Belum ada solusi bagi masalah nuklir di semenanjung Korea

(VOVworld) – Tanpa memperdulikan reaksi komunitas internasional maupun sanksi Perserikatan Bangsa-Sang (PBB), pada 9/9 ini, Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK) melakukan uji coba nuklir yang ke-5 dan juga adalah uji coba nuklir yang paling kuat selama ini. Perkembangan baru ini telah meningkatkan ketegangan di kawasan selama lebih dari 10 hari ini, bersamaan itu memperlihatkan bahwa solusi-solusi  untuk mencegah pengembangan senjata nuklir di semenanjung Korea tidak mengembangkan hasil-guna seperti yang diharapkan. 


Belum ada solusi bagi masalah nuklir di semenanjung Korea - ảnh 1
Tempat uji coba nuklir Punggye-ri di RDRK
(Foto: Reuters-bnews.vn)

Uji coba nuklir pada tanggal 9/9 pagi merupakan uji coba nuklir yang ke-5 selama ini dan adalah uji coba nuklir yang ke-2 sejak awal tahun 2016 yang dilakukan oleh RDRK. Kantor Berita Sentral Korea (KCNA) juga memberitakan uji coba membenarkan hulu ledak nuklir yang baru ini bisa dipấng pada rudal.


RDRK terus-menerus melakukan uji coba rudal dan nuklir

Wakil Kepala Program Asia di Dewan Hubungan Internasional Eropa, Mathieu Duchatel memberitahukan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Republik Korea sedang giat berbahas tentang proyek membentuk sistim pertahanan penangkal rudal (THAAD) di wilayah Republik Korea. Kalau beroperasi, sistim ini akan mengawasi secara lebih ketat instalasi-instalasi nuklir RDRK. Ini adalah satu alasan mengapa RDRK melakukan uji coba nuklir yang ke-5 ini. Selain itu, uji coba ini juga bermaksud menimbulkan tekanan terhadap kalangan politisi semua negara, terutama AS dalam mengubah pendirian. Washington hingga sekarang ini tidak melakukan perundingan langsung dengan Pyong Yang kecuali negara ini sudi melepaskan ambisi nuklirnya. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RDRK, uji coba nuklir ini merupakan reaksi untuk membalas apa yang dinamakannya “bahaya nuklir dari AS”. RDRK akan berusaha keras untuk meningkatkan kekuatan nuklir baik secara “kualitas maupun kuantitas”. Program nuklir Pyong Yang akan memainkan peranan vital dalam strategi keamanan nasional. Setelah uji coba ini, Pyong Yang pada 11/9 telah meminta kepada Washington supaya mengakui RDRK adalah negara pemilik senjata nuklir.

Uji coba nuklir ke-5 yang dilakukan oleh RDRK juga karena Pyong Yang menyedari bahwa harus menjamin keamanan ketika Beijing telah bukan lagi sekutu yang terkait seperti pada masa lampau. Di depan Dewan Keamanan PBB, Tiongkok pernah memberikan suara mengesahkan sanksi-sanksi terhadap RDRK.

Uji coba nuklir ke-5 yang dilakukan oleh RDRK membuat negara-negara tetangga merasa sangat cemas dan berupaya cara memperkuat keamanan. Kantor Berita Yonhap dari Republik Korea, Senin (19/9), memberitahukan bahwa negara ini dan AS akan berupaya membangun strategi penangkal tiga tahap untuk menghadapi RDRK pada pembicaraan keamanan tingkat tinggi yang direncanakan akan diadakan pada Oktober mendatang. Menurut itu, berbagai gerak-gerik militer akan diterapkan untuk menghadapi ancaman-ancaman nuklir dari RDRK yang sedang meningkat pada 3 tahap yaitu mengancam melakukan serangan nuklir, akan segera menggunakan senjata nuklir dan melakukan serangan nuklir sunguh-sungguh. Selain itu, Tentara Republik Korea telah memutuskan mengaktifkan secara lengkap strategi penangkalan aktif baik tentang militer maupun non militer untuk menghadapi tindakan-tindakan provokatif yang bisa dilaksanakan oleh RDRK dengan senjata pemusnah massal, melakukan serangan  kawasan dan perang sungguh-sungguh.


Komunitas Internasional terus  berupaya mencegah ambisi nuklir RDRK

Uji coba nuklir ke-5 yang dilakukan oleh Pyong Yang telah menjadi tema yang banyak diungkapkan pada persidangan tingkat tinggi ke-71 Majelis Umum PBB yang berlangsung dari 19-26/9 di New York, AS maupun dalam pertemuan-pertemuan bilateral antara pimpinan banyak negara di sela-sela persidangan ini. Presiden AS, Barack Obama dan Perdana Menteri Tiongkok, Li Keqiang telah sepakat memperkuat kerjasama di banyak bidang untuk mencapai tujuan denuklirisasi semenanjung Korea, meliputi masalah memperhebat kerjasama dalam kerangka Dewan Keamanan PBB dan saluran-saluran pelaksana hukum lain terhadap RDRK. AS juga mendesak Tiongkok bertindak lebih lanjut lagi untuk mengekang RDRK. Washington memberitahukan bersedia melakukan perundingan dengan Pyong Yang kalau negara ini berkomitmen mencabut program senjata nuklir. Selain itu, AS dan Tiongkok telah juga mengoperasikan perbahasan-perbahasan tentang kemungkinan memberlakukan satu resolusi sanksi dari PBB untuk membalas uji coba nuklir yang dilakukan oleh RDRK tersebut.

Barang kali, menjatuhkan sanksi atau mengisolasi RDRK tidak mendatangkan hasil-guna seperti yang diharapkan karena pada kenyataannya tidak bisa membuat Pyong Yang mengubah ambisi mengembangkan rudal balistik dan senjata nuklir. Juru bicara Kemlu RDRK menyatakan bahwa upaya keras AS dalam mendorong sanksi-sanksi setelah Pyong Yang melakukan uji coba nuklir yang ke-5 adalah hal yang menertawakan, bersamaan itu menegaskan akan terus memperkuat kekuatan nuklirnya.

Menurut kalangan analis, sanksi-sanksi terhadap RDRK walaupun belum efektif, tetapi ada banyak kemungkinan, komunitas internasional tidak ada pilihan yang lebih baik selain memberikan sanksi yang lebih kuat lagi. Akan tetapi, untuk jangka-panjang, baik RDRK maupun negara-negara yang bersangkutan supaya bersama-sama mengalah untuk menuju ke perundingan tentang masalah nuklir.

Komentar

Yang lain