Titik balik dalam perang melawan IS di Suriah

(VOVworld) – Perang melawan organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS) di Suriah sedang mengalami titik balik ketika tentara Suriah terus mencapai kemenangan di medan perang. Tidak hanya merebut kembali posisi-posisi medan yang penting, menandai pembalikan situasi yang paling besar di medan perang melawan IS sejak Rusia melakukan intervensi militer di Suriah dan beberapa benggolan utama kelompok IS ini juga telah tewas. Semua perkembangan ini sedang menyeret situasi perang di negara Timur Tengah ini berbelok ke arah yang lain.


Titik balik dalam perang melawan IS di Suriah - ảnh 1
Tentara Suriah setelah merebut kembali kota kuno Palmyra
(Foto: reuter-cand.com.vn)

Setelah merebut kembali kota kuno Palmyra, tentara Suriah telah berhasil menduduki kota madya Qariatein, benteng besar dari kelompok IS di provinsi Homs, Suriah Selatan. Ini juga adalah daerah yang digunakan oleh IS sebagai pangkalan menimbun barang bantuan untuk kekuatan di kota Palmyra. Sebelumnya, tentara Suriah telah merebut kembali sepenuhnya kota Palmyra setelah kekuatan IS memilih cara menarik diri alih-alih terus melakukan pertempuran.


Tentara Suriah selangkah demi selangkah merebut keinisiatifan di medan perang

Pembebasan kota Palmyra merupakan satu pukulan yang keras terhadap kemampuan logistik dan bantuan dari IS karena daerah ini pernah dianggap sebagai satu tempat transit barang bantuan kepada kekuatan teroris. Kota Palmyra mendapat pengakuan dari Organisasi Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Pendidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai Pusaka Dunia. Dengan merebut kembali kota Palmyra, daerah yang pernah dikontrol oleh IS sejak 5/2015 menandai satu kemajuan besar di medan perang bagi tentara Suriah, sejak mereka mulai membalikkan situasi dengan invervensi militer yang dilakukan oleh Rusia pada 9/2015. Kota ini dianggap sebagai daerah kunci dari semua konektivitas yang paling penting di tengah-tengah daerah gurun yang kaya dengan minyak tambang di sebelah Timur dan tepian Barat yang jumlah penduduknya banyak di Suriah. Daerah ini juga memainkan peranan sebagai pintu gerbang masuk provinsi Raqqa, pangkalan besar IS. Kemenangan di kota Palmyra dinilai akan membuka jalan bagi tentara Suriah untuk menuju ke benteng kelompok teroris di provinsi Raqqa maupun kota Deir ez-Zor di Suriah Timur.

Para pakar militer menganalisis bahwa tercapainya kemenangan-kemenangan dalam melawan IS yang dilakukan oleh tentara Suriah karena ada serangan-serangan efektif yang dilakukan oleh Angkatan Udara Rusia terhadap pangkalan-pangkalan IS. Sekarang ini, Rusia telah memegang hak kontrol di medan perang Suriah dan koordinasi yang erat antara kekuatan Rusia dan Suriah merupakan faktor yang mengubah situasi perang. Jelaslah bahwa kelompok-kelompok teroris sulit bertahan terhadap kekuatan bersama dari kekuatan-kekuatan Rusia-Suriah. Dalam menghadapi serangan-serangan udara yang dilakukan oleh Rusia, IS telah tidak bisa merebut keunggulan di Suriah. Mereka tidak hanya tidak mempunyai kemampuan mempertahankan wilayah di negara Timur Tengah ini saja, tapi sebaliknya, wilayah-wilayah sedang direbut kembali oleh tentara Suriah. Bersama dengan kemenangan di medan perang, benggolan senior nomor 2 IS baru-baru ini telah dibasmi oleh pasukan koalisi, menandai satu kerugian lagi di kalangan benggolan utama kelompok pembangkang di Suriah


Mengubah situasi di meja perundingan

Jelaslah bahwa kemenangan militer di medan perang telah memperkuat posisi Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad menjelang perundingan damai tentang Suriah yang direncanakan akan berlangsung pada 9/4 nanti di Jenewa (Swiss). Selama ini, masalah hari depan Presiden Bashar al-Assad selalu menjadi tema perdebatan antara Rusia dan Amerika Serikat. Pada saat semua perkembangan di medan perang merupakan penegasan yang paling kuat bagi pendirian Moskwa tentang hari depan politik Presiden Bashar al-Assad, maka Amerika Serikat tetap mempertahankan pandangan bahwa perang di Suriah tidak bisa berakhir karena Bashar al-Assad tak ubahnya bagaikan magnet yang menyerap terorisme, kekerasan dan para mujahidin yaitu orang-orang yang terus berjuang kalau dia masih memegang jabatan. Akan tetapi, dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam kenyataan sekarang ini, Amerika Serikat tidak  mengeluarkan permintaan kepada Bashar al-Assad supaya mengundurkan diri sebagai prasyarat dalam proses transisi politik di Suriah. Dalam kunjungannya di Rusia baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry pada pertemuan dengan timpalannya dari Rusia, Sergei Lavrov telah menyepakati pandangan bahwa hari depan Presiden Bashar al-Assad jangan dibahas pada waktu sekarang ini dan mengakui bahwa proses politik di Suriah sedang menjadi lebih implementarif. John Kerry menyatakan bahwa Washington telah berhasil mencari kebulatan pendapat dari Moskwa tentang hari depan Presiden Suriah yang akan tidak berada dalam agenda pada periode ini. Menjelang putaran perundingan tentang perdamaian Suriah yang direncanakan akan diadakan pada April mendatang, Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Suriah, Staffan de Mistura menegaskan bahwa putaran perundingan kali ini akan tidak berfokus pada prinsip-prinsip perundingan lagi, tapi mulai berfokus pada proses politik.

Jelaslah, intervensi yang dilakukan oleh Rusia telah sedikit banyak membalikkan situasi, membantu tentara Suriah merebut keunggulan yang berarti di medan perang. Perundingan damai di Jenewa (Swiss) pada 9/4 mendatang dengan perkembangan-perkembangan baru di gelanggan politik baru-baru ini, diharapkan akan menciptakan satu titik balik baru, memperpendek jalan menuju ke perdamaian di negara Timur Tengah ini. Akan tetapi, prospek tentang satu perdamaian yang berjangka-panjang bagi Suriah, nampaknya masih sangat sulit ketika negara ini sedang harus menghadapi rintangan-rintangan besar tentang militer dan politik. Suriah sekarang ini tetap menempuh satu penggalan jalan panjang di depan mata sebelum bisa menyingkirkan semua kelompok teroris ke luar dari wilayah Suriah. 

Komentar

Yang lain