KTT BRICS: Mendorong Kepentingan Dunia Selatan

(VOVWORLD) - Berlangsung dari tanggal 22 sampai 24 Oktober, di Kota Kazan, Federasi Rusia, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Perekonomian-Perekonomian Baru Muncul (BRICS) tahun ini diharapkan akan terus mengangkat organisasi ini menjadi satu kutub kekuasaan dunia Selatan dalam hubungan internasional.

Dengan tema: “Memperkuat multilateralisme demi pembangunan dan keamanan global yang adil”, KTT BRICS tahun ini di Rusia menghimpun pemimpin tingkat tinggi dari 9 negara anggota BRICS (Rusia, Brasil, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab), beserta lebih dari 20 pemimpin negara-negara mitra dan organisasi internasional.

KTT BRICS: Mendorong Kepentingan Dunia Selatan - ảnh 1Tempat penyelenggaraan KTT BRICS di Kazan (Foto: BRICS)

Posisi yang semakin meningkat

Dalam konferensi pers menjelang KTT tersebut, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menegaskan bahwa BRICS semakin memainkan peranan yang lebih besar dalam hubungan internasional, dimanifestasikan di semua segi ekonomi, geopolitik, keamanan serta pendorongan interaksi, kerja sama antar-kebudayaan. Mengenai ekonomi, meningkatnya peranan BRICS dimanifestasikan secara paling jelas di  proporsi blok ini dalam perekonomian global, serta motivasi pertumbuhan yang diciptakan blok ini. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menekankan:

“Selama 10 tahun ini, lebih dari 40% PDB global disumbangkan negara-negara BRICS, dan menurut data-data terkini tahun ini, pertumbuhan ekonomi negara-negara BRICS rata-rata 4%, atau 1,7 % lebih tinggi dari pada taraf pertumbuhan rata-rata Grup Tujuh (G7) dan 3,2 % lebih tinggi dari pada pertumbuhan rata-rata global”.

Posisi baru BRICS terlihat secara lebih jelas dalam perbandingan dengan G7, khususnya ketika grafik kemajuan kedua pihak semakin menunjukkan tren yang berlawanan. Menurut data-data dari Dana Moneter Internasional (IMF), negara-negara BRICS sekarang menduduki sekitar 10% jumlah penduduk dan 30% jumlah PDB dunia. Hingga akhir dekade ini, proporsi PDB negara-negara BRICS dalam perekonomian global akan meningkat menjadi 37%, sedangkan proporsi G7 turun menjadi 28%. Kesenjangan ini bahkan bisa lebih besar jika BRICS menggabungkan lagi anggota pada tahun-tahun mendatang.

Setelah KTT BRICS tahun lalu di Afrika Selatan, blok ini telah menggabungkan lagi 4 anggota dan sekarang ada banyak negara lain seperti: Turki, Thailand, Kuba... yang telah menyatakan keinginannya untuk bergabung pada BRICS. Dari tujuan awalnya hanya fokus pada kerja sama ekonomi, BRICS mulai membahas rencana-rencana yang lebih ambisius dalam menciptakan sistem-sistem keuangan atau mekanisme kerja sama keamanan baru  guna menciptakan status yang lebih seimbang dalam satu ketertiban ekonomi-politik dimana sekarang negara-negara Barat masih memegang peranan dominasi. Raymond Matlala, Ketua Asosiasi BRICS Muda Afrika Selatan, menilai:

“BRICS merupakan suara dari dunia Selatan, dalam satu mekanisme multilateral yang didominasi oleh Barat. Tidak ada mekanisme atau organisasi mana pun yang bisa melepaskan dunia Selatan dari tertib dunia sekarang ini. Hanya ada BRICS, dengan suara dan kerja sama kuat, yang hanya bisa melakukan hal itu”.

Membuat strategi-strategi baru

Menunjukkan tekad untuk menciptakan posisi yang lebih baik bagi dunia Selatan, pada KTT BRICS tahun ini, salah satu topik utama yang dibahas para pemimpin BRICS ialah pembangunan satu sistem pembayaran internasional yang baru, independen dengan sistem-sistem pembayaran internasional sekarang, yang pada pokoknya dikelola oleh bank-bank dan institut keuangan Barat. Rencana ini tidak hanya mempunyai makna penting bagi negara tuan rumah Rusia saja, yang sekarang dikena banyak sanksi dari Barat sejak meledaknya konflik di Ukraina pada bulan Februari 2022, tetapi juga merrupakan strategi yang didukung banyak anggota BRICS lainnya, karena negara-negara ini tidak ingin terlalu banyak bergantung pada sistem-sistem keuangan Barat dan menderita risiko dari keputusan-keputusan sepihak pada masa depan.

KTT BRICS: Mendorong Kepentingan Dunia Selatan - ảnh 2Presiden Rusia, Vladimir Putin berbicara pada satu event sebelum KTT BRICS (Foto: RIA NOVOSTI)

Satu topik besar lainnya yang perlu dibahas oleh para pemimpin BRICS ialah bergabungnya para anggota baru. Dalam pernyataan yang dikeluarkan tidak lama sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov beranggapan bahwa BRICS perlu menghentikan penggabungan anggota baru untuk sementara guna menstabilkan kembali organisasi dan menetapkan target-target strategis umum. Namun, selama ini, banyak negara tetap secara terbuka menyatakan keinginannya untuk cepat bergabung pada BRICS, di antaranya yang paling patut diperhatikan ialah Turki, negara anggota NATO dan sedang menjadi calon masuk jadi anggota Uni Eropa. Bergabungnya  para anggota seperti Turki bisa cepat meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi untuk BRICS, tetapi juga bisa mengemukakan masalah-masalah sulit tentang strategi jangka panjang ketika BRICS ingin menciptakan posisi dan identitas tersendiri, yang pada pokoknya demi kepentingan dunia Selatan.

Komentar

Yang lain