AS dan Eropa Berupaya Mengusahakan Solusi bagi Masalah Energi

(VOVWORLD) - Karena sumber pasokan terbatas sementara harga terus dipertahankan pada taraf tinggi, bersama dengan situasi-situasi cuaca yang berkembang di luar kebiasaan, negara-negara Amerika Utara dan Eropa tengah mengalami banyak kesulitan dalam menjamin keamanan energi. Serentetan solusi, di antaranya ada langkah-langkah yang belum berpreseden, telah digelar oleh pemerintah-pemerintah untuk menyelamatkan situasi. Namun dalam konteks ada terlalu banyak faktor yang tidak menguntungkan seperti sekarang ini, prospek penjaminan energi dari baik Amerika Serikat (AS) maupun Eropa tetap dianggap harus menghadapi tantangan besar.

Banyak indeks yang baru diumumkan menunjukkan, harga bahan bakar baik di AS maupun Eropa tetap dipertahankan pada taraf yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa yang sama tahun 2021, disusul dengan taraf inflasi yang juga mencapai rekor dalam beberapa dekade ini. Di samping itu ialah perkembangan cuaca panas di luar kebiasaan, sehingga tugas menjamin energi di kedua tepi Atlantik selalu dalam situasi ketegangan klimaks, meskipun serangkaian langkah tanggapan telah digelar.

 
AS dan Eropa Berupaya Mengusahakan Solusi bagi Masalah Energi - ảnh 1Satu stasiun kompresor di pipa gas Yamal-Eropa dekat Nesvizh, Belarus. Foto: Reuters

Situasi Energi Mengalami Perkembangan yang Menegangkan

Sebelum pekan terakhir bulan Juli ini, harga bensin di AS telah mengalami serangkaian penurunan harga terus menerus selama lebih dari sebulan, dari puncaknya lebih dari 5 USD/galon pada pertengahan Juni, hingga di bawah 4,5 USD/galon. Bahkan pada sidang virtual dengan para penasehat ekonomi untuk membahas harga bensin, Presiden AS Joe Biden juga menegaskan bahwa harga bensin di beberapa tempat telah menurun hampir 1 USD dan “orang Amerika saat ini bisa membeli bensin dengan harga di bawah 3.99 USD di lebih dari 30.000 pos bahan bakar di sedikitnya 35 negara bagian”.

Akan tetapi, menurut para ekonom dan kalangan analis, taraf harga 4 USD/galon bensin di AS sekarang masih dua kali lipat dibandingkan dengan taraf harga pada saat Presiden Biden menjabat (bulan Januari 2021). Itulah hal yang menjadi perhatian warga dan pemilih AS. Tentu saja pemerintah pimpinan Presiden Biden menyadari secara jelas masalah ini, terutama dalam konteks hanya masih lebih dari 3 bulan lagi berlangsung pemilihan pertengahan masa bakti Kongres AS (bulan Novemer 2022).

Di Eropa, masalah tersebut bahkan lebih menegangkan dan patut mengkhawatirkan. Harga bahan bakar, khususnya gas, sekarang telah meningkat berkali-kali lipat dibandingkan dengan tahun 2021 dan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi hal yang lebih patut mengkhawatirkan ialah sumber pasokan yang sedang merosot secara drastis, terutama karena kemerosotan dari mitra terbesar yaitu Rusia. Beberapa laporan mengkhawatirkan bahwa Eropa akan tidak memiliki cukup gas cadangan untuk musim dingin mendatang.

Situasi ketegangan dalam hal sumber pasokan bahan bakar dan energi di Eropa terus-menerus tercermin melalui banyak angka dan kasus. Misalnya di perekonomian terbesar di Uni Eropa yaitu Jerman, Pemerintah negara ini pada tgl 21 Juli lalu telah harus mengesahkan paket bantuan darurat istimewa senilai 15 miliar euro untuk menyelamatkan salah satu perusahaan energi terbesar di Jerman yaitu Uniper. Sebelumnya, Uniper pada tgl 18 Juli mengumumkan bahwa perusahaan ini menderita kerugian puluhan juta euro setiap hari sejak Rusia memangkas gas ke Jerman pada bulan Juni lalu.

AS dan Eropa Berupaya Mengusahakan Solusi bagi Masalah Energi - ảnh 2Sebuah pompa bensin di Los Angeles, California, AS. Foto: AFP/VNA

Berupaya Menemukan Solusi

Untuk menghadapi masalah tersebut, Presiden AS Joe Biden baru-baru ini telah melakukan lawatan di Timur Tengah untuk mendesak negara-negara yang kaya minyak tambang di kawasan meningkatkan hasil eksploitasi minyak untuk menciptakan dampak penurunan harga bahan bakar di seluruh dunia. Di samping itu, AS beserta Kanada juga aktif mempercepat pencapaian kesepakatan baru tentang kebijakan energi dengan Meksiko, menciptakan peluang bagi perusahaan-perusahaan AS untuk mendekati pasar energi yang potensial di negara tetangga.

Di Eropa, upaya tanggapan bahkan juga berlangsung dengan jauh lebih giat. Kantor berita Blooomberg pada tgl 22 Juli mengutip data-data pantauan kapal bahwa Eropa sedang aktif meningkatkan pembelian minyak tambang dari negara-negara Timur Tengah untuk menebus merosotnya sumber pasokan dari Rusia karena dampak sanksi-sanksi yang dikenakan Barat.

Akan tetapi, tidak hanya semua negara Eropa yang bertindak menurut arah mengurangi pembelian bahan bakar dari Rusia untuk menghadapi krisis energi sekarang ini. Misalnya, Hungaria baru-baru ini mengumumkan akan membeli lagi 700 juta m3 gas alam selain jumlah yang ditentukan dalam kontrak-kontrak jangka panjang dari Rusia. Pada tgl 20 Juli, Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto mengumumkan di Twitter bahwa ia telah tiba di Moskow untuk merundingkan pembelian lebih banyak gas Rusia.

Hungaria merupakan negara Eropa yang paling tidak ingin mengenakan sanksi energi terhadap Rusia. Banyak pakar internasional mengapresiasi cara mendekati masalah dari para pemimpin Hungaria. Para pakar ini menganggap bahwa pendirian Hungaria sebaiknya didengarkan dan dipertimbangkan secara serius pada konferensi luar biasa Menteri Energi Uni Eropa tentang sumber pasokan gas yang berlangsung pada tgl 26 Juli di Belgia./. 

Komentar

Yang lain