Ketegangan di Sudan belum berhenti

(VOVworld) – Ketegangan antara Sudan dan Sudan Selatan sedang semakin bereskalasi, sehingga opini umum internasional merasa cemas. Kalau tidak ada langkah untuk mengatasi kontradiksi dan sengketa tersebut secara efektif akan memojokkan dua negara tetangga ini pada satu peperangan yang luas dan mendalam.

Dalam satu perkembangan baru, pada 11 April, Sudan telah menghentikan semua perundingan dengan Sudan Selatan tentang penghentian perdebatan mengenai pos-pos pembayaran minyak serta sengketa-sengketa yang lain ketika baku hantam terjadi lagi di kawasan perbatasan produksi minyak tanah. Dalam pengumumannya, kota Khartoum memberitahukan bahwa akan segera menarik semua delegasi perundingnya dari perundingan yang disponsori oleh Uni Afrika di ibukota Addis Ababa-Etiopia dan memerintahkan mobilisasi umum tentara. Sebelumnya, pada 10 April, para serdadu Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (Sudan Selatan) telah melakukan serangan total yang berskala besar terhadap pertambangan minyak Heglig, pertambangan minyak terbesar di Sudan, yang menghasilkan 115.000 barel minyak per hari, jumlah yang menduduki 50%, dengan alasan sebagai tindakan bela diri. Menurut gugatan dari pemerintahan Juba, pasukan tentara Sudan telah menggunakan pesawat tempur dan meriam berat menyerang kota madya Tashwin di kawasan perbatasan produksi minyak yang kontroversial ini.

Ketegangan di Sudan belum berhenti - ảnh 1
Ilustrasi
(Foto: internet)

Pada awal bulan April ini, Sudan Selatan telah menuduh pihak Sudan supaya terus mengebomi kawasan perbatasan sengketa, sekaligus mengumumkan telah menembak jatuh satu pesawat tempur Sudan yang mengebomi banyak kawasan minyak bumi di antara dua negara. Opini umum berpendapat bahwa, pelanggaran-pelanggaran ini telah meruntuhkan permufakatan gencatan senjata yang telah ditandatangani oleh kedua pihak pada bulan Februari yang lalu. Tambahan lagi, hal itu telah menghancurkan usaha mantan Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki, Kepala Kelompok kerujukan Uni Afrika (AU). Sebelumnya, setelah rencana perundingan bilateral antara Sudan dan Sudan Selatan yang berlangsung di ibukota Addis Ababa-Etiopia gagal, delegasi mediator kerujukan AU telah mengadakan pertemuan dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan Presiden Sudan Omar Al-Bashir untuk membahas langkah-langkah yang bisa dilakukan pada waktu mendatang guna meredakan situasi. Usaha diplomatik ulang-alik ini telah mencapai hasil dengan diadakannya kembali pertemuan-pertemuan tingkat tinggi. Akan tetapi, bentrokan yang meledak telah menyelubungkan bayangan hitam atas harapan akan perdamaian dan pencarian solusi untuk mengatasi kontradiksi antara dua negara. AU telah mengajukan satu rekomendasi baru yang bersangkutan dengan bidang-bidang politik, militer, keamanan, komunikasi, akan tetapi perlu mempelajari dan melakukan konsultasi menyeluruh untuk menjamin partisipasi semua pihak yang bersangkutan.

Sementara itu, perunding utama Sudan Selatan-Pagan Amum berpendapat bahwa, dua negara nampaknya tidak bersedia untuk perundingan ini, sekaligus mengecam delegasi perunding Sudan yang menarik diri dari perundingan dan tidak ingin menandatangani perjanjian resmi dengan delegasi perunding Sudan Selatan. Pada kenyataannya, sejak saat Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan dan mendeklarasikan kemerdekaan pada bulan Juli tahun 2011 sampai sekarang, dua negara tetap senantiasa bersengketa, di antaranya kontradiksi paling besar yalah tentang pembagian perbatasan serta kepentingan tentang minyak bumi. Menurut perhitungan, cadangan minyak bumi Sudan mencapai kira-kira 6,7 miliar barel per tahun (yang nomor ketiga besarnya di Afrika), di antaranya, sumber minyak bumi menduduki sampai 68% pendapatan anggaran keuangan bagian Utara dan 98% pendapatan anggaran keuangan bagian Selatan. Walaupun bagian Selatan mempunyai banyak pertambangan minyak besar akan tetapi bagian Utara mengontrol jalur pipa minyak satu-satunya yang memperbolehkan penyaluran minyak kasar eksport ke negara-negara lain melalui Laut Merah. Menurut perjanjian perdamaian yang menghentikan perang dalam negeri antara dua bagian Selatan-Utara (yang ditandatangani pada tahun 2005), sumber pendapatan dari minyak bumi dibagi dengan prosentase 50-50. Akan tetapi, sejak jadi merdeka, para pejabat bagian Selatan ingin mengganti cara pembagian ini dengan cara membayar ongkos penggunaan infrastruktur untuk pengangutan transisi di bagian Utara.

Ketegangan di Sudan belum berhenti - ảnh 2
Sengketa kepentingan dari minyak bumi membuat hubungan Sudan dan Sudan Selatan semakin menjadi tegang.
(Foto: hanoimoi.com.vn)

Untuk menghindari ketergantungan infrastruktur di bagian Utara, bagian Selatan telah mempelajari pembangunan satu jalur pipa minyak eksport pengganti sampai ke kota Mombasa di Kenya. Ancaman kehilangan miliaran USD setiap tahun dari sumber pendapatan dari minyak bumi telah membuat Sudan yang tergantung pada pertambangan minyak di bagian Selatan tidak mudah menerimanya. Pada waktu belakangan ini, beberapa negara bagian yang terletak di garis perbatasan seperti Kordofan, Blue Nile, Unity… adalah tempat-tempat yang sering terjadi baku hantam antara tentara Sudan dengan kelompok-kelompok yang didukung oleh Sudan Selatan. Tentara dua negara ini telah menggunakan pesawat terbang, tank dan meriam kelas berat dalam bentrokan-bentrokan. Eskalasi ketegangan telah membuat opini umum benar-benar merasa khawatir. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki Moon telah harus angkat suara menuntut dua negara supaya menarik tentara dan polisinya dari kawasan yang dipersengketakan.

Amerika Serikat juga menyerukan dua negara supaya mengekang diri dan menghentikan bentrokan untuk menjamin keselamatan dan keamanan untuk rakyat dua negeri. Dalam satu gerak-gerik baru, pada awal bulan April ini, Washington telah memutuskan memberikan bantuan senilai 26 juta USD kepada lebih dari 140.000 pengungsi yang melarikan diri dari bentrokan-bentrokan di dua negara bagian Kordofan Selatan dan Blue Nile dari Sudan…Sekarang, dua negara tetangga ini belum bisa menemukan suara bersama untuk menangani sengketa, perlu ada intervensi dari komunitas internasional. Opini umum merasa khawatir kalau bentrokan terus melanda luas, baik Sudan maupun Sudan Selatan tidak mendapat kepentingan dari minyak bumi, melainkan malah membuat situasi mengalami kemacetan, memundurkan perekonomian dua negara, berpengaruh langsung terhadap kehidupan rakyat di sini./.   

Komentar

Yang lain