KTT G20: Katalis bagi Pemulihan Global yang Kuat, Komprehensif, dan Berkelanjutan

(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 atau kelompok negara-negara dengan perekonomian besar di dunia akan resmi dibuka pada Selasa (15 November) di Bali, Indonesia. Dalam konteks dunia tengah menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah ada akibat pandemi Covid-19, ketegangan geopolitik, konflik Rusia-Uraina, krisis pangan, energi, dan keuangan, KTT G20 di bawah presidensi Indonesia diharapkan akan menjadi katalis bagi pemulihan yang kuat, menyeluruh, dan berkelanjutan di seluruh dunia.

KTT G20 berlangsung selama dua hari dari tgl 15 hingga 16 November, dengan konfirmasi kehadiran langsung dari 17 pemimpin negara, di antaranya ada Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Tiga isu prioritas yang akan dibahas dalam agenda-agenda meliputi struktur kesehatan global, transformasi digital, ketahanan pangan dan energi. Selain agenda bersama, pertemuan-pertemuan bilateral di sela-sela juga direncanakan untuk mengusahakan solusi-solusi bagi masalah-masalah global.

 

Masa Bakti Keketuaan yang Sulit Belum Pernah Ada dan Upaya-Upaya Indonesia

Ini untuk pertama kalinya Indonesia menjadi Presiden G20, forum kerja sama dari 20 perekonomian besar di dunia dan dianggap sebagai masa bakti Presidensi dengan paling banyak kesulitan dan tantangan. Dunia masih belum pulih secara menyeluruh pasca pandemi Covid-19 dan tengah harus menghadapi banyak bahaya dan instabilitas yang kian meningkat seperti: perubahan iklim, krisis pangan dan energi, terputusnya rantai pasokan, ketegangan geopolitik, dan konflik Rusia-Ukraina sekarang ini.

KTT G20: Katalis bagi Pemulihan Global yang Kuat, Komprehensif, dan Berkelanjutan - ảnh 1Presiden Indonesia, Joko Widodo membuka KTT G20 di Bali (Sumber: Sekneg RI)

Titik berat Indonesia dalam masa bakti Presiden G20 ialah pemulihan ekonomi global pasca pandemi. Namun Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi mengakui bahwa sulit untuk menghindari masalah-masalah geopolitik lainnya. Dalam waktu hampir setahun menjadi Presiden G20 tahun 2022, Indonesia telah memimpin 180 pertemuan berbagai tingkat dengan lebih dari 20.000 peserta di 20 kota di Indonesia, seperti Konferensi Pejabat Senior G20, KTT ke-8 Parlemen G20, Konferensi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, Konferensi Menlu G20 Bali. Akan tetapi, tidak semua sidang penting dalam kelompok kerja G20 mencapai pernyataan atau kesepakatan, karena beberapa negara mengambil sikap keras terhadap isu-isu kompleks. Bahkan, dalam beberapa situasi, kelompok-kelompok kerja harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyepakati penggunaan satu-satunya kata dalam dokumen. Meski begitu, menurut Menlu Retno Marsudi, Indonesia telah berupaya melakukan pembaruan untuk mempertahankan pembahasan-pembahasan secara dinamis.

Tugas Indonesia sebagai Presiden G20 adalah mengelola, agar dinamika yang sangat luar biasa tersebut tidak merusak upaya-upaya dan prestasi G20. Oleh karena itu indonesia terus mengajak negara-negara anggota G20 untuk menunjukkan tanggung jawabnya kepada dunia. Keberhasilan G20, bukan di tangan satu negara tapi berada di tangan seluruh dua puluh negara. Komitmen Indonesia sangat jelas, yaitu G20 menghasilkan kerja sama konkret yang tidak saja berguna bagi anggotanya namun juga dunia, terutama negara-negara berkembang.

 

Berharap pada Hasil KTT G20 di Bali

Presiden G20 mematuhi dua prinsip, yaitu inklusifitas dan “tidak membiarkan ada yang tertinggal”. Artinya, Indonesia menginginkan agar semua negara memiliki hak akses yang setara dalam mendorong isu-isu prioritas G20. Target KTT tidak hanya memberikan kepentingan kepada negara-negara anggota saja, melainkan juga negara-negara non-anggota, yang meliputi negara-negara berkembang, negara-negara pulau kecil dan kelompok-kelompok rentan.

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Vietnam, Denny Abdi, mengatakan, sebagai wakil satu-satunya dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di G20 dan sebagai negara berkembang pertama yang menjabat Presiden, Indonesia memiliki peranan penting dalam angkat bicara demi aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang, di antaranya ada negara-negara kawasan Asia Tenggara.

Bagaimana Indonesia menjamin bahwa Presidensi G20 itu juga bermanfaat untuk negara-negara berkembang dan untuk negara-negara di Asia Tenggara di mana Indonesia adalah satu-satunya anggota negara ASEAN yang ada di dalam G20. Indonesia mengundang wakil-wakil atau ketua regional, organisasi regional dari berbagai belahan dunia, misalnya Ketua ASEAN (Kamboja), Chairman dari Afrika, dari Amerika Latin, dari Pasifik dan Karibia untuk hadir dalam G20. Jadi wakil-wakil negara berkembang ada di dalam G20 . Mereka bisa melihat bagaimana pembicaraan mengenai tiga isu prioritas itu. Apa yang harus dilakukan dimana kerja samanya sehingga nantinya semua akan mendapatkan manfaat. Itulah yang dilakukan Indonesia.

KTT G20: Katalis bagi Pemulihan Global yang Kuat, Komprehensif, dan Berkelanjutan - ảnh 2Duta Besar Indonesia untuk Vietnam, Denny Abdi (Foto: VOV5)

Menurut Duta Besar Denny Abdi, ada dua hal yang penting dalam hubungan antarnegara, yaitu dialog dan diplomasi. Dunia sekarang sedang mengalami kesulitan karena dialog dan diplomasi terhambat. KTT G20 di Bali sedikit banyak dibayangi oleh konflik Rusia-Ukraina. Indonesia merupakan negara yang cinta damai, masalah kemanusiaan dan kemakmuran bersama merupakan prioritas-prioritas dalam politik luar negeri Indonesia. Oleh karena itu, negeri ribuan pulau ini berharap agar KTT G20 di Bali akan memiliki dialog-dialog yang efektif, mencapai kesepakatan dan proyek kerja sama yang konkret serta program-program bantuan antara negara-negara anggota G20 dan dengan negara-negara non-anggota G20.

KTT G20 justru merupakan katalis bagi pemulihan global yang kuat, menyeluruh dan berkelanjutan laksana tema yang diangkat Presiden G20 tahun 2022: “Pulih Bersama-sama, Pulih Secara Lebih Kuat”. Bersamaan dengan itu, kesuksesan KTT G20 di Bali akan membantu Indonesia menegaskan peranan dan posisi strategisnya di kawasan dan di dunia./

Komentar

Yang lain