Pemilu Presiden di Afghanistan: Jalan yang penuh dengan onak dan duri

(VOVworld) – Pada akhir pekan ini, rakyat Afghanistan akan  melakukan pemungutan suara untuk memilih Presiden dengan harapan Pemerintah baru akan membawa Afghanistan lepas dari instabilitas, korupsi, tarap manajemen  yang lemah di dalam negeri, bisa menangani kemacetan dalam putaran perundingan keamanan dengan Amerika Serikat (AS) setelah tahun 2014. Akan tetapi, semua perkembangan menjelang pemilu sedang mengancam suksesnya proses alih kekuasaan di negara Republik Islam ini, bersamaan itu juga  memperlihatkan bahwa situasi politik di Afghanistan tidak mudah ditangani.

Menjelang pemilu, di Afghanistan terjadi serentetan serangan teror yang merintangi pemilu. Sementara itu, kesenjangan tentang prosentasi pemilih pendukung antara para calon adalah tidak besar, hal ini mudah mendatangkan kemungkinan jumlah suara terpencar.

Pemilu Presiden di Afghanistan: Jalan yang penuh dengan onak dan duri  - ảnh 1
Ilustrasi.
(Foto: www.baomoi.com)

Talihan menyatakan melakukan sabotase terhadap pemilu

Kira-kira satu bulan menjelang pemilu Presiden Afghanistan, pasukan Taliban di Afghanistan telah tidak menyembunyikan intrik melakukan sabotase terhadap peristiwa yang mempunyai arti penting istimewa ini ketika secara terbuka  menyerukan semua anggotanya  supaya dengan banyak cara melumpuhkan pemilu ini. Pernyataan yang berbahaya dan bersifat menghasut kekerasan dimuat oleh pasukan Taliban di jaringan Internet. Menurutnya, semua anggota Taliban akan melakukan serangan terhadap para tokoh penting yang bersangkutan dengan pemilu, personel pemilu, pemilih dan pasukan keamanan. Tidaklama setelah pernyataan tersebut, serentetan serangan berlumuran darah telah dilakukan oleh pasukan taliban, tanpa memperdulikan adanya ratusan personel keamanan Pemerintah Afghanistan diletakkan dalam keadaan waspada yang setinggi-tingginya. Pada 25 Maret lalu, para penembak telah melakukan serangan terhadap satu tempat pemilu di Darulaman, di ibu kota Kabul sebelah Barat. Tiga hari setelah itu, satu kelompok yang terdiri dari 5 penembak Taliban telah melakukan serangan terhadap satu wisma tamu di Kabul, ibu kota Afghanistan-tempat dimana ada banyak orang asing tinggal.

Yang paling belakangan ini yalah  pada 29 Maret, para pembangkang Taliban telah melakukan serangan terhadap Komite Pemilu Independen (IEC) Afghanistan-tempat yang dijaga secara  ketat di ibu kota Kabul. Untuk menghadapi eskalasi kekerasan, Bandara di ibu kota Kabul harus ditutup. Semua yang berlangsung di Afghanistan membuat kalangan pengamat  merasa cemas bahwa tidak ada orang yang bisa menjamin  pemilu Presiden di Afghanistan pada 5 April ini  akan berlangsung secara tenang, khususnya pada latar belakang Presiden AS, Barack Obama  mengumumkan kepada Presiden Afghanistan, Harmid Karzai bahwa AS dan NATO tidak punya pilihan lain kecuali menarik pasukannya dari Afghanistan pada akhir tahun  ini.

Tidak hanya menimbulkan instabilitas tentang keamanan, para pakar politik tidak mengecualikan kemungkinan Taliban akan menyalahgunakan kekisruhan pada hari pemilu untuk menduduki kekuasaan. Kecemasan ini punya dasar ketika perlengkapan pasukan keamanan Afghanistan serba kurang, sederhana, organisasinya tidak ketat, tidak mampu menghadapi Taliban.

Hal yang patut diperhatikan yalah meskipun pasukan Taliban telah menerima tanggung jawab menimbulkan serangan-serangan, akan tetapi Pemerintah Afghanistan tetap menegaskan bahwa semua spion-spion asing yang telah melakukan serangan.

Tidak ada calon yang  unggul

Pada saat pasukan Taliban sedang mencari cara untuk menyabot pemilu, maka di gelanggang politik, perlombaan antara 10 calon sedang berada di tahap terakhir.

Calon yang paling berbobot adalah Mantan Pemimpin Persekutuan Afghanistan Utara, Abdullah Abdullah. Dia adalah tokoh satu-satunya yang secara  percaya diri menyatakan akan mencapai kemenangan sejak putaran pertama. Menurut beberapa pakar, pada pemilu Presiden kali ini, untuk bisa mencapai kemenangan, Abdullah perlu memanifestasikan diri sebagai calon dari perdamaian dan kerujukan dengan Taliban.

Selain Abdullah, Ashraf Ghani-seorang ekonom berkaliber internasional yang pernah memegang jabatan sebagai Menteri Keuangan dibawah pimpinan Presiden Karzai dari tahun 2002-2004 tampaknya juga  sedang menduduki keunggulan. Ekonom ini  juga pernah menjadi calon Presiden tahun 2009.

Calon berbobot ketiga yalah Abdul Rasul Sayyaf, salah seorang pemimpin  yang terkenal namanya di Afghanistan, tokoh yang dianggap bertanggung jawab membawa jaringan al-Qaeda ke Afghanistan. Calon ini punya pandangan sangat konservatif yang bersangkutan dengan hak wanita dan kebebasan sosial, punya hubungan mendalam dengan pasukan Mujahidin Islam. Justru Abdul Rasul Sayyaf telah membantu Bin Laden kembali ke Afghanistan setelah benggolan teroris al-Qaeda  diusir dari Sudan.

Calon manapun yang menjadi Presiden Afghanistan setelah 5 April ini pasti akan harus menghadapi tugas-tugas yang sulit. Yaitu kemerosotan semangat di kalangan pasukan serdadu Afghanistan,  harapan bisa  merebut kembali kontrol terhadap Tanah Air dari Taliban dan perekonomian yang lemah (pada tahun 2014, anggaran keuangan Afghanistan tidak melampaui USD 7 miliar) dan lain-lain…

Semua serangan teror yang mengancam menyabot pemilu Presiden beserta  tidak ada calon yang unggul di gelanggang politik membuat pemilu Presiden di Afghanistan kali ini menghadapi banyak ketidakpastian. Harapan rakyat Republik Islam ini  mengenai satu masa depan yang lebih terang benderang masih berada di depan./.

Komentar

Yang lain