(VOVworld) - Dalam menghadapi bahaya terperangkap kedalam pusaran krisis baru di Mesir, pada Kamis (29 November), Presiden negara ini Mohamed Morsi telah harus menegaskan: Pernyataaan Undang-Undang Dasar (UUD) yang dia berlakukan sepekan yang lalu, yang diantara memberikan banyak prioritas untuk presiden akan tidak efektf lagi setelah Mesir punya UUD baru. Penegasan ini merupakan gerak-gerik pemberian konsesi terkini yang diajukan Presiden Mohamed Morsi dalam menghadapi reaksi keras dari opini umum di dalam negeri tentang Pernyataan UUD tersebut, tapi tampaknya tindakan Presiden Mohamed Morsi ini belum cukup ketika kontradiksi di arena politik Mesir belum ada indikasi turun suhu.
Presiden Mesir, Mohamed Morsi memberlakukan Pernyataan UUD baru.
(Foto:baodatviet.vn)
Semua hal bersumber dari tanggal 22 November ini, ketika Presiden Mohamed Morsi memberlakukan Pernyataan UUD baru yang diantaranya menentukan bahwa semua lembaga yudikatif tidak punya hak veto, menghapsukan atau mengamandir semua undang-undang, pernyataan atau dekrit yang diberlakukan oleh presiden sejak dia dilantik pada tanggal 30 Juni lalu sampai UUD baru diesahkan dan Parlemen baru dipilih. Menurut kalangan analis, keputusan ini telah membatasi secara berarti hak instansi hukum, merupakan intervensi dari lembaga eksekutif pada lembaga yudikatif Pernyataan presiden juga melanggar Undang-Undang organisasi lembaga yudikatif yang menurut itu, presiden tidak bisa mengintervensi urusan lembaga yudikatif. Itu belum berbicara tentang Pernyataan UUD yang juga mengumumkan akan memperpanjang waktu penyempurnaan UUD dari 6 bulan menjadi 8 bulan, terhitung hari pembentukan Dewan Konstitusional. Segera setelah memberlakukan Pernyataan UUD tersebut, Presiden Mohamed Morsi telah memecat Jaksa Agung Abdel Meguid Mahmud, orang yang tidak bisa dia pecat pada bulan yang lalu dan mengangkat penggantinya. Presiden Mohamed Morsi juga memberlakukan Undang-Undang tentang Pembelaan Revolusi pada tanggal 25 Januari tahun 2011 yang menurut itu memulihkan kembali investigasi terhadap pembunuhan dan intrik pembunuhan terhadap para demonstran dalam pemberontakan untuk menggulingkan rezim pimpinan Presiden Hosni Mubarak pada tahun lalu.
Para demonstran berduyun-duyun datang ke ibukota Karo pada 27 November untuk memprotes Pernyataan UUD yang diberlakukan Presiden Mohamed Morsi
(Foto:dantri.com.vn)
Tindakan Presiden Mohamed Morsi tersebut telah menimbulkan kegusaran di kalangan politisi Mesir ketika mereka beranggapan bahwa Presiden ingin memonopoli semua kekuasaan. Kekuatan-kekuatan oposisi, diantaranya ada Asosiasi Hakim, menuduh bahwa pernyataaan Presiden Mohamed Morsi untuk membela semua dekrit yang dia keluarkan dari semua keputusan pengadilan merupakan satu kudeta konstitusional terhadap semua prinsip hukum dan sifat independent dari hukum. Mantan Direktor Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mohamed El Baradei memperingatkan bahwa monopoli kekuasaan yang dilakukan presiden bisa menimbulkan akibat-akibat yang kejam. Kalangan hakim dan kalangan pers Mesir telah menyerukan pemogokan total di seluruh negeri untuk memprotes Presiden Mohamed Morsi – satu perkembangan sama yang pernah terjadi dalam gejolak politik untuk menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak. Menurut Kelub Hakim, 99% pengadilan dan lembaga peradilan Mesir telah melakukan pemogokan untuk menentang dekrit Presiden. Sementara itu, gelombang demonstrasi telah naik pasang di Mesir guna menuntut kepada Pemerintah supaya meletakkan jabatan. Para demonstran menyatakan akan terus nongkrong di kota Tahrir sampai Presiden Mohamed Morsi menghapuskan Pernyataan UUD.
Demonstran melemparkan gas air mata dalam bentrokan dengan polisi
(Foto:dantri.com.vn)
Di bidang ekonomi, pasar bursa efek Mesir juga mengalami kerugian serius ketika kehilangan kira-kira USD 4,8 miliar pada tanggal 25 November ini, tarap kerugian terbesar sejak pasar ini dibuka kembali setelah gelombang penggulingan terhadap rezim pimpinan mantan Presiden Hosni Mubarak pada Februari 2011.
Dalam menghadapi bahaya instabilitas yang semakin mengalami eskalasi, pada Rabu (20 November), Presiden Mohamed Morsi telah harus menegaskan: Pernyataan UUD baru akan tidak efektif lagi setelah Mesir mempunyai UUD baru. Dan pada Rabu 29 November (menurut waktu lokal), Presiden Mohamed Morsi membacakan pidato di layar Televisi untuk memberikan keterangan akan sebab –musabab dia mengapa memberlakukan Pernyataan UUD bersamaan itu mengimbau persatuan Tanah Air. Sementara itu, Dewan Konstitusional negara ini pada Selasa (28 November) telah menyempurnakan perbahasan-perbahasan tentang rancangan UUD. Sekretaris Jenderal Dewan Konstitusional Amr Darrag memberitahukan: Dewan ini akan melakukan pemungutan suara kepada rancangan terakhir pada akhir tanggal 29 November (menurut waktu lokal) dan menyampaikan rancangan ini kepada Presiden Mohamed Morsi. Menurut bapak Amr Darrag, solusi satu-satunya bagi krisis sekarang di Mesir ialah menyempurnakan UUD baru secepat mungkin. Namun, ini adalah tindakan yang tidak mudah dan rakyat Mesir masih tetap menunggu-nunggu adanya satu pemerintahan yang cukup kuat dan beraktivitas sesuai dengan ketentuan UUD./.