Turki dan semua tantangan setelah Pemilu

(VOVworld) - Pemilihan Umum (Pemilu) Parlemen di Turki baru saja berakhir dengan kemenangan yang direbut oleh Partai Keadilan dan Perkembangan pimpinan Presiden infungsi Tayyip Erdogan dengan mayoritas suara dukungan. Hasil Pemilu ini, menurut kalangan pengamat telah sebagian mencerminkan aspirasi para pemilih negeri ini yalah ingin hidup dalam satu lingkungan yang stabil dan berkembang, percaya bahwa Partai berkuasa terus memimpin Tanah Air. 


Turki dan semua tantangan setelah Pemilu - ảnh 1
Kampanye yang dijalankan Partai AKP dalam pemilu.
(Foto:kienthuc.net.vn).


Pada Minggu (1 November), dengan 97 persen jumlah suara, Partai “Keadilan dan Perkembangan” (AKP) yang dibentuk Presiden Tayyip Erdogan telah mencapai 49 persen jumlah suara, sama dengan 315 diantara 550 kursi Parlemen. Sementara itu, Partai Rakyat Republik oposisi (berhaluan sayap kiri netral) hanya mencapai 23 persen jumlah suara saja, Partai Demokrat Rakyat:10 persen dan  Partai Gerakan Nasional:11 persen. Dengan hasil ini, AKP berhak membentuk Pemerintah tunggal mayoritas.

Mengapa AKP mendapat dukungan pemilih?

Pemilu kali ini merupakan salah satu  pemilu yang paling penting di Turki selama bertahun-tahun ini. Berlangsung pada latar belakang Pemerintah negara ini sedang mengalami perpecahan mendalam karena mengalami gelombang serangan berlumuran darah yang dilakukan kaum mujahidin dan perselisihan sengit dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), menjelang pemilu, banyak pengamat merasa cemas bahwa pemilu ini akan tidak bisa menghentikan kemacetan politik sekarang ini. Menurut hasil referendum sebelum Pemilu ini, prosentase suara untuk partai pimpinan Presiden Tayyip Erdogan hanya mencapai dari 40-43 persen saja, lebih rendah terbanding dengan tarap yang diperlukan untuk bisa membentuk diri Pemerintah.  Sementara itu, semua Partai yang pro Kurd tetap mendapat dukungan masyarakat. Akan tetapi, hasil pemilu telah melampaui prakiraan ketika Partai AKP yang berkuasa telah mencapai 49,4 persen jumlah suara pemilih, berhak penuh untuk membentuk Pemerintah baru tanpa memerlukan persekutuan  dengan partai manapun.

Kemenangan yang dicapai Partai AKP pada pemilu kali ini dinilai sebagai satu hasil di luar dugaan. Sebelumnya, para pemilih Turki telah harus memberikan suara pada Pemilu untuk kali ke-2 dalam waktu 5 bulan ini  di negeri ini. Pada pemilu pada Juni lalu, Partai AKP yang berkuasa telah untuk pertama kalinya kehilangan mayoritas kursi Parlemen sejak memegang kekuasaan di Turki pada tahun 2002. Setelah itu, Partai ini juga tidak berhasil melakukan perundingan dengan partai-partai politik lain untuk membentuk Pemerintah persekutuan, sehingga membuat Turki terpaksa  melakukan kembali pemilu menurut ketentuan Undang-Undang Dasar.

Dengan demikian,  hal apa yang membantu Partai AKP, yang selama ini dikecam mengikuti jalan pimpinan yang keras dan diktatoris, merebut mayoritas kurisi dalam Parlemen untuk memegang kekuasaan sendiri. Jawaban-nya ialah karena terorisme dan kecemasan instabilitas. Kebangkitan PKK,  melandanya perang di  negara tetangga  Suriah dan  kelompok  teroris IS telah menjadi perhatian   besar terhadap  para pemilih di seluruh negeri. Instabilitas  berkepanjangan  pada waktu lalu di Turki adalah sebab-musabab yang membuat para pemilih ingin mengembalikan tahap dimana negeri dikuasai oleh satu partai politik yang satu-satunya agar  Pemerintah mudah memberikan reaksi-reaksi keras untuk melawan terorisme. Di samping itu, tidak bisa mengingkari pemerintah transisi Turki  pada waktu lalu telah menciptakan reformasi-reformasi besar dalam  kehidupan ekonomi, dan sosial-politik berkat adanya stabilitas yang diciptakan oleh pemerintah  yang punya satu partai yang merebut mayoritas kursi dalam Parlemen. Dengan strategi dan reformasi-reformasi yang jelas, Partai AKP telah menghimpun dukungan para pemilih ketika memberikan komitmen hanya ada kekuasaan satu partai barulah bisa membantu menghentikan instabilitas politik yang memakan waktu selama 5 bulan ini karena perselisihan antar-partai politik di Turki.

Tantangan  pasca pemilu.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa Partai  AKP yang berkuasa pimpinan Presiden Tayyip Edorgan akan mudah melaksanakan keinginan para pemilih. Kemacetan di arena politik Turki yang memakan waktu selama 5 bulan ini untuk sementra bisa ditangani, tapi di depan mata, tetap merupakan tantangan-tantangan yang sangat besar. Yaitu keadaan perpecahan yang mendalam antar-partai politik, ekonomi Tanah Air yang sedang menghadapi kesulitan yang bertumpuk-tumpuk memaksa Partai AKP harus cepat mencari solusi. Khususnya tantangan-tantangan di bidang keamanan, menghadapi gelombang kaum migran. Bentrokan-bentrokan antara Pemerintah dan pasukan pembangkang dari warga negara  orang Kurdi (PKK) semakin  meningkat dan proses perdamaian  bagi orang Kurdi tidak mengalami perkembangan. Ditambah lagi ialah keputusan ikut serta pada pasukan koalisi yang dikepalai oleh Amerika Serikat untuk melawan  kelompok yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS) telah membuat Turki menjadi sasaran baru terhadap kekuatan teroris.

Hasil pemilu baru-baru ini di Turki membuktikan bahwa penduduk negara ini mendukung  kesatuan dan keutuhan wilauah serta berharap akan bisa hidup dalam lingkungan yang stabil dan damai. Namun, apakah harapan-harapan dari mayoritas pemilih Turki menjadi realitas atau tidak. Jawaban itu akan ditunggu pada waktu mendatang.



Komentar

Yang lain