Skenario mana untuk hubungan antar Korea.

(VOVworld) - Situasi di semenanjung Korea sedang  memanas setiap jam dengan adanya saling ancam antara Repbulik Demokrasi Rakyat (RDR) Korea dan Republik Korea dan semua fihak yang bersangkutan. Apakah satu perang antara dua bagian negeri Korea seperti yang telah terjadi 60 tahun lalu meledak atau tidak sedang mendapat perhatian dari opini umum dan sekaligus menjadi tema yang lebih panas dari pada yang sudah-sudah di berbagai media massa internasional. 

Skenario mana  untuk hubungan antar Korea. - ảnh 1
RDR Korea siaga bertempur.
(Foto: m.news.zing.vn)

Dalam satu gerak-gerik provokatif yang teramat berbahaya, pada 30 Maret lalu, RDR Korea menyatakan bahwa hubungan antar Korea telah jatuh pada situasi perang. Semua masalah antara dua bagian negeri Korea akan ditangani menurut prinsip masa perang. Sehari setelah itu, ketika berbicara di depan Sidang Pleno Komite Sentral Partai Pekerja Korea, pemimpin Kim Jong-un menegaskan perlunya mengupgrade gudang senjata nuklir, baik secara kuantitas maupun kualitas, bersamaan itu akan mengembangkan energi nuklir untuk meningkatkan hasil produksi listrik dan meluncurkan lebih banyak satelit lagi. RDR Korea memperingatkan bahwa semua pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Jepang dan Republik Korea akan menjadi sasaran  serangan yang pertama negara ini kalau perang meledak di semenanjung Korea. 

Skenario mana  untuk hubungan antar Korea. - ảnh 2
Presiden RDR Korea Kim Jong-un(baju hitam muda)
(Foto: thethaovanhoa.vn )

Tidak hanya omong kosong saja, pemimpin Kim Jong-un menginstruksikan kepada semua satuan rudal strategis negara ini supaya mengarahkan ke semua pangkalan militer AS di Republik Korea dan Pasifik, setelah Pentagon mengerahkan dua pesawat pembom siluman yang membawa senjata nuklir B-2 ke semenanjung Korea. Sementara itu, sumber berita militer Republik Korea telah membocorkan bahwa jumlah serdadu dan kendaraan militer  naik  drastis di semua tempat  peluncuran rudal di RDR Korea. Suasana siaga tempur menjadi panas di seluruh RDR Korea dengan pekerjaan – pekerjaan mengkamufflase kendaraan militer, memasang spanduk dan slogan yang antara lain menyerukan “basmi Imperialis Amerika Serikat” dan mendesak warganya bertempur “dengan senjata, jadi bukan dengan omongan saja”. Gedung Putih memberitahukan bahwa ancaman baru dari RDR Korea adalah “sangat serius” dan Washington akan berhubungan erat dengan sekutunya Republik Korea untuk mengawasi semua  gerak - gerik dari RDR Korea, disamping itu menuduh bahwa hanya RDR Korea-lah yang  bersalah kalau ketegangan di semenanjung Korea mengalami eskalasi secara serius. Banyak negara, misalnya Thailand dan Filipina telah membuat rencana mengungsikan warganya dari Republik Korea, karena merasa cemas tentang perang di semenanjung Korea yang sedang mendekat.

Skenario mana  untuk hubungan antar Korea. - ảnh 3
Perbatasan antar Korea.
(Foto: nld.com.vn)

Meskipun “irama genderang” sedang terdengar bertubi-tubi, tetapi banyak pendapat beranggapan bahwa sulit terjadi satu perang total. Penyebab paling besar yang menjelaskan pendapat ini yalah kalau perang terjadi akan menimbulkan kerugian berat  terhadap semua fihak yang bersangkutan, ketika kerjasama ekonomi sedang menjadi kecenderungan dominan dalam hubungan internasional. Kalau ada, hanya dengan cara membawa kawasan ke tepi jurang bentrokan dengan  ancaman-ancaman dan provokasi saja. Pyong Yang sedang ingin menyerap perhatian dari opini umum, menimbulkan tekanan untuk memaksa AS kembali ke meja perundingan, menciptakan tekanan  terhadap Presiden baru Republik Korea  untuk mengubah politik terhadap Pyong Yang, bersamaan itu memperkokoh semangat persatuan internal Tanah Air, terutama sejak pemimpin muda Kim Jong-un berkuasa. Dengan cara menciptakan kesan  bahwa satu serangan terhadap AS akan segera terjadi, RDR Korea bisa meningkatkan semangat persatuan bangsa dan memberikan dorongan semangat kepada warganya supaya berhimpun di sekitar pemimpin baru mereka. Satu indikasi lain untuk menyingkirkan kemungkinan  berlangsungnya perang total  ialah RDR Korea baru-baru ini  mengangkat  Pak Pong-ju – seorang tokoh yang dianggap berfikiran reformis, menjadi Perdana Menteri.

Skenario mana  untuk hubungan antar Korea. - ảnh 4

Pak Pong-ju – seorang tokoh yang dianggap berfikiran reformis, menjadi Perdana Menteri. 
(Foto: www.mediafax.ro )


Ini bisa merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa pimpinan negara ini menaruh perhatian pada soal pembaruan dan reformasi perekonomian. Untuk memperkokoh lagi  penjelasan ini, ialah pada Sidang Pleno Komite Sentral Partai Pekerja Korea baru-baru ini, pemimpin Kim Jong-un menyatakan akan menerapkan satu garis politik strategis baru Tanah Air, yang antara lain menunjukkan: Membangun ekonomi seiring dengan mengembangkan senjata nuklir. Dengan demikian bisa dimengerti bahwa pastilah Pyong Yang  akan tidak  berencana  melakukan serangan militer terhadap Republik Korea dan AS dalam masa depan yang dekat. Di Pyong Yang, selama beberapa hari ini  bisa terlihat situasi yang saling bertentangan, pada saat ada ratusan ribu  prajurit, mahasiswa dan buruh yang menjunjung tinggi genggaman tangan untuk memanifestasikan  dukungan mutlak terhadap Marsekal Tentara Korea, Kim Jong-un  yang terletak di Lapangan Kim Yong-il di jantungnya ibukota, tapidi tempat-tempat lain di negara ini, restoran, toko, kebun pertanian dan pabrik, semua aktivitas  tetap berlangsung  secara normal dan tampaknya para warga  telah terlalu terbiasa dengan pernyataan  perang. 

Skenario mana  untuk hubungan antar Korea. - ảnh 5
Presiden Republik Korea Park Geun Hye.
(Foto: www.vietnamplus.vn)

          Bulan Juli mendatang akan genap 60 tahun  sejak satu perjanjian gencatan senjata  antara dua bagian negeri Korea ditandatangani, menghentikan perang berlumuran darah yang sudah memakan waktu selama tiga tahun, sehingga merampas jiwa kira-kira 3 juta orang. Setelah 60 tahun ini, Republik Korea muncul dari satu negeri agraris yang miskin, telah menjadi perekonomian  papan atas di dunia, pada saat RDR Korea  tetap harus bergulat dan mencari jalan ke luar pasca perang, dengan pendapatan  rata-rata perkapita sama dengan  kawasan dekat Sahara di Afrika. Oleh karena itu lebih dari pada yang sudah-sudah, Pyong Yang sedang sangat memerlukan satu reformasi buka pintu. Tapi, semua embargo dan sanksi yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan Barat terhadap RDR Korea  sampai sekarang tetap tidak mencegah tekat mengembangkan senjata nuklir negara ini. Selama semua pihak tetap memilih solusi mendemonstrasikan kekuatan militer sebagai pengganti perundingan, maka selama itu pula perdamaian di semenanjung Korea tetap  jauh di mata./.



Komentar

Yang lain