Permufakatan perdamaian AS-Taliban: jalanmneuju ke perdamaian yang penuh kesulitan

(VOVWORLD) - Amerika Serikat (AS) dan Taliban, pada 29/2 yang lalu, telah menandatangani satu permufakatan dengan target yang ambisius ialah menghentikan kekerasan, menegakkan perdamaian berjangka panjang untuk Afghanistan setelah hampir dua dekade mengalami peperangan. 
Permufakatan perdamaian AS-Taliban: jalanmneuju ke perdamaian yang penuh kesulitan - ảnh 1Serdadu AS di Afghanistan (Foto: NYT) 

Presiden AS, Donald Trump memuji ini sebagai permufakatan historis, sedangkan komunitas internasional juga menyambut baik dan menaruh banyak harapan padanya. Akan tetapi, menurut kalangan analisis, jalan menuju ke satu perdamaian yang sungguh-sungguh untuk negara Asia Selatan ini masih menghadapi banyak kesulitan dan tantangan.

Isi penting dan paling diperhatikan dalam permufakatan yang ditandatangani di Doha, Ibukota Qatar ialah penarikan pasukan-pasukan AS dan NATO ke luar dari Afghanistan sesuai dengan peta jalan dalam waktu 14 bulan, dengan syarat ialah Taliban harus menaati komitmen-komitmen. Dengan rencana ini, Presiden AS, Donald Trump menegaskan bahwa Washington sedang mendekati berakhirnya perang yang paling lama dalam sejarah AS (18 tahun). Sementara itu, dunia juga segera mengeluarkan reaksi-reaksi positif. Pada 29/2 itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan banyak pemimpin dunia telah bersuara menyambut baik permufakatan tersebut, menganggap ini sebagai kemajuan penting guna menuju ke solusi politik yang berjangka panjang untuk Afghanistan. Akan tetapi, dengan sudut pandang dari kalangan pemantau dan analisis, permufakatan perdamaian AS-Taliban masih mengalami banyak tantangan.

Lubang keamanan dan bahaya pengkhianatanTaliban

Salah satu di antara kekhawatiran-kekhawatiran yang paling besar dari kalangan analisis ialah bangkitnya Taliban setelah AS dan NATO menarik pasukan-nya. Pertama-tama, peta jalan penarikan 1/4 jumlah serdadu AS dalam waktu tiga setengah bulan (dari 12.000 serdadu turun menjadi 8.600 serdadu dalam waktu 135 hari) mungkin bisa menciptakan kekosongan besar tentang keamanan yang sangat sulit bagi pasukan-pasukan keamanan yang kurang berkualitas dari Afghanistan untuk memenuhinya. Pada saat itu, pasukan koalisi internasional sisanya di Afghanistan begitu pula tentara Afghanistan, akan menjadi sasaran  serangan yang dilakukan Taliban atau para mujahidin Al Qaeda serta organisasi IS.

Permufakatan perdamaian AS-Taliban: jalanmneuju ke perdamaian yang penuh kesulitan - ảnh 2AS dan Taliban menandatangani permufakatan perdamaian pada 29/2 (Foto: Reuters) 

Sudah barang tentu, situasi akan lebih sulit diduga ketika AS dan NATO menarik semua pasukannya dari negara Asia Selatan ini. Mantan penasehat Gabungan Kepala staf tentara AS, Carter Malkasian memperingatkan bahwa situasi bisa berubah kalau AS menarik pasukan sebelum Taliban dan Pemerintah Afghanistan mencapai satu permufakatan politik. Menurut pejabat ini, setelah AS menarik pasukan, Taliban akan melihat perubahan dalam neraca kekuatan dan tidak menaati komitmen-komitmen. Sementara itu, skenario Taliban dan Pemerintah Afghanistan yang tidak cepat mencapai rekonsiliasi politik sama sekali bisa terjadi. Bagi Pemerintah Afghanistan, dikesampingkan-nya dari permufakatan AS-Taliban, sekaligus kehilangan sumber bantuan utama dari Washington dan komunitas internasional setelah penarikan pasukan AS, sungguh-sungguh sulit diterima. Bukti terkini tentang ketidakpuasan Kabul ialah mereka telah segera menolak rekomendasi untuk melepaskan 5.000 tahanan perang Taliban, yang dimanifestasikan dalam permufakatan yang baru saja ditandatangani.

Tantangan tentang perlucutan senjata dan reintegrasi pada komunitas dari para militan Taliban

Satu tantangan besar lainnya yang harus diperhitungkan AS ialah bagaimana agar puluhan ribu militan Taliban bisa melakukan reintegrasi pada komunitas. Banyak pendapat menganggap bahwa satu permufakatan perdamaian berjangka panjang untuk Afghanistan menuntut usaha menyatukan para militan Taliban dengan pasukan-pasukan bersenjata Afghanistan, tetapi hal ini tidak begitu sederhana. Dalam laporan baru-baru ini, Kepala Pemeriksa Khusus tentang rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), John Sopko juga menekankan bahwa reintegrasi para militan adalah satu proses yang rumit dan memakan banyak waktu. Pemerintah AS akan memerlukan bantuan keuangan besar untuk program ini, jika tidak, kira-kira 60.000 militan Taliban akan ada bahaya kembali dengan kekerasan.

Selain itu, juga harus menyebut satu kenyataan bahwa Taliban merupakan satu organisasi yang punya sifat persatuan yang rendah, dengan mesin organisasi dan pembagian kekuasaan yang tidak jelas. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa permufakatan yang baru saja tercapai akan ditaati sepenuhnya oleh semua kalangan dalam Taliban. Dengan kata-kata lain, bahaya melanggar permufakatan di luar tujuan pemimpin Taliban masih ada, sehingga langsung mengancam runtuhnya permufakatan perdamaian yang baru saja ditandatangani.

Dengan semua dasar tersebut, kalangan analisis menganggap bahwa permufakatan perdamaian AS-Taliban barulah awalan yang perlu untuk satu penggalan jalan yang panjang dan penuh tantangan guna menuju ke perdamaian di Afghanistan. Perdamaian atau peperangan akan datang ke negara Asia Selatan setelah permufakatan historis yang ditandatangani AS dan Taliban pada 29/2 yang lalu, masih merupakan pertanyaan besar yang belum ada jawabannya.

Komentar

Yang lain