jauhnya kira-kira 20 menit naik sepeda motor dari jantungnya ibukota Hanoi. Ruang lantai 1 yang luasnya kira-kira 50 m2 tampak lebih kecil ketika ruang ini penuh sesak dengan berbagai jenis ampli dan pengeras suara yang besarnya bagaikan satu kulkas. Dua dinding di sebelah dipasang berbagai kabel pengeras suara, kabel listrik, disket hitam, dll. Tempat yang kosong hanya cukup bagi kira-kira 6 sampai 7 orang duduk. Akan tetapi, hal ini sebaliknya menciptakan satu perasaan yang sangat unik dan menyerap kedatangan para pecinta alat-alat musik lama. Mereka datang kemari untuk menikmati musik melalui berbagai alat musik lama yang dikoleksi oleh saudara Phuong selama kira-kira 15 tahun ini.
Kata saudara Phuong: “
Hobi saya main alat-alat musik lama mulai muncul sejak tahun 2000, saat itu sudah ada sangat banyak alat musik yang diimpor, ditambah lagi ialah saat itu saya sudah punya syarat untuk memiliki alat-alat musik lama. Ketika mendengar suara musik dari alat-alat musik seperti itu, rasanya sangat terpesona dan terbujuk seperti ada seniman yang langsung memainkan musik di depan saya sendiri. Diantara alat-alat musik itu, saya paling menyukai produk-produk Vintage. Ini merupakan alat-alat musik yang pernah terkenal pada suatu masa dan saya memilih nama produk ini menjadi nama kelab saya sendiri”.
Alat-alat musik lama dalam Audio Vintage ini
(Foto: vov)
Di tengah-tengah irama-irama yang beralun-alun dari pasangan pengeras suara bermerek Altec yang baru saja dia beli, saudara Phuong mengatakan bahwa di kelab ini ada berbagai alat musik dari banyak merek yang terkenal seperti Altec Dancing atau Western Electric dari Amerika Serikat, Vitavox dari Inggeris, Monopilex dari Rusia atau Akai dari Jepang, dll. Bagi dia, cinta musik itu belum cukup, tapi untuk bisa benar-benar “
main” alat musik seperti cara yang dia sebutkan, juga harus bisa merasakan, menjaga dan menghidupkan alat-alat musik yang “
usianya” bahkan lebih tua dari pemainnya. Saudara Phuong menambahkan: “
Untuk bisa menggunakan dan memilikinya, maka selain kegandrungan, kita juga harus mampu memulihkan dan mereparasi alat-alat musik seperti itu, karena sudah ada sangat banyak alat yang berusia dari 50 sampai 70 tahun, bahkan seratus tahun, jadi kadang-kadang tidak bisa lagi beroperasi secara baik. Melalui ketrampilan tangan, kita bisa memulihkannya sehingga baik seperti saat baru keluar dari pabrik”.
Justru karena itu, banyak teman sehobi dengan saudara Phuong walaupun tempat tinggalnya jauh, tapi juga sering datang kemari untuk belajar cara “
memainkan alat-alat musik lama” atau belajar cara mereparasi alat-alat musiknya seperti saudara Nguyen Hoang Khuong di distrik Thanh Xuan, kota Hanoi. Dengan susah payah meletakkan ampli yang bobotnya kira-kira 10 Kg turun dari sepeda motor ke tanah, saudara Khuong mengatakan: “
Mengenai soal teknik saya hanya tahu sedikit saja dan jika alat-alat musiknya rusah, maka saya akan membawanya ke tempat saudara Phuong untuk direparasi karena alat-alat musik ini tidak mudah direparasi dan suku cadangnya juga tidak mudah ditemukan”.
Saudara Khuong melihat pengeras suara Altec
(Foto: vov)
Tidak hanya mereparasi dan memulihkan alat-alat musik lama saja, dengan pengetahuan dan pengalamannya, saudara Phuong baru-baru ini juga dengan tangannya sendiri merakit satu perangkat ampli asal Rusia, sejenis ampli yang dikira sudah hilang di dunia permusikan lama. Dia memberitahukan bahwa untuk membuat ampli ini, dia sudah mengeluarkan tidak sedikit tenaga dan biaya, menyediakan waktu selama bertahun-tahun untuk mengoleksi dan mencari setiap komponen yang sekecil-kecilnya.
“
Ini adalah ampli lampu GMI 90 dari Rusia. Tekanan listrik yang diperlukannya sangat tinggi dan ia juga memakan banyak energi sehingga sangat sulit merakitnya. Sekarang ini merupakan perangkat ampli yang satu-satunya di Vietnam dan belum ada siapapun yang berhasil merakitnya. Untuk merakit ampli ini, saya telah menghabiskan waktu kira-kira 8 bulan dan nilai ampli ini sebesar 150 juta dong Vietnam. Karena komponen-komponennya sangat langka dan mahal sekali. Misalnya kondensator ini harganya beberapa juta dong Vietnam. Atau kulit ampli ini dipesan dan dibuat dari kayu hitam dengan harga sebesar 10 juta dong Vietnam”. Kata saudara Phuong.
Ampli lampu GMI 90 dari Rusia yang dirakit oleh saudara Phuong
(Foto: vov)
Di samping kegandrungannya seperti berbagai orang lain, kriterium dalam hobi musik lama dari saudara Phuong ialah alat-alat tersebut harus merupakan barang yang unik, aneh dan langka, bukan barang-barang yang dijual dimana-mana. Kualitas suara musik dari alat-alat lama ini sangat baik karena alat-alat ini dibuat secara manual dengan bahan-bahan yang sangat bernilai dan mahal.
Saudara Phuong punya pandangan yang “
sangat manusiawi” ketika bicara tentang benda-benda mati yang tak berjiwa, tapi penuh nilai dalam kehidupan spirituil manusia ini. “
Jika produk-produk yang bernilai ini jatuh pada tangan orang-orang yang tidak bisa menikmati musik, tidak bisa menemukan nilai dan tidak tahu menghargainya, maka produk-produk seperti itu akan dibuang ke tong sampah. Ini merupakan alat-alat musik yang memilih pemain, harus menemukan pemiliknya, menemukan orang-orang yang tahu cara memainkan alat musik, cara mendengarkan musik dan tahu nilainya”, tuturnya.
Saudara Phuong mengajar anaknya main guitar
(Foto: vov)
Setiap hari, hal pertama yang dilakukan saudara Phuong ketika datang ke tokonya ialah mengelap dan memeriksa kembali alat-alat musiknya. Bagi dia, semua alat musik lama ini sudah tidak hanya sebagai kegandrungannya saja, melainkan juga sebagai anak-anak spirituilnya sendiri. Dan setiap kali mendapat telephon ada alat-alat musik lama di suatu tempat, dia segera berangkat untuk terus menemukannya dan memulihkan irama-irama lama yang baru. Orang-orang seperti saudara Phuong semakin hari semakin banyak. Karena dalam kehiruk-pikukan dan desak-mendesak dalam kehidupan modern kini, irama-irama musik yang rendah, tinggi dan jernih yang dilepaskan dari alat-alat musik lama tetap mempertahankan posisi tidak ada duanya, membantu pendengar dapat hidup secara lebih lambat dan mengenangkan nilainya dalam kehidupan spirituil manusia./.