Budaya warga etnis minoritas Chu Ru hidup kembali di tengah-tengah hutan rimba belantara

(VOVWORLD) - Di latar belakang suara yang bergema dari bonang, “Trompet bau” (yang dibuat dari buah labu dan bambu) dan gendang, tarian “Arya” yang legendaris hidup kembali di tengah-tengah hutan rimba belantara daerah Tay Nguyen yang megah. 

Ini merupakan tarian yang sangat mempesona, mempunyai makna besar dan bersifat komunitas tinggi dari warga etnis minoritas Chu Ru pada zaman dulu. Tidak hanya sampai sekarang, tetapi selama bertahun-tahun belakangan ini, tarian itu telah dipertahankan seniwati Touneh Ma Bio, di Desa Diom A, Kecamatan Lac Xuan, Kabupaten Don Duong, Provinsi Lam Dong, Vietnam Tengah.

Budaya warga etnis minoritas Chu Ru hidup kembali di tengah-tengah hutan rimba belantara - ảnh 1 Seniwati Touneh Ma Bio (Foto: nhandan.com.vn)

Meskipun usia seniwati Touneh Ma Bio sudah hampir 60 tahun, usia yang sudah tidak bisa lagi menari secara lemah lembut seperti para gadis di usia dua puluh tahun, tetapi ketika Ibu Ma Bio menjelma bersama dengan irama musik yang unik, ia nampak  tidak ubahnya seperti seorang gadis remaja .

Si gadis di daerah pegunungan menikmati semangat dari dukuh dan tumbuh mendewasa di tengah ruang budaya yang mempesonakan hati orang. Mungkin begitu, di usia tujuh dan delapan tahun, tangan Ma Bio telah bisa memainkan bonang secara tepat dengan ketukan-nya, dan kakinya bisa mengikuti pukulan gendang yang berbaur dalam tarian “Tamya” dari laki-laki dan perempuan di desa. Wajah memerah, mata berkilauan, gerak dalam tarian “Arya” lembut tapi tidak kalah mempesona. Selain tarian “Arya”, seniwati Ma Bio juga menyimpan dan menghidupkan kembali banyak tarian-tarian lain dari warga etnis minoritas Chu Ru.

Saya sangat menyukai identitas budaya etnis saya sehingga ia telah terukir dalam pikiran saya, jadi saya bisa menyampaikannya kepada anak-anak. Setiap identitas budaya memiliki ciri-ciri khas sendiri, saya ingin mempertahankannya karena saya mencintai identitas etnis saya”.

Ibu Ma Bio adalah salah seorang dari 9 seniman budaya di Provinsi Lam Dong yang mendapat gelar Seniman Unggul. Namun, sudah sejak lama, ia adalah seniwati sungguh-sungguh di dalam hati warga etnisnya di desa. Ia mengatakan, ia lahir dan dibesarkan di tepian sungai “Da Nhim” yang legendaris, sebuah bumi yang menyimpan banyak tarian luar biasa dari warga etnis minoritas Chu Ru, pada masa kanak-kanak di punggung ibunya, ia telah dinina-bobokkan dengan suara dari bonang, trompet Bau atau irama “rokel” yang mengalun-alun memblusuki celah-celah anak sungai.

Dengan aspirasi yang berkobar untuk memulihkan budaya etnisnya, setiap hari Ibu Ma Bio dengan diam-diammengajar, dan sampai sekarang semua anak di Desa Diom A mahir menyanyikan banyak lagu dan tarian, memukul bonang, dan meniup trompet Bau. Dan para anak itu sendiri akan menjadi generasi untuk memperpanjang kegandrungan yang tak habis-habisnya  dari Ibu Ma Bio kepada generasi penerus.

Saya menyukai budaya etnis saya dan suka belajar memainkan gong dan trompet Bau untuk turut melestarikan ciri-ciri budaya tradisional etnis saya.

- Saya belajar dengan seniman Ma Bio sudah 3 bulan. Saya tahu cara memainkan gong dan menyanyikan beberapa lagu dari etnis saya. Saya akan menyimpannya dan mengajarkannya kepada anak-anak.

Menghadapi budaya dari luar, seniwati Ma Bio takut bahwa kecintaan terhadap desa, festival, dan lagu-lagu rakyat tradisional yang unik dari etnisnya akan hilang jika tidak dikonservasikan dan dilestarikan, terutama untuk generasi di kemudian hari. Ia mengatakan:

“Warga etnis minoritas saat ini juga banyak mendengarkan musik modern. Tetapi saya ingin mempertahankan identitas budaya etnis saya, yang pertama-tama ialah untuk anak-anak dalam marga saya. Saya akan mencoba berseru kepada anak-anak supaya datang kepada saya, sehingga saya bisa mengajar mereka agar tradisi baik etnis saya tidak akan hilang”.

Budaya warga etnis minoritas Chu Ru hidup kembali di tengah-tengah hutan rimba belantara - ảnh 2Satu tarian rakyat etnis minoritas Chu Ru (Foto: nhandan.com.vn) 

Seniwati Ma Bio menjadi simbol kebanggaan dari etnis minoritas Chu Ru karena ia adalah salah satu di antara sedikit orang dari warga etnisnya yang telah mempersembahkan seumur hidupnya untuk menyimpan dan menghidupkan kembali ciri budaya warga etnis minoritas Chu Ru di tepian Sungai Da Nhim, di daerah dataran tinggi yang legendaris.

Di Kabupaten Don Duong, Ibu Ma Bio juga merupakan salah satu di antaraya sedikit seniman yang masih mempertahankan cukup banyak benda khas warga etnis minoritas Chu Ru. Semua benda ini sudah berusia ratusan tahun, bahkan rumah panggung tempat tinggal ia sudah berusia lebih dari 100 tahun. Ma Sa, seorang warga di Kecamatan Lac Xuan, Kabupaten Don Duong, mengatakan:

“Di antara para perempuan dari warga etnis minoritas Chu Ru, Ibu Ma Bio adalah orang yang tahu cara memainkan gong dan melestarikan budaya ini. Tidak hanya itu, ia juga mengajarkannya kepada anak-cucunya. Saya merasa bahwa warga etnis Chu Ru sangat bangga, di mana saja ada anak-anak yang membawa pertunjukan identitas etnis kami. Saya sendiri merasa sangat takut jika tradisi budaya ini akan hilang, tetapi untungnya ada  Ibu Ma Bio yang tetap bisa melatih generasi anak-anak sekarang ini. Hal itu menjadi  kebanggaan warga etnis Chu Ru”.

Dengan menghargai dan mempertahankan keindahan budaya asal-usulnya, Ibu Ma Bio telah bersemangat mencari, mengumpulkan dan memulihkan tarian-tarian yang pernah luntur dalam ingatan warga etnis minoritas Chu Ru, tetapi sampai sekarang telah hidup kembali secara kuat di masyarakat warga etnis minoritas Chu Ru. Ia berpikir bahwa, jika tetap sehat, maka tetap memberikan dedikasi untuk melestarikan dan memberdayakan generasi masa depan agar jiwa budaya bangsanya tidak akan hilang oleh waktu./.

Komentar

Yang lain