Kamboja memperhebat pengembangan ekspor beras

(VOVWORLD) - Selama beberapa tahun belakangan ini, total areal penanaman pohon padi di Kamboja mencapai kira-kira 3 juta hektar, menduduki hampir 85% area lahan cocok tanam pertanian. Lebih dari 2 juta di antara total 15 juta jiwa penduduk negeri ini adalah petani padi. Oleh karena itu, tidak heran ketika ekspor beras sedang menjadi salah satu di antara cabang-cabang ekonomi andalan di Kamboja. Negara ini juga sedang melakukan langkah-langkah kongkrit untuk mendorong pertumbuhan bidang ekspor beras.
Kamboja memperhebat pengembangan ekspor beras - ảnh 1Ilustrasi  (Foto: internet) 

Walaupun baru mengekspor beras pada tahun 2008, tetapi hingga sekarang ini, ekspor beras Kamboja telah mencapai hasil-hasil yang berarti. Pada tahun 2009, hasil produksi beras ekspor Kamboja baru mencapai lebih dari 10.000 ton, tapi sampai tahun 2017, angka ini meningkat 63 kali lipat, mencapai 635.000 ton. Juga pada tahun ini, Kamboja mengekspor beras ke 63 negara di dunia, mencapai pendapatan sebesar 333 juta USD lebih , menduduki posisi kedua hanya setelah Tiongkok di antara kelompok negara-negara yang mencapai taraf pertumbuhan ekspor beras yang paling besar dari tahun 2013 hingga sekarang. Menurut para pakar, beras Kamboja mendapat penilaian tinggi karena adanya kebijakan tidak mengejar kuantitas, melainkan berfokus pada kualitas. Bapak Huynh Tthe Nang, Ketua Asosiasi Bahan Pangan Viet Nam memberitahukan: “Beras Kamboja sedang berhasil menciptakan posisi dan kewibawaan besar di pasar internasional. Beras ini pada pokoknya diproduksi secara alami dan ia memenuhi kebutuhan pasar-pasar pada syarat produksi biasa tanpa menggunakan pupuk dan obat anti hama. Indeks-indeks tentang sisa obat anti biologis di pasar-pasar itu semuanya dipenuhi oleh Kamboja”.

Dari tahun 2015, Pemerintah Kamboja telah menargetkan akan mengembangkan negaranya menjadi negara adi kuasa tentang ekspor beras dengan jumlah sejuta ton pertahun. Walaupun hingga sekarang ini, target ini belum selesai secara kuantitas, tapi secara kualitas beras Kamboja sedang berhasil menaklukkan pasar-pasar yang paling sulit dilayani di dunia seperti Uni Eropa ketika blok ini menduduki 43% jumlah beras ekspor Kamboja, selanjutnya ialah Tiongkok dengan 34%. Khususnya, pada tahun 2018, Tiongkok telah menandatangani permufakatan untuk mengimpor 300.000 ton beras setiap tahun dari Kamboja. Bapak Khean Sovannara, Wakil Kepala Direktorat Penyuluhan Pertanian dari Kementerian Pertanian dan Perikanan Kamboja memberitahukan bahwa dari tahun 2015, Pemerintah Kamboja telah memberlakukan kebijakan mendorong pengembangan bidang pertanian pada umumnya dan ekspor beras pada khususnya, di antaranya dimulai dari masalah-masalah yang paling mendasar seperti mengubah pemahaman kaum tani dalam menanam pohon padi. “Kebijakan kami ialah mendorong perubahan di kalangan petani. Pertama-tama ialah mengubah kebiasaan. Kalau dulu, kaum tani melakukan usaha pertanian hanya demi kebutuhan sehari-hari, tapi dewasa ini, kami sedang memperhebat fikiran “mengerjakan pertanian demi perdagangan” agar dari situ meningkatkan pemahaman kaum tani dalam menanam pohon padi untuk ekspor. Kedua, Pemerintah Kamboja telah dan sedang mengimbau modal investasi dari para mitra maju untuk membantu kaum tani bergeser dari menanam varitas padi lama ke varitas padi baru sesuai dengan kebutuhan pasar. Misalnya, varitas padi Phka Rumdoul yang pernah merebut gelar “Beras yang paling enak rasanya di dunia”.

Varitas padi Phka Rumdoul dari Kamboja telah tiga kali terus-menerus dari tahun 2012-2014 merebut gelar “Beras yang paling enak rasanya di dunia” dalam kerangka konferensi global tentang beras (WRC). Varitas padi ini dimisalkan seperti “emas putih” dari Kamboja  karena aroma dan rasa enaknya yang istimewa. Selain itu, sekarang ini, Kamboja juga mengekspor beberapa jenis beras yang lain seperti beras organik atau beras merah. Selain keunggulan tentang kualitas beras, selama ini, Kamboja sedang memperhebat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam produksi beras. Menurut bapak Vong Bun Heng, Direktur Perusahaan Ekspor Beras Bun Heng, ini merupakan dasar untuk membantu beras Kamboja memasuki secara mendalam ke pasar internasional. “Dulu, kaum tani Kamboja pada pokoknya mengeringkan padi di jalan-jalan dengan sinar matahari. Bentuk ini mempunyai banyak keterbatasan. Akan tetapi, hingga sekarang ini, hampir semua petani telah menggunakan mesin pengering industri, hal ini sangat kondusif, menjamin kebersihan dan memberikan produktivitas tinggi”.

Pada tahun 2017, Kamboja berhasil memproduksi 10 juta ton padi, berkelebihan 5 juta ton, tapi negara ini hanya berhasil mengekspor 635.000 ton. Di samping keterbatasan-keterbatasan tentang infrastruktur pengangkutan, cadangan beras dan jasa logistik, badan-badan usaha negara ini juga menghadapi banyak kesulitan dalam memasarkan padi dengan jumlah besar dari kaum tani. Bapak Means Pyseth, pakar di bidang pengawaetan bahan pangan pasca panenan memberitahukan bahwa pada waktu mendatang akan memperkuat investasi untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan ini, turut meningkatkan kemampuan produksi beras ekspor. “Kami sedang menggerakkan rakyat untuk melakukan produksi menurut pola terpusat, tidak melakukan produksi  kecil-kecilan untuk membantu pengelolaan menjadi lebih mudah dan menghemat biaya in-put dan masalah mencari out-put juga lebih mudah”.

Pada bulan Januari 2018, Kamboja meluncurkan brand beras baru yaitu Malys Angkor yang dianggap sebagai brand beras yang mencapai standar khas dengan keinginan menyosialisasikan produk beras yang bermutu tinggi dengan  standar tunggal. Dengan perbaikan-perbaikan yang tepat waktu, Kamboja sedang berangsur-angsur menciptakan satu rantai  suplai yang berkesinambungan, mencapai standar-standar produksi beras yang berkesinambungan, dari situ meningkatkan daya tarik bagi pasar-pasar impor.  

Komentar

Yang lain