Museum Asia Tenggara – Tempat yang Hubungkan Kebudayaan-Kebudayaan ASEAN

(VOVWORLD) - Terletak dalam ruang  Museum Etnologi Vietnam, Museum Asia Tenggara merupakan proyek untuk menyambut ultah ke-60  Akademi Ilmu Sosial Vietnam. Museum Asia Tenggara dengan nama “layang-layang” merupakan tempat yang menghubungkan kebudayaan negara-negara ASEAN, merupakan ruang yang memamerkan benda dan foto-foto yang mengingatkan satu Asia Tenggara yang beraneka ragam tentang kebudayaan serta kesenian rakyat.
Museum Asia Tenggara – Tempat yang Hubungkan Kebudayaan-Kebudayaan ASEAN - ảnh 1Museum Asia Tenggara – Tempat yang menghubungkan kebudayaan-kebudayaan ASEAN

Gedung Museum Asia Tenggara yang bernama “Layang-layang” meliputi 4 lantai yang seluas hampir 5 Hektar, resmi dioperasikan pada tahun 2013 setelah 6 tahun konstruksi dengan kerja sama antara para pakar Vietnam dan Perancis. Ketika  berbicara tentang arsitektur yang unik dari gedung ini, Profesor Muda, Doktor Nguyen Duy Thieu, mantan Wakil Direktur Museum Etnologi Vietnam, memberitahukan:

“Teori pembangunan museum ialah menciptakan ruang pameran yang mengesankan. Untuk bisa membuat desain dan  kesan itu, harus berdasarkan pada kebudayaan komunitas. Kawasan tempat kita sedang tinggal adalah Asia Tenggara, kawasan peradaban pertanian, yang terkait dengan ritual memohon hujan untuk menanam pohon. Ketika  hujan banyak yang menyebabkan kegenangan, mereka harus melepaskan layang-layang untuk memohon agar hujan berhenti. Dari konsep rakyat itu, kami memilih layang-layang menjadi desain museum tersebut”.

Museum Asia Tenggara – Tempat yang Hubungkan Kebudayaan-Kebudayaan ASEAN - ảnh 2Profesor Muda, Doktor Nguyen Duy Thieu

Untuk mendapatkan volume artefak bernilai yang cukup besar sebanyak lebih dari 2.200  artefak dan sangat banyak kaset audio, video, serta dokumen penting yang mencerminkan secara jelas kehidupan komunitas-komunitas di kawasan, para peneliti museum tersebut harus mengoleksinya dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, museum ini juga  mendapat koleksi-koleksi bernilai yang diberikan para kolektor di banyak negara seperti koleksi “Etnologi tipe Asia”  yang diberikan Profesor Kaneko Kazushige (Jepang), “Lukisan kaca Indonesia”  yang diberikan pasutri guru pencak silat O’og Maryono dan Doktor Rosalia Sciortino (Italia), “Sekilas budaya dunia”  yang diberikan Profesor Le Thanh Khoi (orang Vietnam yang berkewarganegaraan Perancis) dengan lebih dari 300 artefak dari banyak kebudayaan di benua-benua yang berbeda, banyak zaman yang berbeda,  dimiliki banyak peradaban.

Museum Asia Tenggara – Tempat yang Hubungkan Kebudayaan-Kebudayaan ASEAN - ảnh 3Lukisan kaca Indonesia
 
Museum Asia Tenggara – Tempat yang Hubungkan Kebudayaan-Kebudayaan ASEAN - ảnh 4Pisau pelindung dari warga Indonesia
Museum Asia Tenggara – Tempat yang Hubungkan Kebudayaan-Kebudayaan ASEAN - ảnh 5Agama Buddha aliran Mahayana (Kendaraan Besar)

Ketika berbagi tentang makna terbentuknya museum tersebut, Profesor Muda, Doktor Nguyen Duy Thieu menganggap bahwa peradaban dan kebudayaan negara-negara Asia Tenggara pada dasarnya sama, tetapi karena  terkena dampak faktor integrasi dari luar , jadi keanekaragaman telah tercipta.

“Sekarang warga Vietnam mengerti sedikit tentang kebudayaan Asia Tenggara. Oleh karena itu, kami berupaya maksimal untuk turut meningkatkan pemahaman tentang Asia Tenggara dari  warga Vietnam serta para wisatawan mancanegara yang datang di sini”.

Pameran di museum tersebut diselenggarakan dengan gaya modern, ilmiah dan artistik tinggi melalui 5 tema utama: Kain, Kehidupan Sehari-hari, Kehidupan Sosial, Seni Pertunjukan, dan Agama. Banyak faktor budaya warga Asia Tenggara menunjukkan satu Asia Tenggara yang beragam namun bersatu dalam budaya dan gaya hidup, menyerap perhatian dari tidak hanya wisatawan domestik dan mancanegara saja, melainkan juga banyak anggota korps diplomatik dan para kepala negara yang  berkunjung di museum.

“Ini untuk pertama kalinya saya mengunjungi Museum Asia Tenggara. Saya sungguh-sungguh sangat terkejut dan terkesan atas keanekaragaman kebudayaan negara-negara ASEAN melalui semua artefak yang dipajang di sini. Saya berharap agar museum ini akan lebih berkembang pada masa depan”.

“Saya melihat bahwa pengaturan di museum ini cukup baik, membangkitkan antusiasme penonton. Saya bisa mendapat lebih banyak informasi tentang sejarah dan  kebudayaan Vietnam serta negara-negara ASEAN. Kunjungan ini cukup bermanfaat bagi saya".

Dalam proses aktvitas, museum tersebut telah berkoordinasi dengan berbagai Kedutaan Besar untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan, seperti pertunjukan acara-acara seni tari  rakyat kontemporer yang dilakukan  para seniman Thailand dan Laos, aktivitas-aktivitas mengalami dan menguak tabir Asia Tenggara seperti coba mengenakan pakaian tradisional, membuat wayang, memotong dan menempelkan topeng, dan lain-lain.

Akan tetapi, sejak awal tahun 2020 hingga sekarang, karena dampak wabah Covid-19 maka jumlah pengunjung di museum menurun secara drastis. Museum telah melakukan solusi-solusi yang sesuai seperti mempromosikan program-program aktivitas pendekatan ke  berbagai sekolahan untuk melayani penemuan pusaka budaya dalam situasi kenormalan baru. Sejajar dengan itu, museum juga memperkuat komunikasi di medsos seperti memperkenalkan artefak dan kisah tentang  artefak, aktivitas-aktivitas museum dan ruang penemuan museum  di facebook, youtube, agar massa rakyat bisa lebih mengetahui  tentang kebudayaan Vietnam dan kebudayaan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara./.

Komentar

Yang lain