Vietnam mendukung usaha mendorong kerjasama di bidang aksi ranjau kemanusiaan

(VOVworld) – Pada Rabu pagi (18 Juni) di kota Hanoi dibuka Konferensi pertama kelompok pakar urusan Aksi ranjau kemanusiaan dalam kerangka kerjasama pertahanan negara-negara ASEAN yang terbuka (ADMM+). Konferensi ini menyerap kehadiran para wakil dari 18 negara anggota ADMM+ dan wakil Badan Sekretariat ASEAN. Ini untuk pertama kalinya Vietnam dan India bersama-sama memimpin penyelenggaraan konferensi ini guna menyusun rencana aksi bagi kelompok pakar ADMM+ urusan aksi ranjau kemanusiaan tahapan 2014-2017. Pada konferensi ini, Deputi Menteri Pertahanan Vietnam, Nguyen Chi Vinh memberitahukan: perang sudah lama lewat tapi akibatnya tetap sedang terus berpengaruh terhadap lingkungan hidup, keamanan dan syarat perkembangan ekonomi banyak negara di kawasan. Negara-negara yang menderita pengaruh harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menanganinya.

Vietnam mendukung usaha mendorong kerjasama di bidang aksi ranjau kemanusiaan - ảnh 1
Deputi Menteri Nguyen Chi Vinh
(Foto: qdnd.vn)

Di Asia Tenggara, Vietnam merupakan salah satu diantara negara-negara yang terpengaruh akibat polusi ranjau dan bahan peledak. Ini juga merupakan masalah yang memerlukan bantuan dari kawasan dan komunitas internasional. Deputi Menteri Nguyen Chi Vinh juga memberitahukan: Pemerintah serta Kementerian Pertahanan Vietnam sangat memperhatikan dan mendukung usaha mendorong aktivitas-aktivitas kerjasama di bidang aksi ranjau kemanusiaan dengan negara-negara di dalam dan luar kawasan, baik secara bilateral maupun multilateral. Deputi Menteri Nguyen Chi Vinh menekankan: “Vietnam telah mengalami banyak peperangan, maka situasi polusi bom, ranjau dan akibatnya terhadap rakyat kami sangat berat dan menyakitkan. Saya fikir dengan semua bukti yang hidup-hidup itu, kita punya tekad yang lebih tinggi untuk bersama-sama bekerjasama, supaya tidak ada seorang warga manapun yang menderita musibah bom dan ranjau lagi, supaya rakyat dapat hidup dan berproduksi secara aman di bumi warisan nenek moyang”.

Menurut rencana aksi dari kelompok tersebut, kelompok ini akan membentuk kanal koordinasi dan mekanisme kerjasama untuk berbagi informasi, bertukar pengalaman dan segi-segi hukum yang bersangkutan dengan aksi ranjau kemanusiaan; mengadakan pertunjukan-pertunjukan teknis untuk mensurvei, membersihkan bom, ranjau dan bahan peledak yang menerapkan teknologi dan teknik baru, dll. Konferensi terakhir kelompok pakar akan diadakan pada akhir 2016 atau awal 2017 guna menilai dan mengevaluasikan aktivitas, menarik pelajaran, merekomendasikan program dan proyek kerjasama yang kongkrit bagi tahun-tahun berikutnya./.
Berita Terkait

Komentar

Yang lain