Mengatasi Akibat Perang-Sebagian Penting Dalam Hubungan Viet Nam-AS

(VOVWORLD) - Pada Musim Semi 1975, “perang paling panjang dalam sejarah Amerika Serikat” yang dilakukan tentara Amerika Serikat (AS) di Viet Nam sepenuhnya berakhir dengan Operasi Ho Chi Minh yang bersejarah. Empat puluh enam tahun setelah Musim Semi itu, hubungan Viet Nam-AS telah mengalami banyak perubahan, dari konfrontasi menjadi dialog, dari hubungan berkonfrontasi menjadi hubungan bersahabat, dari lawan menjadi mitra lalu berkembang menjadi hubungan kemitraan komprehensif.

Tercapainya hasil ini karena kedua pihak berupaya keras untuk secara bertahap mendamaikan kebencian, membina kepercayaan, bersinergi mengatasi akibat perang dengan semangat yang konstruktif.

Mengatasi Akibat Perang-Sebagian Penting Dalam Hubungan Viet Nam-AS - ảnh 1Duta Besar AS di Viet Nam, Daniel J. Kritenbrink membakar hio di Makaman Truong Son (Foto: Kedubes AS di Vietnam)

Usaha mengatasi akibat perang senantiasa menjadi  sebagian yang penting dalam hubungan antara dua negara sejak normalisasi hubungan diplomatik pada 1995. Kedua pihak berkomitmen melakukan kerja sama untuk memecahkan kewajiban kemanusiaan dan warisan yang ditinggalkan perang secara bertanggung-jawab, menganggap ini sebagai motivasi untuk mendorong hubungan Viet Nam-AS.

Akibat-Akibat yang Sengit dari Peperangan

Perang sudah lewat 46 tahun ini, tetapi akibatnya masih tetap ada, dari luka-luka di tubuh para veteran perang dan penduduk sipil, penyakit dan cacad-cacad dari para korban zat kimia beracun hingga perpisahan dari banyak keluarga, dari flora  yang sepenuhnya berubah bentuk  sampai zona-zona lahan yang keracunan atau terdapat bom dan ranjau yang menyisa dan sebagainya. Orang-orang yang masih hidup pasca perang terus menghadapi masalah-masalah yang serius di segi sosial-ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perang, di antaranya persentase yang mengidap cacad bawaan di Viet Nam mencapai angka yang paling tinggi di dunia.

Tidak hanya Viet Nam saja, kerugian-kerugian tentang jiwa bagi AS dan para sekutunya juga tidak kecil. Selain  kehilangan-kehilangan tentang jiwa, serdadu AS juga menderita kehilangan berat secara  spirituil. Ratusan ribu orang ketika pulang kembali ke tanah airnya telah terkena trauma syaraf karena disorder psikologi dengan ketakutan-ketakutan yang mereka alami di Viet Nam (biasanya disebut Syndrom Viet Nam). Jumlah serdadu AS yang terkena penyakit jiwa di tengah dan pasca pertempuran di Viet Nam mencapai angka paling banyak di antara semua perang dalam sejarah di mana tentara negara ini berpartisipasi.

Bekerja sama Memecahkan Secara Bertanggung-jawab Kewajiban Kemanusiaan dan Warisan Perang

Sejak normalisasi hubungan diplomatik, Viet Nam dan AS mulai mengatasi akibat perang.

Pada 2006, dua pihak menandatangani MoU tentang program kesehatan dan penanganan lingkungan dalam memecahkan agen oranye di Viet Nam, menandai satu tonggak penting untuk bersama-sama mengusahakan solusi-solusi baru atas satu masalah yang kompleks. Pada tahun 2012, Badan Perkembangan Internasional AS (USAIA) bersama dengan Kementerian Pertahanan Viet Nam menggelar proyek “menangani lingkungan yang terpolusi dioxin di Bandara Da Nang.” Setelah proyek ini selesai, pada 2018, dua pihak terus menandatangani permufakatan kerja sama untuk melaksanakan proyek “menangani dioxin di Bandara Bien Hoa.”

Pada 2020, AS berkomitmen memberikan 65 juta USD kepada proyek bantuan bagi penyandang disabilitas di 8 provinsi yang mendapat prioritas dalam waktu  5 tahun untuk menjamin agar mereka berkesempatan berbaur ke dalam masyarakat secara komprehensif dan kualitas kehidupan mereka menjadi baik. Mantan Duta Besar AS di Viet Nam, Daniel J. Kritenbrink menegaskan: “Salah satu prioritas saat ini yakni kerja sama bilateral dalam masalah menangani masalah-masalah kemanusiaan dan warisan perang. Kami sungguh-sungguh percaya bahwa meskipun hubungan antara kita saat ini pada pokoknya mengarah ke masa depan, kami bertanggung-jawab memecahkan masalah-masalah yang menyisa dari masa lampau dan satu masalah penting yang terkait dengan masa lampau antara kita ialah upaya bersama dalam membersihkan dioxin atau disebut agen oranye yang masih menyisa pasca perang. Satu misal lagi tentang warisan perang yakni kami tengah mengobati para penyandang disabilitas di 8 provinsi yang kesebaran  zat beracun dalam perang. Dan barang tentu kedua negara juga tengah berupaya keras untuk mencari orang-orang yang hilang dalam perang dari kedua pihak.”

Selama lebih dari puluhan tahun ini, pihak AS telah memberikan bantuan sebesar ratusan juta USD kepada Viet Nam untuk mengatasi akibat perang. Sebaliknya, Viet Nam juga membantu AS mencari ribuan tulang belulang serdadunya yang hilang dalam perang Viet Nam. Letnan Jenderal Nguyen Chi Vinh, Deputi Menteri Pertahanan Viet Nam menegaskan: “AS mengapresiasi kerja sama Viet Nam dalam mencari orang AS yang hilang dalam perang. Bisa dikatakan ini merupakan bidang kerja sama yang sangat kita banggakan. Kita melakukannya demi kemanusiaan, demi tanggung-jawab dan juga demi pembinaan kepercayaan untuk memperkuat kerja sama dengan AS.”

Jarang ada dalam hubungan antara dua negara di mana masalah mengatasi akibat perang memberikan sumbangan penting bagi proses normalisasi, perbaikan hubungan dan pembinaan kepercayaan seperti antara Viet Nam dengan AS. Untuk adanya hasil seperti saat ini, kedua pihak harus berani melampaui diri sendiri dengan konsistensi dalam tindakan, bijaksana dalam kearifan dan ada visi strategis dan kepercayaan kuat terhadap masa depan yang cerah antara dua negara, dua bangsa. Ini tidak hanya menjadi  model dari proses kerujukan antara dua negara yang berproses dari mantan musuh menjadi sahabat, menjadi mitra yang komprehensif, tetapi juga menjadi  solusi bagi bentrokan-bentrokan regional dan internasional saat ini. 

Komentar

Yang lain