Organisasi IFS dengan missi mengkonektivitaskan rasa kasih sayang

(VOVWORLD) - Walaupun baru dibentuk pada bulan Mei 2017, hingga sekarang , setelah setahun melakukan aktivitas, organisasi “Persahabatan multi kebudayaan “Intercultural Frienschip Society” (IFS) telah 12 kali menyelenggarakan  kunjungan ke para anggotanya. Itu merupakan kunjungan-kunjungan amal untuk membantu para anggota delegasinya lebih mengerti tentang orang-orang yang bernasib kurang mujur. Para pemuda Indonesia yang berusia dari 17-30 tahun bisa ikut serta dalam program ini.
Organisasi IFS dengan missi mengkonektivitaskan rasa kasih sayang - ảnh 1 Para anggota IFS bermain bersama dengan anak-anak di Perkampungan Anak-Anak SOS Ha Noi (Foto: Nguyen Ha)

 “Kami dari Intercultural Friendship Society yang berfokus pada pengembangan kapasitas diri masyarakat Indonesia, terutama pemuda. Jadi tujuan kita ialah meningkatnan peka mereka terhadap masalah sosial, pendidikan dan juga budaya, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kita mengadakan “Friendship from Indonesia / IFF” bertujuan supaya menangani, memberikan solusi menolong bersama. Jadi program kita di luar negeri, kita berharap dapat menyerap ilmu yang kita terima di sini dibawa ke Indonesia dan diterapkan di Indonesia”.

Begitulah pendapat Nurul Hudayah, pengurus komunikasi IFS yang  selalu berjalan seperjalanan dengan para anggotanya dalam kunjungan-kunjungan ke berbagai negara. Dulu, Nurul Hudayah merupakan mahasiswi jurusan akuntansi dari Universitas Negara Yogyakarta, kapi karena kegandrungan terhadap pekerjaan sosial, gadis yang berusia 22 tahun ini memutuskan berkaitan dengan IFS. Dia selalu merupakan salah seorang anggota yang rajin dari organisasi ini sejak baru dibentuk hingga sekarang. Dia bersama dengan pemimpin organisasi ini yaitu saudari Rani Wulandari dan 15 anggota lainnya selalu berupaya keras untuk menyelenggarakan dengan baik kunjungan-kunjungan untuk para pemuda. Rata-rata setiap bulan, IFS menyelenggarakan 1-2 kunjungan sukarela ke berbagai negara dan banyak program amal lainnya di dalam negeri. Sebagai satu orgnaiasi nirlaba, maka untuk ikut serta dalam berbagai program dari IFS, para anggota harus  memikirkan sendiri biaya akomodasi dalam kunjungan dan aktivitas amal. Saudari Nurul Hudayah memberitahukan: "Kami selalu melampirkan proposal pada saat penerimaan peserta program FFI. Proposal tersebut bisa mereka gunakan untuk mencari dana, mencari sponsor. Jadi tidak semua orang yang ikut di sini adalah orang yang mampu. Karena mereka ke sini dengan bantuan dari fihak lain juga".

Organisasi IFS dengan missi mengkonektivitaskan rasa kasih sayang - ảnh 2Para anggota peserta program ke Perkampungan Anak-Anak SOS Ha Noi   (Foto: Nguyen Ha)

Enam bulan setelah terbentuk, pada bulan November 2017, IFS mengadakan program pertama di Viet Nam dengan kunjungan di Perkampungan Persahabatan Viet Nam. Di sini, rombongan tersebut berpeluang melakukan kontak dan mencari tahu tentang anak-anak yang bernasib  kurang mujur yaitu anak-anak dari veteran perang dan veteran perang yang terkena agen oranye/dixoin dalam perang agresi yang dilakukan oleh imperialis Amerika Serikat di Viet Nam. Setelah kunjungan itu, IFS terus mencari tahu tentang organisasi-organisasi di Viet Nam yang memerlukan bantuan dari masyarakat. Dan dalam kunjungan empat hari di Viet Nam pada pertengahan bulan April lalu, rombongan ini telah mengunjungi dua basis yaitu Wisma Perawatan Anak-Anak Persahabatan Dong Da dan Perkampungan Anak-Anak  SOS Ha Noi.

Suasana dari satu kelas untuk anak-anak yang berusia 4 tahun di Perkampungan Anak-Anak SOS menjadi lebih gembira ketika ada kunjungan para anggota rombongan IFS. Hampir 30 orang anak dan anggota rombongan asyik bernyanyi bermain, berpotret bersama dan lain. Tidak hanya mengunjungi dan mencari tahu tentang kehidupan di Perkampungan Anak-Anak SOS saja, dalam kunjungan ini, 25 anggtota IFS juga memberikan sumbangan berupa 100 kilogram beras dan 3 tong susu untuk keluarga-keluarga di perkampungan ini. Untuk pertama kalinya mengunjungi Perkampungan Anak-Anak SOS Ha Noi, saudari Rina Sulistiana, anggota IFS mengatakan: “Saya merasa beruntung tetapi juga miris karena ternyata di Vietnam juga terjadi hal serupa seperti di Indonesia, misalnya kayak penelantaran anak yang baru lahir. Mereka adalah generasi penerus penduduk Vietnam dan seharusanya orang tua berada dengan mereka, kemudian memberikan support, memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Tetapi mereka terlantar begitu saja. Tapi adanya SOS ini di Vietnam cukup membantu masyarakat Vietnam”.

Menilai tinggi aktivitas rombongan IFS ini, saudari Nguyen Van Sinh, Direktur Perkampungan Anak-Anak SOS Ha Noi memberitahukan: “Bagi mahasiswa, khususnya organisasi-organisasi sosial, ketika dibentuk, mereka punya kriterium dan tujuan ialah mencari tahu tentang kebudayaan, sosial maupun beberapa masalah yang bersangkutan dengan kehidupan, pada pokoknya, ini merupakan satu aktivitas yang baik. Kedua, ketika mengunjungi basis-basis sosial, mereka telah memberikan sumbangan-sumbangan tertentu, hal itu sangat patut dihargai. Kami juga menilai tinggi para anggoto rombongan ini ketika mereka berinisiatif mencari tahu tentang kehidupan serta aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan di perkampungan ini”.

Sekarang ini, jumlah anggota IFS telah meningkat menjadi 200 orang. Pada bulan April lalu, setelah Viet Nam, IFS juga mengadakan kunjungan di Republik Korea dan pada bulan Mei ialah kunjungan-kunjungan amal di Kamboja dan Malaysia. Dengan hati dan upayanya, para anggota IFS meneruskan misi membawa rasa kasih sayang kepada orang-orang yang bernasib kurang mujur dalam masyarakat. 

Komentar

Yang lain