Gong dan bonang dalam kehidupan spiritual warga etnis minoritas Tho

(VOVWORLD) - Warga etnis minoritas Tho di Vietnam (atau disebut dengan nama-nama lain seperti: Keo, Mon, Cuoi, Ho, Dan Lai, Ly Ha, Tay Pong, Con Kha, Xa La Vang…) sekarang pada pokoknya menghuni di kabupaten-kabupaten: Nghia Dan, Quy Hop, Tan Ky, dan kotamadya Thai Hoa (Provinsi Nghe An, Vietnam Tengah), Nhu Xuan, Thuong Xuan (Provinsi Thanh Hoa, Vietnam Tengah), dan beberapa daerah lain. 
Gong dan bonang dalam kehidupan spiritual warga etnis minoritas Tho - ảnh 1 Satu perangkat gong dan bonang dari warga etnis minoritas Tho terdiri dari 4 buah, digantung terurut dari kiri ke kanan di atas satu kuda-kuda (Foto: Giang Seo Pua/VOV4)

Banyak desa di kabupaten-kabupaten di daerah pegunungan di Provinsi Thanh Hoa dan Provinsi Nghe An tetap menjaga ciri-ciri budaya yang khas, seperti: busana tradisional, lagu rakyat dan tarian rakyat. Di antaranya, gong dan bonang selalu mempunyai posisi penting dan suci dalam kehidupan kultural dan spiritual mereka.

Pada zaman dulu, warga etnis minoritas Tho di desa-desa di dua provinsi Nghe An dan Thanh Hoa biasanya membangun desa di tengah-tengah hutan rimba (di setiap desa hanya ada sekitar 10 kepala keluarga). Ketika binatang buas datang  untuk mengacau, mereka memukul gong dan bonang. Ketika mendengar suara gong dan bonang itu, binatang buas takut dan melarikan diri ke hutan-hutan yang jauh. Dari situ, suara gong dan bonang yang bergema laksana sejenis senjata untuk menentang binatang buas dan mengusir hantu. Berangsur-angsur warga etnis minoritas Tho memukul gong dan bonang, lalu bersama-sama menyanyikan lagu-lagu rakyat dari warga etnisnya di bawah cahaya bulan yang cerah setelah hari-hari kerja yang susah payah di huma.

Perangkat gong dan bonang banyak digunakan secara luas di komunitas warga etnis minoritas Tho. Gong dan bonang dianggap sebagai benda yang suci, merupakan tali yang menghubungkan manusia di dunia fana dengan para dewa, merupakan tempat untuk menyimpan perasaan, terkait erat dalam kehidupan spiritual warga etnis minoritas Tho.

Dewasa ini, pada hari-hari raya, pesta padi baru atau upacara turun ke sawah, warga etnis minoritas Tho membuka pesta gong dan bonang. Biasanya pada hari-hari pertama tahun baru tradisional imlek, mereka memilih tanggal yang baik untuk mengadakan pesta gong dan bonang dengan keinginan untuk mengusir roh-roh buruk, berdoa untuk tahun baru yang baik, cuaca yang baik pula, cukup sandang cukup pangan, desa yang damai tenteram … dan sebagainya.

Suasana pesta menjadi gembira ketika suara gong dan bonang berbaur dalam suara nyanyian dan suara sorak-sorai dari para peserta permainan-permainan. Saudari Truong Thi Ly di Kecamatan Nghia Xuan, Kabupaten Quy Hop, Provinsi Nghe An, mengatakan:

“Musik warga etnis minoritas Tho sangat meriah. Saya sendiri ketika mendengarkan suara gong dan bonang di pesta-pesta, rasanya ingin berbaur dalam suara-suara itu”.

Satu perangkat gong dan bonang dari warga etnis minoritas Tho terdiri dari 4 buah, digantung terurut dari kiri ke kanan di atas satu kuda-kuda, di antaranya gong terakhir terbesar dan disebut gong induk. Menurut seniman Le Thi Dung dari Desa Thang Son, Kecamatan Yen Le, Kabupaten Nhu Xuan, Provinsi Thanh Hoa, gong dan bonang warga etnis Tho biasanya dipukuli oleh perempuan.

“Dalam pesta, menurut adat istiadat, perempuan memukul bonang dan laki-laki memukul gong. Pada hari-hari yang gembira atau hari pesta, warga etnis Tho memukul gong dan bonang, dari situ mewariskan kepada anak cucu tradisi budaya etnisnya”.

Saudari Truong Thi Luu, di Kecamatan Nghia Mai, Kabupaten Nghia Dan, Provinsi Nghe An, merupakan salah seorang yang ingat paling banyak lagu dendang sayang, dan memainkan gong dan bonang secara paling bagus di Desa Cao. Sejak berumur 3 atau 4 tahun, dia sudah diantar orangtuanya ke pesta gong dan bonang desa, sampai berumur 5-6 tahun, dia mulai belajar memainkan gong dan bonang. Dan sampai waktu berumur 14 tahun, dia telah memainkan secara bagus gong dan bonang etnisnya. Menurut saudari Luu, memukul gong dan bonang tidak begitu sulit, tetapi bukan semua orang bisa memainkannya karena ada banyak irama yang berbeda.

Kalau memainkan secara pelan-pelan, itu disebut “Cong Tu”. Setelah itu adalah “Cong Xam” yang lebih cepat. Dan kemudian adalah “Cong Ba” yang sangat cepat, seperti musik “Hip hop”. Gong dan bonang dipukul dalam acara perkawinan, hari haul cikal bakal atau hari pengucapan umur panjang. Pada hari-hari ini, suasana di keluarga yang merayakannya sangat gembira, banyak orang datang dan suara dari gong bergema jauh. Semua orang bisa bermain sepanjang malam”.

Setiap lembaran notasi musik dari gong dan bonang dianggap sebagai satu event penting dalam kehidupan kultural warga etnis minoritas Tho. Gong dan bonang juga merupakan bisikan dari hati orang terhadap langit dan bumi, gunung dan hutan, merupakan kata-kata bisikan dari para pria kepada para perempuan yang mencari jodoh untuk menyanyikan lagu-lagu dendang sayang. Melalui lagu-lagu ini, banyak pasangan etnis minoritas Tho telah menjadi suami-istri.

Mengalami banyak pasang surut dalam mengatasi banyak bencana alam dan binatang buas, sampai sekarang warga etnis minoritas Tho masih melestarikan suara gong dan bonang dalam kehidupan spiritual; turut menganeka-ragamkan identitas budaya tradisional komunitas etnis-etnis di Vietnam./.

Komentar

Yang lain