(VOVworld) - Pada Kamis 3 Mei, di Beijing (ibu kota Tiongkok), Amerika Serikat dan Tiongkok melakukan dialog ke-4 tentang strategi dan ekonomi, salah satu diantara berbagai mekanisme tahunan yang paling penting dalam hubungan Tiongkok - Amerika Serikat sekarang. Berlangsung selama dua hari dialog ini diharapkan akan melepaskan secara berangsur-angsur sumbatan dalam hubungan antara dua perekonomian paling besar di dunia, akan tetapi menurut para analis, ini adalah hal yang tidak serderhana, karena baik Amerika Serikat maupun Tiongkok memiliki kepentingan strategis sendiri-sendiri.
Bendera AS dan Tiongkok
(Foto: vov.vn)
Dialog tersebut dilakukan dibawah pimpinan Deputi Perdana Menteri Wang Qishan, Anggota Dewan Negara Tiongkok Tai Ping Quo, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner. Meskipun hanya berlangsung selama dua hari, akan tetapi dialog di atas dinilai punya pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan hubungan Amerika Serikat - Tiongkok. Menurut informasi yang diumumkan kedua fihak, dialog kali ini berfokus pada masalah-masalah menonjol dalam hubungan Amerika Serikat - Tiongkok, baik bidang politik maupun ekonomi.
Deputi Menlu Tiongkok Cui Tiankai
(Foto: vietbao.vn)
Di bidang politik, Deputi Menlu Tiongkok, Cui Tiankai memberitahukan bahwa dua fihak akan melakukan perbahasan tentang masalah keamanan strategis yang menjadi minat bersama, masalah perubahan iklim, keamanan energi, masalah Sudan, Asia Selatan dll… Selain itu, menurut para komentator, situasi di semenanjung Korea, situasi Suriah atau impor minyak Tiongkok dari Iran, keamanan pelayaran di Laut Timur… mungkin akan diungkapkan fihak Amerika Serikat dalam kerangka dialog tentang strategi bilateral kali ini. Sedangkan di bidang ekonomi, para pemimpin Amerika Serikat dan Tiongkok akan berbahas tentang usaha mendorong ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan dan seimbang, prospek kebijakan keuangan dan moneter di masing-masing negara, memperluas kesempatan perdagangan dan investasi, menstabilkan dan melakukan reformasi pasar keuangan. Deputi Menteri Keuangan Tiongkok, Zhou Quan Yew menambahkan bahwa dalam kerangka dialog kali ini, dua fihak juga menyatakan memulihkan kembali perundingan Perjanjian Proteksi investasi bilateral.
Menteri Keuangan AS Geithner
(Foto: viet.rfi.fr)
Dengan masalah - masalah menonjol di atas, dialog tersebut telah mendapat perhatian dari opini umum. Sebelum berlangsung dialog itu, kalangan politisi dan opini umum Amerika Serikat telah mengajukan penilaian-penilaian positif dan pidato-pidato yang isinya menyatakan optimisme terhadap hubungan Amerika Serikat-Tiongkok. Menteri Keuangan Amerika Serikat, Geithner menilai bahwa tidak ada negara di dunia pada waktu yang sama mendapat banyak kesempatan dan tantangan yang berselang-seling seperti di Tiongkok. Pemerintah pimpinan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada waktu lalu telah mencapai langkah-langkah penting dalam targetnya. Kalangan pimpinan badan usaha Amerika Serikat menganggap dialog ke-4 kali ini sebagai satu kesempatan emas bagi Tiongkok untuk mendorong reformasi lingkungan investasi. Ketua Dewan Bisnis Amerika Serikat-Tiongkok, John Frisbie menyatakan bahwa semua perusahaan Amerika Serikat berharap supaya Tiongkok menyepakati membuka perbahasan-perbahasan tentang Perjanjian investasi bilateral, menurutnya membolehkan semua perusahaan asing bisa memiliki badan-badan usaha Tiongkok.
Menlu AS Hillaty Clinton tiba di Beijing untuk menghadiri Dialog tersebut
(Foto: dantri.com.vn)
Seiring dengan berbagai penilaian positif dan harapan-harapan, dialog ini juga harus menghadapi banyak tantangan yang tidak kecil yang mengancam mempengaruhi keberhasilan mekanisme kerjasama bilateral ini. Menjelang dialog ini, Amerika Serikat telah mendesak Tiongkok supaya melakukan reformasi keuangan guna menciptakan lapangan main yang adil antara dua perekonomian, yang diantaranya terus mengulangi masalah mata uang Tiongkok Renminbi. Menteri Keuangan Amerika Serikat, Timothy Geithner menganggap bahwa reformasi tentang nilai kurs Bejing belakangan ini masih belum cukup.
Mata uang Renminbi (Tiongkok) dan USD (AS)
(Foto: doanhnhansaigon.vn)
Akan tetapi menurut kalangan analis, Menteri Timothy Geithner cukup bijaksana untuk tidak mengajukan masalah kurs Renminbi menjadi masalah panas dalam dialog karena beberapa alasan. Pertama ialah defisit perdagangan Amerika Serikat adalah multilateral. Pada tahun 2010, Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan dengan 88 negara. Kedua ialah mata uang Renminbi sekarang telah naik sebanyak 31,4 persen terbanding dengan USD sejak pertengahan tahun 2005. Ketiga ialah menurut penelitian, hanya dari 20 persen sampai 30 persen jumlah barang Tiongkok yang dieksport ke Amerika Serikat memanifestasikan nilai tambah di Tiongkok. Kira-kira 60 persen jumlah barang ekspor Tiongkok adalah milik badan-badan usaha yang punya modal investasi asing. Dengan demikian, fundasi produksi globalisasi sedang berpengaruh terhadap perdagangan bilateral Amerika Serikat-Tiongkok, jadi bukan kurs pertukaran.
Menlu Hillary Clinton berkunjung di India
(Foto: vnexpress.net)
Di gelanggang internasional juga ada indikasi-indikasi yang dicemaskan akan mempengaruhi hasil dialog tersebut. Diantaranya ada kunjungan yang dilakukan Menlu Amerika Serikat, Hillary Clinton ke Filipina dan India sebelum tiba di Beijing untuk menghadiri Dialog keempat tentang Strategi dan Ekonomi Tiongkok – Amerika Serikat. Semua negara tersebut sedang mempunyai perbedaan pendapat tertentu dengan Tiongkok. Sementara itu, Dialog kedua tentang Keamanan Strategis Tiongkok – Amerika Serikat yang diadakan dalam kerangka putaran Dialog ke-4 tentang Strategi dan Ekonomi Tiongkok – Amerika Serikat, yang berakhir pada Rabu 2 Mei di Beijing mencapai hasil yang tidak begitu positif ketika dua pihak hanya sepakat terus mengembangkan mekanisme Dialog keamanan strategis dan menciptakan syarat kepada mekanisme ini untuk memainkan peranan yang lebih tinggi dalam memperkuat kepercayaan strategis bilateral.
Ketika menilai Dialog tentang Strategi dan Ekonomi Amerika Serikat-Tiongkok kali ini, beberapa pakar menganggap bahwa walaupun hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin hari semakin berkembang, tetapi hubungan umum antara Amerika Serikat dan Tiongkok masih belum lancar dikarenakan adanya serentetan masalah rumit yang tidak bisa ditangani oleh dua negara dalam waktu yang dekat. Jadi dialog kali ini hanya merupakan satu langkah penyangga bagi dua negara untuk membangun hubungan yang lebih positif lagi pada masa depan./.