KTT G-20 tahun 2016: Kesempatan kerjasama dan tantangan

(VOVworld) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 kelompok perekonomian- perekonomian maju dan baru muncul (G-20) diselenggarakan dari 4-5/9 di kota Hang zhou (Tiongkok). Sebagai forum ekonomi penting papan atas di dunia, maka bukan merupakan perkecualian ketika KTT G-20 tahun ini akan berfokus mengusahakan solusi untuk mendororong pertumbuhan ekonomi global. Akan tetapi, dalam rangka KTT ini, semua perselisihan mengenai sengketa wilayah juga bisa diungkapkan. 


KTT G-20 tahun 2016: Kesempatan kerjasama dan tantangan - ảnh 1
Para pemimpin KTT G-20 di Hangzhou, Tiongkok.
(Foto: www.tinmoi.vn).

G-20 selama ini selalu berfokus pada mengkoordinasikan semua kebijakan mengenai moneter dan keuangan antarnegara maju dan sedang berkembang papan atas di dunia untuk menghadapi semua krisis keuangan global. Namun, setelah 8 tahun mengalami pemulihan lembat pasca krisis keuangan tahun 2008, semua negara anggota G-20  melihat bahwa mereka perlu secara mendesak melakukan koordinasi aksi  dalam bidang-bidang yang lebih penting lagi.

Yang menghadiri KTT G-20 tahun ini, selain pemimpin 20 negara anggota, negara tuan rumah Tiongkok juga mengundang dua negara sedang berkembang, yaitu Mesir dan Kazakstan  dengan peranan sebagai undangan kehormatan. KTT G-20 kali ini  juga dihadiri oleh Republik Chad, negara yang sedang memegang jabatan sebagai Ketua Bergilir Liga Afrika (AU), Senegal – mitra utama dari Tiongkok dalam semua proyek  perkembangan di Afrika dan Laos - negara pemegang Keketuaan Bergilir ASEAN tahun 2016.

Ekonomi: Isi titik berat yang disinggung pada KTT G-20

Sebagai negara yang selalu memainkan peranan penting dalam perekonomian dunia dengan total nilai perdagangan luar negeri dan total GDP dari semua perekonomian G-20 yang berturut-turut menduduki lebih dari 80 persen dan 85 persen  di seluruh dunia, tema  KTT G-20 tahun ini  yang dikeluarkan negara tuan rumah Tiongkok yalah menuju ke satu perekonomian dunia yang dinamis, berkonektivitas dan kreatif. Tiongkok menyatakan akan  mengeluarkan satu rencana untuk mendorong pertumbuhan menurut pengarahan reformatif untuk mengusahakan tenaga-tenaga pendorong baru untuk pertumbuhan global, melalui pekerjaan menciptakan satu revolusi industri baru dan satu perekonomian teknik digital, bersamaan itu memacu dialog antarnegara maju dan sedang berkembang.

Pada KTT G-20 kali ini, Tiongkok menginginkan agar semua negara berfokus berbahas tentang tantangan kunci dan masalah menonjol yang dihadapi ekonomi dunia, bersama-sama mendorong G-20 untuk berpindah dari mekanisme menghadapi krisis ke mekanisme melakukan pengelolaan secara berjangka panjang, mengendalikan pertumbuhan ekonomi dunia dan mengarahkan ekonomi internasional. Untuk bisa mencapai tujuan ini, beberapa isi yang bisa disarankan  dalam perbahasan, misalnya solusi kreatif tentang pola pertumbuhan, manajemen keuangan ekonomi dunia yang lebih berhasil-guna lagi, perdagangan dan investasi internasional yang lebih kuat dan pengembangan ragam interaksi. Selain itu, untuk bisa menjalankan kerjasama ekonomi, Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi  memberitahukan bahwa selama waktu berlangsung KTT G-20 kali ini, Tiongkok juga mengadakan Forum Tingkat Tinggi badan usaha  yang berskala paling besar dalam sejarah G-20. Sebelum-nya yalah KTT Kelompok BRICS (yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan). Menurut rencana, Tiongkok juga memimpin semua perbahasan mengenai kebijakan ekonomi  di sekitar harga minyak.

Ketika mengungkapkan  isi G-20, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menilai bahwa KTT G-20 mendatang memainkan peranan penting terhadap perkembangan  yang berkesimambungan dari ekonomi dunia. Sementara itu, menurut pernyataan Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama pada KTT G-20 kali ini akan menekankan usaha mendorong perkembangan ekonomi global secara kuat, berkesinambungan dan seimbang. Dia juga akan menegaskan peranan penting kerjasama G-20 untuk mendorong satu lapangan main yang sama derajat dan kesempatan ekonomi yang luas.

Masalah sengketa wilayah  terus dibahas di Konferensi?

Namun, KTT G-20 kali ini barang kali akan tidak semata-mata hanya berfokus pada masalah ekonomi seperti yang dinginkan oleh negara tuan rumah Tiongkok. Menjelang  Konferensi ini, otoritas dari banyak negara anggota telah menyindir tentang perhatian mereka terhadap masalah sengketa wilayah dan kebebasan maritim. Pertama-tama ialah masalah Timur Laut. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Wakil Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Ben Rhodes memberitahukan: Presiden Barack Obama akan melakukan perbahasan secara cermat dengan Presiden Xi Jinping tentang masalah-masalah yang  menimbulkan  perselisihan yang mendalam antara dua negara, khususnya  meningkatnya  ketegangan di Laut Timur.

Sebagai pemimpin Asia Tenggara satu-satunya  yang menghadiri Konferensi G-20 dengan kedudukan sebagai anggota, Presiden Indonesia, Joko Widodo mungkin juga mengungkapkan masalah Laut Timur di depan forum papan atas tentang kerjasama ekonomi internasional sekarang. Hubungan Jakarta-Beijing pernah terbentur dengan ketegangan dari awal tahun ini di sekitar aktivitas kapal penangkap ikan Tiongkok di dekat kepulauan Natuna  wilayah Indonesia di Laut Timur. Dalam pidato di depan  massa rakyat pada pertengahan bulan Agustus lalu,  Presiden Joko Widodo  berkomitmen akan “membela setiap jangkal tanah kedaulatan” Tanah Air. Sementara itu, sengketa wilayah sedang merupakan perselisihan dalam hubungan Tiongkok-Jepang.  Menjelang Konferensi G-20,  Kementerian Pertahanan Jepang, pada Rabu (31 Agustus), telah merekomendasikan  anggaran belanja pertahanan dengan angka rekor sebanyak 51 miliar dolar Amerika untuk tahun fiskal 2017 - satu bagian diantaranya untuk memperkuat kemungkinan membela pulau-pulau yang dipersengketakan di Laut Timur.

Pada latar belakang ekonomi dunia mengalami pemulihan lambat pasca krisis tahun 2008, Konferensi G-20 kali ini merupakan  peluang  bagi semua negara anggota untuk mengusahakan solusi yang efekti guna mendorong pertumbuhan ekonomi global. Namun, apakah hasil Konferensi ini bisa dibayangi oleh  perselisihan-perselisihan  tentang sengketa  wilayah  atau tidak, hal ini juga bergantung pada  perkembangan kongkrit  pada hari-hari mendatang.



Komentar

Yang lain