Festival dandan dari warga etnis minoritas Lo Lo

(VOVWORLD) - Festival-festival dandan diselenggarakan di banyak negara di dunia dan dianggap sebagai hari raya besar dari sebuah negara atau sebuah daerah. Di Vietnam, warga etnis minoritas Lo Lo juga memiliki satu festival “dandan” diri sendiri yang berlangsung pada tanggal 14 bulan Tujuh kalender imlek setiap tahun. Ini merupakan hari bagi marga-marga etnis minoritas Lo Lo menyembahkan nenek-moyang dan mengenangkan para pendiri marga-nya.
Festival dandan dari warga etnis minoritas Lo Lo - ảnh 1 Warga etnis minoritas Lo Lo berdandan menjadi orang hutan dalam festival dandan (Foto: VOV)

Komunitas etnis minoritas Lo Lo mempunyai 3 kelompok yang bermukim di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Meo Vac, Kecamatan Lung Tao dan Sung La, Kabupaten Dong Van, Provinsi Ha Giang, Vietnam Utara. Kelompok etnis minoritas Lo Lo Merah bermukim secara terfokus di Kecamatan Lung Cu, Kabupaten Dong Van dan di Kabupaten Meo Vac dan Yen Minh, Provinsi Ha Giang. Komunitas etnis minoritas Lo Lo Hitam bermukim di Kabupaten Bao Lam dan Bao Lac, Provinsi Cao Bang.

Warga etnis minoritas Lo Lo percaya bahwa manusia mempunyai dua bagian yaitu jasad dan arwah. Jasad adalah kehidupan di duniawi yang  bersifat sementara, sebaliknya, arwah termasuk pada  dunia kekal abadi. Sanak keluarga-nya setelah meninggal akan termasuk pada  satu dunia yang lain dan bisa berpengaruh terhadap kehidupan materiil dan spirituil anak-cucu-nya di duniawi. Oleh karena itu, setiap tahun anak-cucu dan sanak keluarga biasanya menyelengarakan acara penyembahan untuk mengenangkan orang-orang yang telah meninggal serta menyatakan penghormatan kepada nenek-moyang.

Acara penyembahan diselenggarakan oleh kepala marga pada tanggal 14 bulan tujuh kalender imlek setiap tahun. Di Kabupaten Meo Vac, acara tersebut diadakan di hutan tapi di Kabupaten Bao Lac diadakan di sawah. Lo Giang Pao menjelaskan:

“Setiap marga akan menyelenggarakan acara penyembahan di tempat yang berbeda selama tiga hari. Pertama-tama, menyelenggarakan acara penyembahan untuk mengumumkan hari penyembahan kepada semua nenek-moyang warga etnis minoritas Lo Lo. Marga besar yang untuk pertama menyembahkan adalah marga Cang di Kabupaten Meo Vac, menyusul kemudian adalah marga Thang dan setelah itu adalah marga Lo. Dan pada tanggal 14/7 kalender imlek, semua marga juga menyelenggarakan acara penyembahan. Di Provinsi Ha Giang, warga etnis minoritas Lo Lo mengadakan acara penyembahan di hutan yang disebut sebagai hutan keramat dan hutan dari nenek-moyang”.

Festival dandan dari warga etnis minoritas Lo Lo - ảnh 2 Warga etnis minoritas Lo Lo yang hidup di Kabupaten Dong Van, Provinsi Ha Giang (Sumber: Departamen Agama Pemerintah)

Acara penyembahan nenek-moyang dari warga etnis minoritas Lo Lo adalah tarian  dengan pakaian dari orang hutan, tidak ada pakaian-pakaian yang berwarna-warni. Para laki-laki yang sehat akan menggunakan daun bambu, daun rebung, daun jagung dan lain-lain sebagai pakaian kecuali dua mata. Mereka akan mempertunjukan 36 tarian secara terus-menerus seperti tarian memanggil arwah, tarian bajak huma, tarian memisahkan butir jagung, tarian kembali ke asal-usul dan sebagainya sampai saat acara penyembahan nenek-moyang berakhir. Tarian-tarian tersebut bisa cepat atau lambat tapi memanifestasikan secara hidup-hidup kehidupan warga etnis minoritas Lo Lo zaman dulu. Mereka percaya bahwa asal-usulnya dulu hidup di hutan, menggunakan daun dan rumput untuk membuat pakaian, maka sampai sekarang ketika mengadakan acara kalau ingin dihadiri nenek-moyang maka harus ada hantu rumput. Lo Giang Pao mengatakan:

“Mereka harus memerankan orang primitif. Mereka berpikir bawah ayah dan ibu langit ketika bertemu telah meninggalkan satu tetesan air. Tetesan air tersebut telah diubah menjadi batu. Monyet dilahirkan dari gua dalam batu tersebut dan berangsur-angsur menyebar di semua daerah dan menjadi umat manusia sekarang”.

Berbaur pada tarian-tarian adalah suara genderang perunggu, suara sitar Nhi, suara seruling yang mendeskripsikan kaki dari rombomgan orang yang melangkah di jalan-jalan yang berliku-liku. Aktivitas-aktivitas kehidupan sehari-hari juga dimanifestasikan secara jelas melalui tarian-tarian ini.

“Menyembah sambil menari. Seluruh hutan bergema dengan suara genderang perunggu. Setiap marga memiliki satu kumpulan genderang perunggu dengan cara memainkan dan cara memanifestasikannya sendiri”.

Setelah acara ritual berakhir juga adalah saat berlangsungnya acara pesta. Seluruh marga berbaur pada rombongan tarian untuk menyambut kesuksesan acara tersebut. Para lansia, laki-laki, perempuan atau anak-anak bersama-sama menikmati talam sajian dengan gembira menyambut satu tahun yang cuacanya baik. Meskipun bekerja atau hidup jauh dari kampung halaman, pada tanggal 14/7 kalender imlek, warga etnis minoritas Lo Lo tetap pulang ke kampung halaman untuk berkumpul dengan marga-nya, membakar dupa untuk menghormat  nenek-moyang. Itu tidak hanya merupakan satu pesta saja melainkan juga merupakan satu ritual spiritualitas untuk mengajar anak-cucu. Dengan makna tersebut, acara menyembahkan nenek-moyang dan acara tarian dandan yang khas dari warga etnis minoritas Lo Lo telah dimasukkan oleh  Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata ke dalam Daftar pusaka-pusaka budaya non-bendawi nasional pada tahun 2012. 

Komentar

Yang lain