Konferensi Keamanan Munich: Misi yang Penuh Tantangan

(VOVWORLD) - Pada hari Jumat (17 Februari), Konferensi Keamanan Munich (MSC) ke-59 (MSC 59) dibuka di Kota Munich, Jerman dengan dihadiri oleh banyak pemimpin dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) dan banyak negara Eropa, Menteri Pertahanan dan banyak pejabat keamanan dan intelijen internasional. Berlangsung dalam konteks situasi dunia berkembang secara rumit, MSC 59 diharapkan dapat menemukan solusi untuk turut menegakkan kembali stabilitas global, menghapuskan risiko dan ancaman terhadap keamanan dunia di masa depan.
Konferensi Keamanan Munich: Misi yang Penuh Tantangan - ảnh 1MSC 59 direncanakan berlangsung dari 17 sampai 19 Februari 2023 (Foto: MSC)

Diadakan setiap tahun sejak tahun 1963, Konferensi Keamanan Munich meski bukanlah tempat untuk menetapkan kebijakan dan strategi, dan juga tidak mampu menangani semua masalah keamanan yang dihadapi dunia, tetapi merupakan forum yang sangat penting bagi para pemimpin, entitas  dan organisasi internasional untuk melakukan dialog tingkat tinggi, memperkuat pemahaman dan kepercayaan, membahas langkah-langkah untuk mengurangi konfrontasi, mengatasi ketegangan, menghadapi tantangan, risiko, dan lain-lain untuk melindungi lingkungan keamanan internasional. Pada tahun ini, dilangsungkan dalam konteks situasi keamanan dunia yang menghadapi banyak tantangan, terutama konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan dalam hubungan AS-Tiongkok, MSC 59 fokus membahas banyak agenda utama yang bersifat aktual global.

Agenda-Agenda Utama

Sebelum pembukaan konferensi tersebut, Duta Besar Christoph Heusgen, Ketua MSC 59, mengatakan bahwa isi titik berat dalam semua sesi perbahasan pada MSC 59 berfokus pada pertanyaan-pertanyaan seperti:  bagaimana dunia sekarang setelah hampir setahun sejak Rusia membuka operasi militer khusus di Ukraina? Apakah kita hidup di dunia di mana merebaknya kekerasan?

Sementara itu, koran DW (Jerman) dan banyak sumber berita internasional lainnya menilai bahwa konflik Rusia-Ukraina merupakan perhatian utama di MSC, karena fakta ini memberikan pukulan keras bagi MSC - peristiwa yang bertugas turut menangani semua konflik secara damai. Pada tahun 2022, hanya beberapa hari setelah MSC 58 berakhir, pada 24 Februari, Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan untuk melakukan operasi militer khusus di Ukraina dengan skala yang dianggap bersejarah oleh negara-negara adi kuasa di Eropa. Selain itu, hingga saat ini, masih ada perpecahan yang jelas di dalam internal negara-negara Barat tentang pendekatan konflik tersebut, termasuk sanksi terhadap Rusia dan bantuan senjata untuk Ukraina. 

Satu agenda penting lainnya yang juga dibahas selama 3 hari berlangsung MSC 59 (dari 17 hinggal 19 Februari) adalah masa depan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dengan demikian, para pemimpin dan pejabat peserta konferensi tersebut akan membahas kemampuan NATO untuk memelihara solidaritas untuk jangka panjang; isu perpecahan Timur-Barat yang semakin jelas; masalah perluasan koalisi untuk termasuk juga Swedia dan Finlandia. Selain itu, surat permintaan Ukraina untuk bergabung dengan NATO juga mungkin akan dibahas tetapi diperkirakan tidak akan berhasil dalam waktu dekat. 

Selain itu, MSC 59 juga membahas serangkaian masalah lain yang muncul terkait keamanan global seperti: pengeluaran pertahanan, hubungan dengan Tiongkok, energi dan iklim, teknologi dan keamanan siber. 

Tantangan dan Solusi

Banyak sumber internasional memberitakan bahwa sebuah laporan yang diumumkan Panitia MSC 59 sebelum konferensi tersebut telah menyoroti bahaya-bahaya yang muncul karena meningkatnya perpecahan di antara institusi-institusi, sekaligus mengimbau untuk merestrukturisasi visi keamanan baru dalam komunitas internasional. Sementara itu, menurut pandangan Ketua Christoph Heusgen, tantangan langsung yang dihadapi Eropa ialah mencari alasan untuk memperkuat dialog. Khususnya,  Ketua MSC 59 menyebutkan secara detail dalam laporan MSC 59 bahwa konflik Rusia-Ukraina berdampak langsung pada dialog antara para pihak, mempengaruhi ketertiban internasional berdasarkan pada hukum. 

Para pakar internasional mengatakan bahwa MSC 59 sangat menyadari tantangan serta perlunya untuk melakukan restrukturisasi keamanan internasional agar sesuai dengan konteks baru. Dalam artikelnya tentang MSC 59, koran DW berkomentar: "Para pemimpin dunia mungkin tidak mendapat kesamaan pendapat terhadap sejumlah masalah, tetapi pasti mayoritas dari mereka akan setuju bahwa dunia sedang memasuki dekade penting dalam restrukturisasi ketertiban dunia". 

Namun, bagaimana merestrukturisasi keamanan internasional merupakan pertanyaan besar. Struktur keamanan itu harus menyelaraskan kepentingan semua pihak terkait dalam skala global. Selain itu, pada hakekatnya, keamanan global berhubungan dengan banyak masalah, termasuk kemakmuran ekonomi, perubahan iklim, konflik kepentingan nasional, dan sebagainya. Oleh karena itu, dialog dan kerja sama harus dihargai dan ditempatkan pada posisi terdepan dalam semua solusi yang ditujui MSC 59.

Komentar

Yang lain