(VOVWORLD) - Pada beberapa tahun ini, kawasan ASEAN telah menyaksikan investasi asing langsung (FDI) yang melimpah berkat potensi pertumbuhannya yang besar dan banyaknya perjanjian perdagangan yang ditandatangani. Pemerintah negara-negara ASEAN juga selalu menaruh perhatian untuk menarik aliran modal dan menciptakan lingkungan bisnis dan investasi yang kondusif.
Aliran Modal investasi asing langsung (FDI) ke ASEAN makin meningkat |
Menurut laporan investasi asing di ASEAN (AIR) yang diumumkan pada akhir tahun 2023, arus modal FDI yang masuk ke ASEAN mencapai rekor tertinggi sebesar 224 miliar USD pada tahun 2022, menduduki 17% dari total modal FDI global. Pencapaian ini semakin berarti pada latar belakang ekonomi di dunia mengalami banyak kesulitan sehingga menyebabkan aliran modal FDI global menurun sebesar 12% karena serangkaian tantangan. Profesor Ian Goldin, Universitas Oxford (Inggris), mantan Wakil Presiden Bank Dunia, menilai:
“Pertama-tama, harus ditegaskan bahwa globalisasi masih menjadi tren utama di dunia dan hal ini terlihat jelas di ASEAN. ASEAN juga menerima banyak manfaat dari globalisasi, membantu prosentase pengentasan dari kemiskinan terjadi lebih cepat dan integrasi menjadi lebih mendalam. Lapisan menengah di ASEAN semakin berkembang dan sumber daya manusia melimpah. ASEAN juga menyerap investasi besar dari negara-negara adi kuasa. Terakhir, stabilitas, perdamaian, dan sentralitas ASEAN membantu aliran modal investasi baru terus mengalir ke sini dan tidak akan berhenti di masa depan.”
Pada beberapa tahun ini, Singapura selalu menjadi pelopor di kawasan ini tentang jumlah penyerapan modal FDI, yang mencakup lebih dari 60% total modal FDI di ASEAN, namun negara-negara anggota lainnya juga telah mencapai banyak kemajuan luar biasa. Pada tahun 2023, modal FDI yang terdaftar di Vietnam mencapai lebih dari 36,6 miliar USD, suatu rekor tertinggi selama beberapa tahun ini. Data dari Dewan Investasi Thailand (BOI) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2023 negara ini menarik FDI sebesar 18,5 miliar USD, meningkat 72% dibandingkan dengan masa yang sama tahun lalu. Sebelumnya, pengucuran FDI ke Indonesia mencapai 45,6 miliar USD pada tahun 2022, yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Sedangkan untuk mitra ASEAN, AS masih mempertahankan posisinya sebagai investor FDI nomor satu di kawasan, dengan total modal investasi sebesar 37 miliar USD pada tahun 2023.
Menurut Bapak Brian McFeeters, Wakil Presiden Senior dan Direktur Pelaksana Regional Dewan Bisnis ASEAN-Amerika Serikat (USABC), fakta bahwa lebih dari 6.200 perusahaan Amerika beroperasi di seluruh ASEAN merupakan bukti kepercayaan dari negara-negara Amerika di ASEAN dalam pengembangan kawasan:
“Total modal investasi FDI AS di ASEAN hingga saat ini sekitar 362 miliar USD. Saya ingin menekankan angka ini karena angka ini lebih besar dari total investasi Amerika di Tiongkok, Korea, dan Jepang. Saat ini bisnis kami sangat menaruh perhatian pada bidang teknologi digital di ASEAN. Kami juga menyambut baik penandatanganan perjanjian kerangka kerja mengenai digitalisasi oleh negara-negara ASEAN, yang membantu investor bekerja sama dengan ASEAN sebagai mitra yang bersatu, bukan hanya bekerja sama dengan masing-masing negara.”
. Ibu Oh Young-joo, Menteri Usaha Kecil dan Menengah dan Startup Republik Korea (Foto: quochoi.vn) |
Jika AS merupakan investor FDI nomor satu di ASEAN, maka Tiongkok, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tidak ingin kehilangan pengaruhnya di kawasan ini dengan terus meningkatkan aliran modal FDI ke sini. Pada tahun 2022, Tiongkok akan berinvestasi sebesar 15 miliar USD di ASEAN, meningkat lebih dari 96% dibandingkan dengan tahun 2020, dengan fokus pada bidang manufaktur, ekonomi digital, infrastruktur, dan real estate. Tidak hanya AS dan Tiongkok, mitra tradisional ASEAN lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan juga menganggap negara-negara Asia Tenggara sebagai destinasi alternatif yang cocok pada latar belakang pergeseran rantai pasokan dan mengurangi kebergantungan pada pasar Tiongkok. Ibu Oh Young-joo, Menteri Usaha Kecil dan Menengah dan Startup Republik Korea, berkomentar:
“Republik Korea berkomitmen untuk memfasilitasi usaha kecil dan menengah lokal untuk berpartisipasi pada rantai pasokan kami. Kami akan menjadi koordinator, menjamin perusahaan-perusahaan Republik Korea mematuhi peraturan hukum di negara-negara ASEAN demi kepentingan kedua belah pihak. Saya berharap pemerintah negara-negara ASEAN akan meningkatkan kerja sama dengan pemerintah dan badan-badan usaha Republik Korea untuk membangun rantai pasokan yang berkelanjutan dan fleksibel di kawasan ini pada waktu mendatang."
Pemulihan ekonomi meningkatkan konsumsi di pasar ASEAN yang berpenduduk hampir 700 juta orang. ASEAN juga memiliki tingkat penerapan digital tertinggi di dunia, sementara e-commerce telah melampaui tonggak pendapatan sebesar 100 miliar USD pada tahun 2023. Negara-negara anggota ASEAN telah dan terus menerapkan banyak kebijakan dukungan tambahan bagi investor asing, yang bertujuan untuk membangun lingkungan bisnis yang stabil dan sistem hukum yang adil dan efektif. Inilah syarat yang akan membantu aliran modal FDI terus mengalir ke kawasan ini pada tahun-tahun mendatang./.