“Operasi Ranting Zaitun : Meningkatkan instabilitas di Suriah

(VOVWORLD) - Hampir sepekan setelah memasukkan pasukan tentara ke wilayah Suriah dengan alasan memukul mundur Kekuatan satuan-satuan pembela rakyat (YPG) ke luar dari kawasan Afrin, Turki memperingatkan kemungkinan akan memperluas operasi militer ini. Belum tahu sampai seberapa jauh hasil guna operasi ini, tetapi hal yang mudah tampaknya yalah gerak gerik ini merumitkan situasi Suriah, satu front baru dalam perang di Suriah telah muncul.
“Operasi Ranting Zaitun : Meningkatkan instabilitas di Suriah - ảnh 1 “Operasi Ranting Zaitun : Meningkatkan instabilitas di Suriah (Foto :VNA)

Operasi " Ranting Zaitun” yang dilakukan tentara Turki mulai dari 20/1/2018. Keputusan ini dikeluarkan setelah Amerika Serikat (AS) memberitahukan rencana pembentukan pasukan keamanan perbatasan yang direncanakan akan mencapai 30.000 serdadu di sepajang perbatasan Suriah Utara di dekat Turki, di antaranya Unit-Unit YGP merupakan pasukan poros. Perihal AS meningkatkan pasukan untuk menunjang orang Kurdi yang dimasukkan oleh Turki kedalam daftar teroris telah membuat Ankara merasa tidak puas. Ankara berpendapat bahwa rencana AS ini bisa membantu orang Kurdi membentuk satu negara di dekat Turki dan mengancam keamanan negara ini.

 Operasi yang sensitif

Afrin, terletak di Suriah Barat Laut berada di bawah kontrol YPG. Memberondongkan peluru terhadap Afrin, Turki, selain bertujuan mengalahkan terorisme, juga ingin mencegah orang Kurdi menyatukan dua bagian wilayah di Barat Laut dan Timur Laut Suriah untuk membentuk satu negara otonomi, seperti apa yang dilakukan orang Kurdi di Irak selama ini.

Dari dulu sampai sekarang, Turki menentang keras ide tentang pemerintahan orang Kurdi otonomi di Suriah kerena ia akan mengilhami ambisi-ambisi yang sama dengan orang Kurdi di Turki.

Oleh karena itu, berbeda dengan intervensi-intervensi militer dulu dari negara ini di Suriah yalah membuat pasukan orang Kurdi terpecah dan terkekang, maka kali ini Ankara melakukan serangan bersenjata secara langsung untuk membasmi pasukan milisia YPG.

Yang patut diperhatikan yalah hampir sepekan setelah melakukan serangan terhadap Afrin, Turki memberitahukan bahwa negara ini sedang mempertimbangkan untuk memperluas operasi: “Ranting Zaitun” ke kawasan-kawasan yang lain berhimpunnya pasukan orang Kurdi di Suriah, kongkritnya yalah di kotamadya Manbij Utara, bahkan ke kawasan sungai Euphrates Timur. Alasannya yalah pasukan YPG telah melakukan serangan terhadap Turki dari kawasan-kawasan Suriah tersebut. Dan Ankara harus menghapuskan ancaman-ancaman di semua tempat.

Turki meletakkan tekad besar pada operasi ini, ketika menegaskan tidak perlu ada kesepakatan dari negara manapun dan target primernya yalah menghapuskan ancaman-ancaman terhadap Turki itu. Akan tetapi pernyataan Turki memperdalam kontradiksi selama ini antara Ankara dan Washington. Karena YPG mendapat bantuan dari AS dan dianggap memainkan peranan dalam operasi memundurkan IS ke luar dari benteng-benteng di Suriah.

Menseriuskan krisis kemanusiaan di Suriah, mengancam perundingan damai di Suriah

Hanya  2 hari setelah operasi militer Turki terhadap para militan orang Kurdi di kawasan Afrin, kira-kira 5000 orang jatuh pada situasi kehilangan rumah. Tidak hanya begitu, "Operasi Ranting Zaitun” yang dilakukan Turki membuat krisis kemanusiaan di negara Suriah menjadi lebih buruk. Situasi krisis kemanusiaan sedang menjadi buruk di kawasan-kawasan Afrin, Idlib dan Ghouta Timur. Bentrokan selama 7 tahun ini di Suriah telah membuat jutaan orang harus melakukan pengungsian di dalam dan luar Suriah. Sementara itu, 10 juta orang lain, meski tidak meninggalkan rumahnya, tetapi harus hidup dalam situasi yang sulit.

Operasi militer Turki di Suriah tampaknya juga menimbulkan rintangan bagi upaya mengadakan Kongres Dialog Nasional Suriah yang direncanakan oleh Rusia akan berlangsung di Sochi pada akhir Januari  ini ketika orang Kurdi merupakan salah satu di antara unsur-unsur yang diundang untuk berbahas tentang Undang-Undang Dasar baru dan melakukan pemilihan dengan bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov pernah menekankan peranan orang Kurdi dalam proses politik masa depan di Suriah perlu dijamin.

Warga Suriah belum habis kegembiraannya karena IS dikalahkan, sekarang lagi merasa khawatir tentang gelombang bentrokan baru yang sepenuhnya bisa terjadi di negara Timur Tengah ini. Ketika suara senapan masih takkunjung berhenti tampaknya perdamaian masih sangat jauh  di negeri Suriah ini 

Komentar

Yang lain