Rumah Trinh Tuong yang unik dari warga etnis minoritas Pu Peo

(VOVworld) – Rumah “Trinh Tuong” atau rumah yang dindingnya dibuat  dari tanah, merupakan salah satu keunikan dari warga etnis minoritas di provinsi Ha Giang, diantaranya ada warga etnis minoritas Pu Peo. Warga etnis Pu Peo berpendapat bahwa menang-gagalnya kehidupan setiap keluarga dan setiap perseorangan sangat bergantung pada lahan dan rumah tempat mereka mukimkan. Oleh karena itu, dari tahap memilih lahan, membuat rumah sampai saat mulai bermukim merupakan satu proses yang mengandung banyak adat istiadat dari warga etnis Pu Peo.


Rumah Trinh Tuong yang unik dari warga etnis minoritas Pu Peo - ảnh 1
Rumah Trinh Tuong dari etnis minoritas Pu Peo
Foto: baomoi.com


Warga etnis minoritas Pu Peo dari dulu biasanya mencari lembah-lembah kecil di tengah-tengah hutan dan gunung untuk membuat rumah dan membangun dukuh karena di tempat itu bisa menanam padi, menanam bambu muda, jamur, membudidayakan tawon madu, dll. Ketika memilih lahan, kepala keluarga biasanya menggali satu lubang kecil di tengah-tengah lahan tersebut, lalu meletakkan beberapa butir gabah kemudian ditutup dengan satu mangkok. Setelah 3 hari, gabah ini masih utuh dan tidak berubah jumlahnya, maka lahan ini bisa digunakan untuk membuat rumah. Bapak Lu Pa Sau, seorang warga etnis Pu Peo di kecamatan Dong Van, provinsi Ha Giang, memberitahukan: Pertama kami membuat tiang rumah, lalu setelah itu membangun kerangka rumah, berikutnya kami mulai membuat dinding. Bahan pokok yang digunakan ialah tanah di sekitar rumah yang biasanya adalah tanah berwarna kuning karena jika menggunakan tanah berwarna hitam, dindingnya tidak kokoh dan akan roboh. Dalam dinding ini, kami meletakkan pohon “Sat” untuk membantu dinding tidak retak. Pembuatan satu rumah biasa memakan waktu selama 15 hari.

Fundasi rumah Trinh Tuong dibuat dari batu dan di bagian luar kaki dinding akan ditumpuk batu yang tingginya kira-kira setengah meter untuk mencegah kelongsoran. Luu San Van, anggota tim yang mengoleksi dan meneliti kebudayaan etnis-etnis di provinsi Ha Giang, memberitahukan: Tanah yang dipilih untuk membuat dinding adalah tanah liat karena ia halus, kokoh dan ketika dicampur dengan sedikit batu maka rumah nanti tidak retak dan tahan lama. Oleh karena itu, rumah-rumah di sini umurnya bisa sampai ratusan tahun.


Rumah Trinh Tuong yang unik dari warga etnis minoritas Pu Peo - ảnh 2
Pembuatan rumah "Trinh Tuong"
Foto: hoteljob.vn


Menurut kaum lansia etnis Pu Peo, dulu warga etnis ini pernah tinggal di rumah panggung seperti berbagai etnis-etnis sesaudara yang lain, tapi ketika membuat rumah panggung harus menggunakan banyak pohon, pada saat hutan selalu merupakan sumber yang menghidupi manusia. Dengan fikiran seperti ini, warga etnis Pu Peo menemukan cara yaitu membangun rumah dinding tanah untuk menjaga hutan. Rumah warga etnis Pu Peo membelakangi hutan yang biasanya mengarah ke sebelah selatan atau tenggara dan dibuat dengan dinding tanah yang tebal, atapnya dilapisi dengan rumput alang-alang sebagai atap sehingga terasa hangat pada musim Dingin dan sejuk pada musim panas. Bapak Luu San Van memberitahukan: Rumah dari warga etnis minoritas Pu Peo biasanya terdiri dari 3 ruang, 2 atap dan dulu pada pokoknya dianyam dengan rumput alang-alang. Kemudian mereka menggunakan atap. Ruang utama berada di tengah, di sebelah kanan ada ruang dapur yang terdiri dari dua dapur api yang mengarah ke arah matahari terbit. Warga etnis Pu Peo membuat satu ruang dapur yang dianggap sebagai tempat yang sangat penting. Ketika membuat altar, mereka harus menyiapkan satu ekor ayam sesaji untuk ruang dapur ini.

Rumah “Trinh Tuong” dari warga etnis minoritas Pu Peo ada satu pintu utama di ruang tengah, dengan 5 jendela yang membantu rumah ini selalu cerah dan sejuk. Selain itu, dalam rumah ini selalu dibuat satu loteng cukup besar yang digunakan untuk menyimpan jagung, beras, daging kering atau tempat tidur ketika ada anggota baru atau tamu.

Setelah selesai membangun rumah ini, warga etnis Pu Peo akan mengadakan upacara masuk rumah baru untuk memuja kepada nenek moyang, Dewa Hutan dan Dewa Tanah, dll. Sebelum masuk berpindah ke rumah baru, dukun akan membakar hio kepada nenek moyang di rumah lama untuk memohon ijin pindah ke rumah baru, kemudianmemuja para dewa di sekitar rumah tersebut, lalu membakar hio di dapur dan pintu masuk. Setelah upacara di dapur suci dan pintu masuk, mereka baru boleh menyalakan api di dapur untuk menyiapkan barang-barang persembahyangan di altar nenek moyang. Upacara pindah ke rumah baru diadakan pada saat pagi benar dan harus selesai pada saat fajar. pada pagi harinya, sanak keluarga dan tetangga akan datang untuk menyampaikan ucapan selamat. Mereka biasanya membawa ayam, babi, arak atau sedikit uang dengan harapan supaya keluarga baru ini sukses dalam usaha, sehat dan berbahagia. 

Komentar

Yang lain