Instabilitas di Bosnia-Herzegovina – Hasil yang sudah diprakirakan

(VOVworld) – Untuk pertama kalinya setelah 20 tahun memisahkan diri dari Yugoslavia, menghentikan perang etnis 1992-1995, Bosnia-Herzegovina sekali lagi menyerap perhatian dari komunitas internasional pada saat negara ini terperangkap pada situasi instabilitas yang serius pada hari-hari belakangan ini. Serentetan demonstrasi anti Pemerintah telah berubah menjadi huru-hara dengan skala yang belum pernah ada, sehingga membuat negara ini menjadi titik panas bentrokan baru di Eropa. Akan tetapi, ini merupakan hasil yang sudah diprakirakan sebelumnya setelah kejadian-kejadian di negara Eropa Tenggara tersebut selama ini. 


Instabilitas di Bosnia-Herzegovina – Hasil yang sudah diprakirakan - ảnh 1
Bentrokan di Bosnia-Herzegovina semakin meningkat
(Foto: radiovietnam.vn)

Demonstrasi-demonstrasi yang dimulai di kota Tuzla, pusat industri di bagian timur laut Bosnia-Herzegovina pada 5 Februari ini telah cepat berubah menjadi instabilitas yang buruk ketika ia melanda ibukota Sarajevo dan kira-kira 20 kota yang lain. Ratusan penduduk Bosnia-Herzegovina mengalami cedera dalam semua bentrokan dengan polisi. Gedung Dewan Kepresidenan dan beberapa kantor Pemerintah yang lain dibakar dan dirusak. Walikota 3 kota yaitu Tuzla, Zenica dan Sarajevo harus mengundurkan diri.

Ekonomi yang lumpuh, politik yang terpecah-belah: dua alasan utama yang menyebabkan instabilitas

Alasan pertama yang menyebabkan instabilitas di Bosnia-Herzegovina sekarang ialah situasi ekonomi lemah yang berkepanjangan selama bertahun-tahun ini. Walaupun sudah menjadi negara merdeka selama hampir 20 tahun, tapi Bosnia-Herzegovina tetap merupakan negara yang paling miskin di Eropa. Para demonstran juga marah-marah atas kegagalan Pemerintah dalam menangani resesi ekonomi.

Menurut penyelidikan yang dilakukan dari Bank Sentral, prosentase pengangguran di Bosnia-Herzegovina berada pada taraf yang paling tinggi di Eropa, dari 27,5% sampai 44%, diantaranya prosentase pengangguran pemuda menduduki kira-kira 25% dan 1/5 diantara 3,8 juta penduduk sekarang sedang hidup di bawah taraf kemiskinan. Direktur Kawasan Eropa Tenggara dari Bank Dunia, Ellen Goldstein menilai bahwa ini merupakan angka-angka yang mengejutkan dan merupakan masalah serius yang perlu ditangani.

Tidak hanya begitu, para demonstran juga marah-marah karena korupsi melanda luas di kalangan pejabat. Menurut organisasi nirlaba Transparansi Internasional, korupsi lebih buruk dari pada semua negara di daerah Balkan.

Sementara itu, sistim politik Bosnia-Herzegovina telah mengalami perpecahan yang mendalam. Menurut kalangan pengamat, permufakatan tentang penghentian perang 1992-1995 telah membuat mesin politik negara ini kekuasaannya terpencar membuat Pemerintah Pusat menjadi lemah pada saat Tanah Air terpecah menjadi dua daerah otonomi. Pada saat para pemimpin asal Bosnia ingin memperkuat dan memfokuskan kekuasaan untuk Pemerintah Pusat, tapi pemimpin Croatia yang mengikuti jalan konservatif tetap ingin mendorong institusi-institusi otonomi.

Uni Eropa tidak menutup kemungkinan mengirim pasukan ke Bosnia-Herzegovina

Untuk menghadapi bahaya instabilitas di Bosnia-Herzegovina yang bisa berpengaruh terhadap seluruh kawasan, pada Senin (10 Februari), Komisaris Tinggi Uni Eropa urusan politik keamanan dan hubungan luar negeri, Catherine Ashton mengimbau kepada pemimpin negara di daerah Balkan ini supaya memenuhi semua tuntutan rakyat dan berusaha melepas Tanah Air keluar dari situasi sekarang. Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggeris, William Hague berpendapat bahwa demonstrasi-demonstrasi di Bosnia merupakan suara lonceng peringatan bagi komunitas internasional.

Pada saat itu, wakil senior internasional urusan Bosnia-Herzegovina, Valentin Inzko bahkan memperhitungkan kemungkinan mengirim serdadu Uni Eropa ke Bosnia-Herzegovina jika situasi instabilitas meningkat. Menurut dia, jika ketegangan terus mengalami eskalasi, maka tidak tertutup kemungkinan mengirim pasukan Uni Eropa ke negara ini, walaupun hal ini bukanlah satu pilihan pada saat ini.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Sarajevo mengimbau kepada kalangan pemimpin Bosnia-Herzegovina supaya sebaiknya mendengarkan aspirasi para demonstran dan cepat menghentikan kekerasan.

Perdana Menteri negara tetangga Croatia, Zoran Milanovic mendesak Uni Eropa supaya cepat membantu Bosnia-Herzegovina untuk menangani semua masalah sekarang dan mempercepat proses penerimaan negara ini menjadi anggotanya.

Solusi yang implementatif: cepat menyelenggarakan pemilu

Untuk menghadapi bahaya eskalasi ketegangan dan tekanan komunitas internasional, dua partai dalam Persekutuan yang berkuasa di Bosnia-Herzegovina mengimbau supaya menyelenggarakan pemilu secepatnya. Partai Sosial Demokrat (SDP) menekankan perlu menghentikan kekerasan, memulihkan keamanan bagi penduduk dan cepat menyelenggarakan pemilu. Anggota Dewan Kepresidenan Bosnia-Herzegovina sekaligus pemimpin Partai Aksi Demokrasi, Bakir Izetbegovic juga mendukung pendapat ini. Dia berpendapat bahwa rakyat Bosnia-Herzegovina menginginkan satu perubahan dan mereka pantas mendapat kesempatan untuk memilih orang-orang yang mereka percaya.

Bersama dengan pemilu dini, kalangan pengamat berpendapat bahwa para pemimpin baru harus bisa melakukan langkah-langkah terobosan untuk mengembangkan ekonomi Bosnia – Herzegovia, membawa negara ini lepas dari daftar sebagai salah satu diantara negara-negara yang paling miskin di Eropa. Tapi, ini bukan tugas yang mudah. Opini umum sedang menunggu bagaimana negara Eropa Tenggara ini akan lepas dari krisis yang buruk tersebut./.

Komentar

Yang lain