Nuklir Iran – masalah yang tidak mudah dipecahkan

(VOVworld) – Setelah lama tertunda, perundingan pertama tentang masalah nuklir antara Iran dan Kelompok P5+1 (yang terdiri dari 5 negara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa plus Jerman) sejak Presiden Hassan Rouhani dilantik pada Agustus lalu, pada akhirnya telah diadakan kembali dari 15 sampai 16 Oktober di Jenewa, Swiss. Walaupun mencatat suasana yang konstruktif dari semua pihak menjelang perundingan ini, namun opini umum juga cukup hati-hati ketika memberikan penilaian tentang hasil kongkrit tentang peristiwa ini. 

Nuklir Iran – masalah yang tidak mudah dipecahkan - ảnh 1
Perundingan antara Iran dengan kelompok P5+1
(Foto: vntime.vn)

Tujuan Iran ketika berpartisipasi pada perundingan ialah menginginkan supaya embargo bisa dilonggar secepat-cepatnya untuk memulihkan ekonomi, pada saat Barat dan Amerika Serikat ingin menggunakan embargo untuk mengatasi setuntas-tuntasnya program nuklir Iran guna menjamin kepentingan dan pengaruhnya di Timur Tengah.

Sekarang, Iran memiliki kira-kira 7.000 Kg uranium yang sudah dikayakan pada taraf rendah dan kira-kira 186 Kg bahan mentah yang sudah dikayakan pada taraf 20% beserta kira-kira 190 Kg uranium yang sudah diubah menjadi bentuk tepung oksida untuk memproduksi kepingan-kepingan bahan bakar. Menurut para pakar, pabrik-pabrik listrik tenaga nuklir hanya perlu menggunakan bahan bakar dengan taraf pengayaan yang rendah saja. Akan tetapi, Iran menyatakan bahwa mereka membutuhkan uranium yang sudah dikayakan pada taraf 20% demi kepentingan reaktor penelitian kesehatan. Hal ini telah menjadi alasan yang membuat Barat dan Israel mencemaskan bahwa Iran bisa secara rahasia melakukan program pengayaan uranium pada taraf yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, perundingan antara Iran dan kelompok P5+1 kali ini diharapkan bisa menangani 2 masalah penting, yaitu membina kepercayaan di depan mata dan berusaha mencapai satu permufakatan terakhir.

Akan tetapi, menjelang perundingan ini, Deputi Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araqchi menunjukkan bahwa Iran akan berunding tentang volume, taraf dan langkah-langkah mengayakan uranium, tapi pemindahan bahan-bahan mentah yang sudah dikayakan keluar dari wilayah Iran adalah hal yang tidak bisa diterima Negara Republik Islam ini. Pernyataan ini bertentangan dengan sikap moderat dan beriktikat baik yang sebelumnya dimanifestasikan oleh Pemerintah pimpinan Presiden Hassan Rouhani.

Sedangkan di Amerika Serikat, Menlu negara ini, John Kerry menegaskan bahwa negara ini sedang sangat hati-hati dan mengawasi secara ketat proses nuklir Iran. Amerika Serikat lebih baik menerima tidak mencapai permufakatan manapun dari pada mengusahakan satu permufakatan yang buruk. Dalam Kongres Amerika Serikat juga muncul banyak tentangan terhadap usaha meredakan hubungan dengan Iran. Para anggota Parlemen Amerika Serikat, tempat yang dikontrol Partai Republik, tetap mencurigai kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Iran. Mereka belakangan ini juga mengesahkan langkah-langkah untuk memperketat lebih lanjut lagi embargo minyak tanah terhadap negara Islam ini. Senat Amerika Serikat juga mengeluarkan sinyal yang jelas bahwa jika Gedung Putih tidak bisa mencapai sesuatu perkembangan manapun pada akhir Oktober ini, maka mereka akan membahas satu rancangan Undang-Undang tentang sanksi baru.

Sementara itu, perundingan tersebut juga menderita banyak tekanan dari faktor-faktor luar. Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa pengurangan tekanan terhadap Iran yang bersangkutan dengan program nuklir negara ini akan menjadi satu kesalahan sejarah. Sekarang bukan waktunya memberikan konsesi, tapi harus terus menimbulkan tekanan terhadap Iran. Menurut PM Benjamin Netanyahu, Iran bisa cepat mengayakan uranium dari taraf 3,5% menjadi 90%, oleh karena itu, persiapan untuk menghentikan pengayaan uranium pada taraf 20% tidak ada artinya apa-apa. Peringatan kuat dari PM Benjamin Netanyahu dianggap sebagai pesan kepada Barat untuk jangan memberikan konsesi apapun kepada Iran.

Selama 4 tahun ini, opini umum telah menyaksikan kegagalan berbagai perundingan antara Iran dan kelompok P5+1 di sekitar program nuklir Iran yang kontroversial. Kali ini, walaupun tawar-menawar antar-pihak tampaknya juga sangat sulit dan menerima banyak tekanan. Tampaknya, untuk menghindari kegagalan sekali lagi, semua pihak perlu bersama-sama memberikan konsesi dan sikap yang lebih beriktikat baik yang lebih baik lagi untuk membuka sumbat masalah nuklir Iran./. 

Komentar

Yang lain