Prospek Menghidupkan Kembali Permufakatan Nuklir Iran

(VOVWORLD) - Setelah banyak upaya dalam menekuni perundingan, pihak-pihak peserta permufakatan nuklir Iran 2015 (atau disebut JCPOA)  telah mulai mencapai suara bersama, membuka prospek memulihkan dokumen yang pernah dianggap sebagai “Permufakatan Abad” ini. Tetapi, tantangan dalam menghidupkan kembali JCPOA juga dinilai masih sangat besar, menuntut adanya itikat baik dan upaya-upaya nyata dari semua pihak terkait.
Prospek Menghidupkan Kembali Permufakatan Nuklir Iran - ảnh 1Rombongan-rombongan peserta perundingan di Wina, Austria pada 17 April 2021  (Foto: Xinhua/VNA)

Pada 7 Mei 2021, pihak-pihak peserta penandatanganan JCPOA yang meliputi Iran dan Kelompok P5 plus 1 (Amerika Serikat (AS), Rusia, Inggris, Perancis, Tiongkok dan Jerman) telah mengadakan kembali perundingan di Wina, Ibukota Austria secara daring dan luring. Menurut itu, wakil Iran dan 5 negara yaitu Rusia, Inggris, Perancis, Tiongkok dan Jerman mengadakan perundingan langsung, sementara itu wakil AS ikut  serta secara daring dari satu hotel yang lain di Wina. Proses perundingan dengan Uni Eropa sebagai mediator ini merupakan putaran perundingan ke-4 yang dilakukan oleh pihak-pihak sejak 6 April lalu untuk menyelamatkan JCPOA setelah keputusan penarikan diri dari AS pada 2018 (diiringi dengan perintah-perintah sanksi terhadap Iran) sehingga Iran meninggalkan beberapa komitmen. Menurut pihak-pihak peserta,  proses perundingan telah mulai mencapai hasil-hasil positif yang tertentu, membuka harapan bahwa permufakatan tersebut bisa dihidupkan kembali.

 

Indikasi-Indikasi yang Positif

Dalam satu pernyataan pada Senin (10 Mei), Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Heiko Maas menegaskan proses perundingan telah menciptakan suasana yang positif. Menurut itu, meskipun perundingan-perundingan sangat sulit, tetapi semua pihak tengah melakukan perundingan secara konstruktif.

Sebelumnya, Kantor Berita Negara Iran “IRNA” merilis kata Deputi Menlu negara ini, Abbas Araqchi setelah perundingan di Wina pada 7 Mei yang menilai: semua pihak sangat serius dalam upaya mencapai permufakatan tanpa memedulikan banyak tantangan. Deputi Menlu Abbas Araqchi yang adalah kepala rombongan perunding Iran dalam perundingan di Wina menilai bahwa putaran perundingan yang terkini ini diawali dengan energi “positif” dan menyatakan harapan  semua phak bisa mencapai kebulatan pendapat secepat mungkin.

Di sisi lain, dalam satu pernyataan pada 6 Mei yaitu sehari sebelum putaran perundingan ke-4 dimulai, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS juga menilai bahwa AS dan Iran bisa mencapai kebulatan pendapat tentang cara untuk kembali ke JCPOA pada beberapa pekan mendatang.

Menurut para analis, belum perlu meninjau hasil-hasil yang belum dibocorkan dari perundingan, hanya dilihat saja bahwa semua pihak  telah dan tengah tekun melakukan perundingan sampai putaran ke-4  terus-menerus dalam waktu sebulan ini juga telah merupakan satu kemajuan yang penting untuk menuju ke kemungkinan memulihkan permufakatan. Karena hal itu menunjukkan bahwa semua pihak benar-benar ingin, bertekad dan memiliki kepercayaan tertentu pada kemungkinan tercapainya hasil yang menggembirakan. Namun, di samping itu, tantangan dan rintangan sebelum tercapai permufakatan diperingatkan tidak mudah diatasi.

 

Tantangan dan Rintangan

Sebelum proses perundingan Wina dimulai hingga saat ini, hampir semua penilaian dari para pakar tentang proses ini mempunyai penilaian bersama bahwa kuncinya masalah dan juga adalah rintangan terbesar terhadap upaya-upaya memulihan JCPOA yakni perbedaan pandangan yang terlalu besar, bahkan saling bertentangan antara AS dan Iran. Konkretnya, AS tetap menjalankan pendirian bahwa Iran harus memulihkan secara lengkap semua kewajiban sesuai komitmen sebelum meninjau penghapusan sanksi. Sebaliknya, Iran konsisten dengan pandangan bahwa AS harus menghapuskan perintah-perintah sanksi dulu sebagai prasyarat kembalinya  Iran  menaati permufakatan.

Prospek Menghidupkan Kembali Permufakatan Nuklir Iran - ảnh 2SAtu basis pengayaan uranium di Iran  (Foto: AP)

Di samping itu, perundingan-perundingan untuk memulihkan JCPOA juga didominasi dan dipengaruhi oleh serentetan masalah regional yang kompleks dan sulit dipisahkan seperti krisis Suriah, masalah Irak, proses perdamaian Timur Tengah, perang saudara di Yaman dan lain-lain dan kecemasan-kecemasan dari para sekutu AS di kawasan seperti Israel, Arab Saudi dan sebagainya.

Menurut para analis, kenyataan ini membuat upaya perundingan selama sebulan ini tidak mendatangkan hasil, bersamaan itu mengancam kemungkinan tercapainya kebulatan pendapat sebelum Juni tahun ini, saatnya Iran menyelenggarakan pemilihan presiden, peristiwa yang bisa mendatangkan perubahan yang mendasar dalam cara pendekatan Iran terhadap JCPOA. Yakni, setelah pemilihan Presiden Iran  sangat dimungkinkan akan tidak ada perundingan  yang dilakukan untuk memulihkan JCPOA atau pihak-pihak akan harus melakukan perundingan dari awal dengan sikap pandang yang tidak antusias dan energi yang positif seperti dewasa ini. 

Komentar

Yang lain