Kisah Baru Tentang Kain Ikat Etnis Minoritas Ede

(VOVWORLD) - Kerajinan menenun kain ikat sedang direvitalisasi kembali di banyak dukuh di Provinsi Dak Lak, di daerah dataran tinggi Tay Nguyen Vietnam Selatan yang tidak hanya turut melestarikan nilai-nilai budaya tradisional, tetapi juga bisa mengembangkan secara efektif perekonomian, satu cara bagi kaum perempuan etnis minoritas Ede untuk menegaskan kreativitas -nya dalam masyarakat modern. Banyak perempuan etnis minoritas Ede telah mengkombinasikan keindahan motif dan warna kain ikat Ede dengan bahan-bahan baru, sehingga berhasil menenun produk -produk baru untuk memperoleh pendapatan.
Kisah Baru Tentang Kain Ikat Etnis Minoritas Ede - ảnh 1 Pakaian-pakaian kain ikat siap diberikan kepada para pelanggan (Foto: VOV)

Pada suatu malam hari di bulan April, di rumah saudari H Ler Eban, di Dukuh Kniet, Kecamatan Ea Ktur, Kabupaten Cu Kuin, Provinsi Dak Lak, ada tiga orang penjahit yang sedang dengan cepat dan tepat waktu menyelesaikan penjahitan pakaian-pakaian seragam untuk memenuhi pesanan  dari pelayan di sebuah Restoran Pernikahan di Kota Buon Ma Thuot.

Kemeja dan rok berwarna hitam, pada bagian kerah, lengan dan ujung bawah rok dipadukan dengan motif kain ikat tenunan tangan etnis minoritas Ede. Saudari Ham Bkrong, salah satu di antara tiga penjahit itu, mengatakan bahwa dari sekedar bekerja di waktu senggang, menenun kain ikat telah menjadi pekerjaan utama selama lebih dari sepuluh tahun ini. Dia berkata, sekarang ketiga generasi dalam keluarga dia bisa menenun, dan ada 5 orang yang menjadi anggota Koperasi Pertenunan Kain Ikat “Tong Bong”, Kota Buon Ma Thuot.    

“Saya belajar dan tahu cara menenun, cara memintal benang dan kemudian mengajari adik saya. Kemudian saya mengajari dua orang anak saya dan sekarang mereka semua  bisa menenun. Di koperasi tempat saya bekerja dan saya mendapat gaji, di sini saya menenun dengan mesin, sedangkan di rumah saya menenun secara manual”.

Saudari H Phe Be BKrong, 23 tahun, mahasiswi tahun terakhir di Akademi Ilmu Pedagogi Dak Lak, menceritakan bahwa selama 4 tahun ini, menenun kain ikat telah membantunya  memperoleh sumber pendapatan untuk membiayai studi dan kebutuhan hidup, dan menjadi lebih mencintai kerajinan tradisional.

“Saya sudah tahu membuat motif di baju dan di rok. Setiap motif memiliki arti yang berbeda. Untuk menenun kain dengan motif itu, diperlukan ketekunan, kerajinan, dan kecintaan terhadap kerajinan dan keinginan untuk melestarikan tradisi budaya dan busana etnis”.

Seiring dengan produk-produk tradisional, ada lebih banyak lagi produk baru yang dibuat dari kain ikat, seperti selendang, dompet, tas tangan, ikat pinggang, suvenir untuk wisatawan; taplak meja, hiasan dinding untuk restoran dan hotel. Pakaian dari kain ikat inovatif juga memuaskan pelanggan yang ingin melestarikan budaya tradisional.

Beberapa perempuan juga mendesain pakaian kain ikat Ede yang inovatif dan membuat brand sendiri. Saudari H Ler Eban, pemilik toko jahit Ami Sia, di Dukuh Knit, Kecamatan Ea Ktur, Kabupaten Cu Kuin, mengatakan bahwa rata-rata setiap bulan toko penjahitannya menjual sekitar 40  setelan, dengan harga kira-kira 400.000 - 1 juta  VND persetelan. Dengan berkoneksi  di medsos atau jejaring sosial, pakaian kain ikat yang inovatif telah mendapat banyak pesanan dari dalam dan luar provinsi, termasuk para pelanggan yang adalah diaspora Vietnam yang tinggal di Amerika Serikat dan Australia.

“Dalam waktu dekat, saya tidak hanya menginovasikan pakaian warga etnis Ede saja, tetapi juga memberikan kesempatan kepada para artisan untuk menenun motif pada busana tradisional Vietnam “Ao Dai” untuk menciptakan ciri yang unik. Jika pesanan penjahit “Ao Dai” dapat dikembangkan, maka akan menciptakan lebih banyak pekerjaan bagi para artisan untuk memperoleh lebih banyak pendapatan”.

Kerajinan menenun kain ikat sedang direvitalisasi di banyak dukuh di provinsi Dak Lak. Banyak daerah telah membentuk koperasi dan kelompok menenun kain ikat seperti di Dukuh Tong Ju dan Dukuh Bong (Kota Buon Ma Thuot), Kecamatan Ea Tul (Kabupaten Cu Mgar), Kecamatan Ea Blang (Kotamadya Buon Ho), Dukuh Mui 2 (Kecamatan Cu Ne, Kabupaten Krong Buk)…

Juga berkat produk yang beraneka-ragam dari kombinasi tenun manual dan tenun mesin, banyak koperasi telah menciptakan pekerjaan yang stabil bagi banyak anggota-nya. Direktur Koperasi Pertenunan “Tong Bong” (Kecamatan Ea Kao, Kota Buon Ma Thuot), Ibu H Yam Buon Krong, mengatakan,  pendapatan tahun lalu mencapai 1,2 miliar Dong Vietnam, sehingga pendapatan rata-rata mencapai 3,5 juta Dong Vietnam per orang per bulan.

Kisah Baru Tentang Kain Ikat Etnis Minoritas Ede - ảnh 2Seiring dengan produk-produk tradisional, ada lebih banyak lagi produk baru yang dibuat dari kain ikat, seperti selendang, dompet, tas tangan, ikat pinggang (Foto: VOV)

Produk kain ikat telah menemukan  output yang stabil di provinsi-provinsi Dak Lak, Dak Nong, Da Nang, dan Quang Nam. Saat ini, koperasi sedang mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat dan homestay agar kerajinan menenun kain ikat bisa  semakin berkembang. 

“Yang pertama adalah model produk tenun harus beragam, selain rok, kemeja, tas... gaun pengantin  juga dibuat untuk digunakan semua orang. Dulu orang-orang hanya menggunakan kain ikat  pada waktu festival, sekarang pada hari-hari biasa mereka juga mengenakan-nya.. Kedua, arah pengembangan yalah tenun kain ikat dikaitkan dengan pariwisata berbasis masyarakat untuk dipromosikan kepada wisatawan.”

Kerajinan menenun kain ikat kini tidak hanya menjadi tolok ukur dari kepiawaian perempuan etnis Ede tradisional, melainkan juga menunjukkan kemodernan, kedinamisan dan kekreatifan mereka untuk mengubah kain ikat menjadi produk barang dagangan dan menghasilkan pendapatan bagi keluarga dan masyarakat. Dari identitas budaya tradisional, kain ikat etnis minoritas Ede sedang mendapatkan tiupan angin baru./.

Komentar

Yang lain