ASEAN bulat pendapat dan bersatu dalam masalah Laut Timur

(WOVworld) – Pada Kamis (6 Agustus), dalam kerangka Konferensi ke-48 Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN  (AMM-48) dan konferensi-konferensi yang bersangkutan di Kuala Lumpur, ibukota Malaysia telah dibuka Forum Regional ASEAN yang ke-22 (ARF-22).  Forum ini membahas masalah-masalah meonjol di kawasan, diantara-nya  ada masalah Laut Timur. Berbeda dengan “sikap menghindari” dari Beijing, bahwa ARF bukan tempat yang cocok untuk membahas masalah Laut Timur, masalah ini menjadi titik berat dan paling banyak dibahas, bukan hanya di semua sesi perbahasan dan pertemuan saja, melainkan juga pertemuan-pertemuan yang diadakan di sela-sela konferensi. Hal yang patut diperhatikan yalah ASEAN telah mendapatkan  suara bersama yang kuat tentang masalah ini. 

 ASEAN bulat pendapat dan  bersatu dalam masalah Laut Timur - ảnh 1
AMM-48 di Kualalumpur, Malaysia.
(Foto:baochinhphu.vn).

ARF didirikan pada Juli tahun 1994 di Bangkok, Ibukota Thailand dengan target permulaan pertama yalah mempertahankan dialog dan bertukar pendapat tentang masalah-masalah di bidang politik, keamanan, pembangunan kepercayaan dan diplomasi prevensif di kawasan Asia-Pasifik. Sampai sekarang ini, ARF telah dihadiri oleh 27 negara, diantaranya ada 10 negara anggota ASEAN, 10 fihak dialog dari ASEAN dan 7 negara yang lain. Dengan skala dan partisipasi yang bertanggung jawab dari para anggota-nya, pada tahun-tahun lalu, ARF telah memberikan sumbangan untuk membangun lingkungan  keamanan regional.

Laut Timur  memanas di ARF-22

Pada waktu belakangan ini, bersama dengan tantangan-tantangan keamanan lain yang muncul di kawasan, semua sengketa  kedaulatan di Laut Timur telah dan sedang menjadi satu isi titik berat pada semua forum keamanan di dalam dan luar kawasan. Untuk bisa mencari satu arah yang akurat dalam menangani masalah Laut Timur, maka tidak bisa  menolak pengaruh ARF. Orang masih ingat bahwa pada Forum ARF-21 di Myanmar pada tahun 2014, ARF telah mengesahkan Pernyataan Bersama tentang Laut Timur yang antara lain menyatakan kecemasan mendalam terhadap tindakan-tindakan Tiongkok yang meningkatkan ketegangan di kawasan. Hal yang patut dibicarakan  yalah negara -negara anggota ASEAN mempunyai pandangan sendiri tentang masalah Laut Timur, maka perihal semua negara anggota, baik negara-negara yang sedang bersengketa maupun negara-negara yang tidak bersengketa  telah sepakat mengeluarkan Pernyataan Bersama seperti itu mempunyai arti yang amat penting dan  memanifestasikan persatuan dalam internal ASEAN.

Sedangkan di Forum ARF tahun ini, pada latar belakang Tiongkok memperhebat pembangunan pulau buatan, membangun landasan terbang di beberapa pulau di kepulauan TruongSa yang berada dalam kedaulatan Vietnam, masalah Laut Timur semakin mendapat perhatian dari para anggota  ARF.

ASEAN sepakat memecahkan masalah sengketa di LautTimur.

Masalah Laut Timur bahkan mesih panas  sudah sejak Forum ini belum dibuka. Menjelang kehadirannya di konferensi ini, Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi telah memperingatkan bahwa membawa masalah Laut Timur ke ASEAN akan “kontra produktif” dan “meningkatkan ketegangan”. Masalah Laut Timur sebaiknya baru dilakukan dalam perundingan-perundingan bilateral. Namun, sudah dalam pidato pembukaan Konferensi ke-48 Menteri Luar Negeri ASEAN(AMM-48), pada Selasa (4 Agustus), Perdana Menteri negeri tuan rumah Malaysia, Najib Razak telah menegaskan banyak masalah internasional  besar, diantaranya ada klaim-klaim yang tumpang tindih terlalu rumit, tiap-tiap negara sendiri-sendiri tidak bisa memecahkannya. Rancangan Pernyataan Bersama dari para Menteri Luar Negeri ASEAN juga menekankan makna penting dalam memperkuat persatuan internal, khususnya harus menangani sengketa-sengketa secara damai di atas dasar hukum internasional. Penegasan Perdana Menteri  Malaysia  bersama-sama dengan rancangan Pernyataan Bersama dari para Menteri Luar Negeri ASEAN menunjukkan: Negeri tuan rumah Malaysia pada khususnya dan negara-negara ASEAN pada umumnya tidak pernah bermaksud menerima tuntutan Tiongkok ialah AMM-48 tidak boleh membahas masalah Laut Timur. Musyawarah dan mufakat ini dianggap sebagai kemajuan berikutnya yang memanifestasikan keberkaitan yang erat dan punya suara bersama dalam negara-negara ASEAN. Menurut kalangan pengamat, keberkaitan ini akan menjadi tenaga pendorong untuk menciptakan kekuatan kolektif dan mengatasi tantangan bersama.

Tiongkok terus menghindari proses menuju ke COC

Pada kenyataan, persatuan dan kesepakatan ASEAN pernah membuat Tiongkok  menyatakan kecemasan. Hal ini dibuktikan pada Mei tahun 2015 ketika Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang ke-26  mengeluarkan Pernyataan yang menunjukkan kecemasan-kecemasan  tentang situasi di Laut Timur, maka Tiongkok memberikan reaksi-rekasi segera sesudah itu. Tiongkok dengan gigih memprotes “upaya-upaya negara-negara yang bertujuan merugikan hubungan antara Beijing dengan ASEAN yang beranggotakan 10 negara”. Atau baru-baru ini, sudah sejak menjelang Konferensi Menlu ASEAN, Deputi Menlu Tiongkok, Liu Zhenmin menyatakan bahwa Konferensi ini jangan  membahas masalah Laut Timur. Akan tetapi, ketika menghadapi persatuan dan kesepakatan ASEAN pada konferensi kali ini dan terbentur dengan celaan keras dari para mitra dari luar, dalam satu perkembangan terkini menjelang pembukaan Forum ARF, Tiongkok menyatakan bahwa negaranya telah “menghentikan reklamasi tanah di Laut Timur. Bersamaan itu, Beijing juga menegaskan kesekapatan dengan ASEAN dalam mempercepat konsultasi-konsultasi untuk menuju ke penyusunan satu Kode Etik tentang Perilaku di Laut Timur (COC).

Sudah sejak lama, Beijing telah mencari banyak cara untuk menghindari dan melambatkan proses perundingan mengenai COC, pada saat berusaha sekuat tenaga untuk memperhebat kehadirannya di Laut Timur. Pernyataan Beijing beserta dengan kesepakatan membentuk hubungan hotline di laut antara ASEAN dan Tiongkok, di satu segi diharapkan bisa membantu melepaskan sumbu ketegangan di Laut Timur, di lain segi  membuat opini umum menyangsikan. Oleh karena itu, ARF-22 sedang menunggu-nunggu indikasi-indikasi  positif yang baru.



Komentar

Yang lain