Komunitas Internasional Berupaya Menurunkan Suhu Pertempuran di Timur Tengah

(VOVWORLD) - Menghadapi situasi konflik bersenjata antara Israel dan Gerakan Islam Hamas dari Palestina yang kian mengalami eskalasi serius selama ini, komunitas internasional tengah berupaya untuk menurunkan suhu ketegangan, mencegah eskalasi konflik.
Komunitas Internasional Berupaya Menurunkan Suhu Pertempuran di Timur Tengah - ảnh 1Satu gedung di Jalur Gaza dikenakan rudal Israel  (Foto: AFP)

Setelah lebih dari sepekan merebak, baku hantam lintas perbatasan antara Israel dan Gerakan Hamas di Jalur Gaza telah menewaskan ratusan warga Palestina, di antaranya ada banyak anak dan perempuan serta melukai ribuan orang lain, banyak rumah dan bangunan men galami kerusakan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres pada 16 Mei menekankan bahwa situasi kekerasan di Jalur Gaza pekan lalu adalah “teramat mengerikan” dan memperingatkan konflik bisa mendorong kawasan ini ke dalam satu krisis yang tidak bisa dikendalikan. Menghadapi kenyataan ini, komunitas internasional telah aktif melakukan banyak upaya untuk menghentikan konflik.

 

Upaya Menghentikan Konflik

Hari ketika Sekjen PBB, Antonio Guterres mengeluarkan peringatan tersebut (16 Mei) juga adalah hari di mana Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang ketiga terus-menerus dalam waktu sepekan untuk mengusahakan solusi menghentikan konflik. Pernyataan-pernyataan dalam sidang ini maupun sidang-sidang sebelumnya menekankan perlunya harus menghentikan pertumpahan darah antara dua pihak. Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken melakukan pembicaraan telepon secara terpisah dengan para sejawatnya dari Qatar, Mesir dan Arab Saudi untuk mengusahakan solusi menghentikan kekerasan antara Palestina dan Israel. Dalam pembicaraan-pembicaraan tersebut, semua pihak menegaskan bersedia bekerja sama untuk segera mendorong satu permufakatan gencatan senjata. Sehari kemudian itu, pada 17 Mei, Menlu AS terus menegaskan Washington akan berupaya sekuat tenaga untuk menghentikan pusaran kekerasan saat ini, bersamaan itu bersedia memberikan bantuan untuk mengusahakan satu perintah gencatan senjata. Sementara itu, 28 anggota Partai Demokrat di Senat AS mengeluarkan pernyataan mengimbau tentara Israel dan kekuatan Hamas supaya mencapai permufakatan gencatan senjata.

Komunitas Internasional Berupaya Menurunkan Suhu Pertempuran di Timur Tengah - ảnh 2Menlu AS, Antony Blinken  (Foto: AFP/VNA)

Di Eropa, Menlu Jerman, Heiko Maas, pada 16 Mei merekomendasikan ide 3 langkah untuk menurunkan suhu konflik yang berbahaya merebak dengan skala luas ini, meliputi menghentikan serangan dengan rudal, menghentikan kekerasan dan melakukan perundingan kembali tentang langkah-langkah konkret untuk membina kepercayaan antara Israel dan Palestina dan tentang solusi dua negara. Menurut rencana, pada 18 Mei, Menlu negara-negara Uni Eropa mengadakan sidang darurat online untuk membahas solusi menghentikan kekerasan di Timur Tengah. Sementara itu, pada pembicaraan di Paris pada 17 Mei, Presiden Perancis, Emmanuel Macron dan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi menegaskan terus mengoordinasikan upaya-upaya yang mengarah ke satu permufakatan gencatan senjata untuk mencegah peningkatan konflik. Pada pihaknya, selaku satu pihak dalam Kelompok Kuardrilateral Timur Tengah (meliputi PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia), Rusia telah mengimbau Kuardrilateral Timur Tengah supaya segera bertindak untuk menghentikan konflik.

Menghadapi upaya-upaya ini, Mesir telah menerima menjadi mediator bagi satu perintah gencatan senjata antara tentara Israel dan kekuatan-kekuatan di Jalur Gaza pada pekan lalu. Menurut itu, satu rombongan Mesir telah menemui para pejabat Israel dan Hamas. Dalam kesempatan ini, Mesir merekomendasikan satu permufakatan gencatan senjata selama setahun yang diawasi dan dikoordinasikan oleh Kairo.

 

Tantangan dan Prospek

Sayang sekali, hingga saat ini, semua upaya untuk mendorong satu perintah gencatan senjata antara warga Palestina dan tentara Israel masih belum mencapai hasil. Hingga 17 Mei malam (waktu lokal), baku hantam lintas perbatasan antara dua pihak tetap tercatat dengan taraf yang sengit. Yang lebih mencemaskan, konflik antara Palestina dan Israel sekarang ini telah diperluas ke Libanon, negara  yang punya Gerakan Islam Hezbollah yang selalu menganggap Israel sebagai “musuh utama” dan berulang kali menyatakan bahu membahu dengan Hamas. Menurut itu, pada tanggal 17 Mei malam, tentara Israel telah melepaskan tembakan meriam terhadap Libanon Selatan untuk memberikan balasan atas  peluncuran 6 roket dari Libanon Selatan terhadap Israel tetapi telah jatuh di wilayah Libanon.

Menurut kalangan analis,  ada banyak sebab mengapa upaya-upaya komunitas internasional yang belum memberikan hasil. Di antaranya masalah-masalah sejarah yang kompleks dan kedendaman mendalam yang berkepanjangan antara dua pihak menjadi rintangan yang sulit diatasi. Bersamaan itu, konflik Palestina-Israel pada khususnya dan konflik antara dunia Arab dan Israel pada umumnya juga menderita dominasi dan dampak karena kepentingan masing-masing pihak di kawasan serta intervensi dari kekuatan-kekuatan internasional. Dalam pada itu, proses perdamaian Palestina-Israel selama tahun-tahun ini tidak lagi mendapat perhatian layak dari komunitas internasional dengan banyak alasan yang berbeda-beda, di antaranya ialah  negara-negara memusatkan sumber daya untuk menghadapi pandemi Covid-19 atau berfokus pada masalah-masalah yang terkait dengan kepentingan porosnya.

Meskimpun begitu, opini umum tetap percaya bahwa pencegahan eskalasi konflik dan pemulihan perdamaian masih ada peluang. Karena pihak-pihak tidak bisa selamanya mengabaikan imbauan gencatan senjata yang dikeluarkan dunia, terutama ketika Dewan Keamanan PBB dan beberapa negara adi kuasa resmi angkat suara. Lebih-lebih lagi, setiap pihak sendiri peserta konflik  menyadari bahwa eskalasi ketegangan akan membuat diri sendiri menderita lebih banyak kerugian. Kerugian itu tidak hanya jiwa warga, potensi ekonomi tapi juga kewibawaan dan citra nasional di arena internaisonal.  

Komentar

Yang lain