Bertindak sebelum terlambat

      Pada pekan ini, semua mata ditujukan kepada kota Durban-Afrika Selatan - tempat berlangsungnya Konferensi ke-17 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim  (COP-17) dengan harapan  supaya  kota pelabuhan  terbesar di Afrika Selatan akan menyaksikan satu kemajuan besar  untuk menuju ke satu naskah sebagai pengganti tahap  yang pertama Protokol Kyoto (KP). Namun  harapan  ini hanya bisa menjadi kenyataan  jika  semua kelompok  maju dan sedang berkembang  mempersempit  kesenjangan dalam melaksanakan  tanggung jawab terhadap bumi - rumah bersama.

Bertindak sebelum terlambat - ảnh 1
(Para utusan di Konferensi COP-17. Foto : baomoi.com)


          COP-17  berlangsung dari 28 November sampai 8 Desember nanti dengan partisipasi dari kira-kira 15.000  delegasi yang datang  dari 194 negara dan teritorial peserta  Konvensi Kerangka PBB tentang perubahan iklim  (UNFCCC). Titik berat  pokok  pada konferensi  yang memakan waktu dua pekan ini  ialah  upaya-upaya yang  bertujuan untuk memperpanjang  KP ke periode ke-2 ketika  ia akan  tidak efektif  pada tahun depan. Menurut rencana, COP-17 akan berfokus membahas 5 masalah pokok yang terkait dengan peta jalan pelaksanaan semua permufakatan yang telah dicapai di dua konferensi sebelumnya  maupun di konferensi kali ini, penyusunan  naskah  baru yang mengikat secara yuridis  mengganti  KP untuk periode  pertama; menetapkan jelas tanggung jawab  keuangan dan  kewajiban  memangkas gas limbah  di negara-negara  maju dan beberapa negara yang  baru muncul yang mempunyai volume gas limbah besar; mencari mekanisme koordinasi melaksanakan langkah-langkah  yang cocok dengan  situasi  perubahan iklim  global; menjamin keterkaitan  dari semua permufakatan dengan prinsip  dan kepentingan dari semua pihak  dan komunitas internasional. Presiden  negeri tuan rumah Jacob Zuma berharap supaya konferensi kali ini akan mengawali secara efektif semua  permufakatan di Konferensi  COP-16 di Cankun-Meksiko seperti   pembentukan Dana Lingkungan Hijau, khususnya  komitmen-komitmen dari semua negara maju tentang pemberian dana  kepada Dana ini dan  pemangkasan  volume  gas CO2 seperti yang telah dikomitmenkan.


Bertindak sebelum terlambat - ảnh 2
(Para aktivis lingkungan organisasi Oxfam melakukan demonstrasi melawan perubahan iklim di Durban
Foto : dantri.com.vn
)

          Begitulah agendanya, tapi tampaknya untuk mencapai hasil ini tidak  sederhana. Konferensi COP-17  berlangsung  pada latar belakang  situasi dunia  tidak kondusif, perekonomian dunia menghadapi  bahaya-bahaya  resesi dan potensial dengan banyak  instabilitas. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa sedang menghadapi situasi utang publik yang serius pada saat pemulihan ekonomi  di  negara-negara yang baru muncul berlangsung lambat, oleh karena itu semua komitmen  menangani  tantangan-tantangan  perubahan iklim  global  sulit bisa mencapai hasil seperti harapan semula. Yang paling sulit  sekarang ini ialah  kesenjangan  besar antar negara  tentang target dan  langkah mengurangi gas limbah  untuk mengurangi kenaikan suhu  global menjadi hanya tinggal 2 derajat Celsius. Dan kontradiksi  kepentingan antar negara maju dan negara sedang berkembang tetap merupakan masalah yang sulit dipecahkan. Hal ini termanifestasikan jelas pada hari  diskusi yang pertama  di konferensi  ini, sehingga  sulit  bisa diharapkan tentang  satu hasil  seperti harapaan  semula.  Kepala perunding Amerika Serikat tentang iklim, Jonathan Pershing menegaskan bahwa  dari sekarang sampai 2020, semua negara  yang membuang volume gas limbah yang besar  pasti akan tidak mencapai komitmen  baru manapun tentang target pemangkasan gas limbah. Menurut  hemat Jonathan Pershing, perang  demi satu dunia yang aman  tentang iklim  tetap terus menyusuri jalan setapak  dan menghadapi bahaya menyentuh jalan buntu  ketika sebagian besar negara anggota  peserta KP tidak ingin meratifikasi  periode ke-2 naskah ini dan  semua perekonomian  yang baru muncul  yang melepas volume gas limbah yang besar seperti Tiongkok, India dan Brasil  dengan gigih  berdiri di luar  upaya mengurangi  gas limbah. Sebelumnya, Jepang dan  Rusia – dua anggota  KP yang aktif  juga mengatakan   akan  tidak berpartisipasi pada KP untuk  periode berikutnya. Eropa  juga memberitahukan  hanya sepakat memperpanjang KP  jika  ada partisipasi  dari Tiongkok dan Amerika Serikat.

          Sampai saat ini, banyak konferensi di bawah pimpinan PBB telah berlangsung, tapi  tetap belum  memecahkan masalah utama sementara itu situasi  perubahan iklim global sedang berlangsung secara amat rumit. Khususnya kenaikan  panasnya bumi sedang berpengaruh negatif  terhadap semua benua,   lingkungan, kesehatan manusia, produk pangan dan lapisan Ozon pelindung bumi  maupun semua  infrastruktur di planit  sekarang. Menjelang Konferensi COP-17, para  pakar PBB telah mengajukan penilaian bahwa dunia sulit bisa  mencapai target  mempertahankan  tarap kenaikan  suhu global menjadi hanya tinggal  di bawah 2 derajat Celsius tahun 2020, meskipun bisa menyelesaikan semua target tentang  pemangkasan  gas limbah  yang meninbulkan efek rumah kaca. Oleh karena itu, perang untuk mencegah  kenaikan panasnya bumi  memerlukan kerjasama bersama di seluruh dunia, upaya, kerjasama dan pengorbanan kepentingan dari semua negara, khususnya  negara-negara maju, sebelum  segala  hal menjadi terlambat. /.
Doan Trung

Komentar

Yang lain