(VOVWORLD) - Hampir semua institusi ekonomi-keuangan yang besar di dunia menilai bahwa ekonomi dunia pada tahun ini mengalami pertumbuhan yang stabil, tapi terus menghadapi bahaya-bahaya yang terkait dengan konflik perdagangan dan destabilitas politik.
Dalam Laporan prospek ekonomi global yang diumumkan pada akhir bulan Oktober tahun 2024, Dana Moneter Internasional (IMF) memprakirakan bahwa ekonomi dunia tahun ini tumbuh 3,2 persen. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) atau Bank Dunia (WB) juga mengeluarkan angka-angka prakiraan yang sama, di sekitar 3 persen, bahkan bisa mencapai 3,3 persen.
Pendaratan Lunak
Fondasi untuk berharap pada pertumbuhan yang stabil dari ekonomi dunia pada tahun ini ialah prestasi-prestasi yang sangat menggembirakan pada tahun 2024. Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) OECD, Mathias Cormann, pada tahun 2024, ekonomi global telah mengalami pemulihan yang patut diperhatikan, ketika inflasi di banyak perekonomian besar menurun ke prosentase target (2 persen) yang ditetapkan Bank-Bank Sentral tapi pertumbuhan masih stabil.
Peningkatan suku bunga yang tinggi selama dua tahun ini untuk menghadapi inflasi tidak menimbulkan resesi kuat yang dikhawatirkan oleh para pelapor. Sementara itu, pengeluaran jasa dan kebutuhan kerja masih meningkat. Sejak separuh akhir tahun lalu, Federal Reserve System (Fed) atau Bank Sentral Eropa (ECB) telah selangkah demi selangkah mengurangi suku bunga dan satu “pendaratan lunak”, artinya menurunkan suku perekonomian tanpa menyebabkan resesi, dianggap bisa dilaksanakan.
Tetapi beberapa pakar dengan berhati-hati menyatakan bahwa prosentase inflasi di banyak perekonomian besar belum mencapai target 2 persen, bahkan cenderung meningkat secara ringan pada beberapa bulan akhir tahun. Oleh karena itu, kebijakan suku bunga tetap diselenggarakan secara pelan-pelan, bersamaan itu, semua bahaya terhadap pertumbuhan harus diikuti secara erat.
Ketika berbagi kewaspadaan ini, dalam semua pidato kebijakan terkini pada akhir tahun ini, baik Ketua Fed, Jerome Powell maupun Ketua ECB, Christine Lagarde menyatakan bahwa sangat dini untuk mengeluarkan kesimpulan tentang perjuangan melawan inflasi serta pada tahun mendatang akan muncul banyak faktof yang sulit diduga tentang konflik perdagangan, maka baik Fed maupun ECB akan mengurangi suku bunga dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya.
“Variabel” Amerika Serikat
Ketika memprakirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global pada tahun ini, OECD dengan paling optimis menyatakan bahwa pertumbuhan bisa mencapai 3,3 persen, kemudian ialah IMF dengan 3,2 persen. Lebih berhati-hati, dua Bank papan atas di Amerika Serikat (AS) yaitu Morgan Stanley dan Goldman Sachs mengeluarkan prakiraan yaitu 3 persen dan 2,7 persen. Perekonomian yang besarnya nomor dua di dunia, Tiongkok diprakirakan mencapai pertumbuhan sebanyak 4,7 persen menurut OECD dan 4,5 persen menurut WB. Sementara itu, ekonomi zona Eruzone diprakirakan hanya meningkat 1,3 persen, Jepang mengalam peningkatan 1,5 persen.
Tapi, menurut kalangan pengamat, “variabel” ini tergantung pada AS. Seth Carpenter, Kepala ekonom dari Morgan Stanley menilai bahwa hasil pemilu AS dengan kemenangan Donald Trump membuka pengubahan-pengubahan tentang kebijakan dengan pengaruh yang akan disebarkan seluruh ekonomi global. Ketika menyampaikan pandangan bersama, Goldman Sachs menilai bahwa PDB Eurozone bisa hanya meningkat 0,8 persen pada tahun ini karena kebijakan bea-cukai dan ketentuan baru dari AS, khususnya apabila terjadi konflik perdagangan.
Menurut S&P Global, Tiongkok juga diprakirakan tidak bisa menghindari pengaruh akibat tarif dari Pemerintah baru di AS maka PDB tahun depan hanya meningkat 4,1 persen. Tapi ekonomi AS juga terpengaruh apabila terjadi skenario Donald Trump mengenakan tarif yang tinggi terhadap para lawanan ekonomi sehingga menimbulkan konflik perdagangan dengan skala besar.
Menurut Bank Goldman Sahcs, apabila destabilitas perdagangan meningkat ke taraf yang tinggi seperti yang terjadi pada tahapan 2018-2019, PDB AS bisa menurun 0,3 persen, sementara itu Eurozone dan Tiongkok mengalami penurunan 0,9 persen dan 0,7 persen. Tapi, menurut organisasi penelitian Capital Economics (Inggris) krisis dari konflik perdagangan sekarang hanya tinggal di tingkat rata-rata, karena langkah-langkah balasan dari negara-negara lain akan dibuat untuk menghindari eskalasi ketegangan dengan AS.