(VOVWORLD) -Berawal dari keinginan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi para penyandang disabilitas, The Rieng, sebuah warung makanan kecil di pusat kota Hanoi, telah menjadi tempat bagi remaja bisu tuli untuk mengembangkan kemampuan mereka, mendapatkan pengakuan, dan percaya diri terhubung dengan masyaraka
Warung makanan dan kafe The Rieng (Foto:Khánh Long/VNP)
|
Setiap hari, Tran Thu Phuong naik bis sekitar 20km dari luar kota ke The Rieng, di pusat Ibukota Hanoi untuk bekerja. Meskipun menempuh perjalanan yang jauh, tetapi dia tidak mau memilih pekerjaan yang lain. Karena The Rieng, tempat dimana dia bekerja ada para orang bisu tuli seperti dia. Dan yang lebih penting lagi, di sana Phuong bisa mengembangkan kreasinya dengan pekerjaan yang dia sukai. Karena tidak bisa mendengar, dan tidak bisa berbicara, maka pada banyak event yang khusus, Phuong membutuhkan seseorang untuk membantu menerjemahkan bahasa isyarat.
- Apakah kamu suka pekerjaanmu?
- (..)
_ Kenapa? Dulu Phuong pernah bekerja di tempat lain, tapi itu sangat sulit. Model untuk tuna rungu sangat cocok. Semua staf di sini menggunakan bahasa isyarat, Phuong sangat suka pekerjaan di sini. Phuong senang menjadi barista, menantang diri sendiri untuk mengingat resepnya. Saat mesin pengocok mengeluarkan suara gemerisik di sekitar telinga, Phuong bisa mendengar suara-suara itu. Lalu, ketika Phuong melihat pelanggan minum minuman yang dia campur dan mereka puas, Phuong merasa sangat senang.
Para staf di sini orang bisu tuli (Foto: Khánh Long/VNP) |
Sedangkan untuk Luong Viet Quang, seorang pelayan berusia 19 tahun dengan wajah yang sangat tampan, suka mendengarkan suara-suara lain.
(Suara: Hallo, staf The Rieng adalah orang bisu tuli. Sangat senang melayani Anda)
Quang tidak bisa mendengarkan suara ini, tetapi dia bisa merasakan getaran mesin ketika pelanggan menekan perangkat penghubung di atas meja untuk meminta layanan. Sementara itu, Nguyen Thi Kim Anh, yang telah bekerja sebagai asisten selama bertahun-tahun karena banyak tempat tidak percaya bahwa orang bisu tuli dapat memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik, tetapi di The Rieng, Kim Anh bekerja sebagai kasir, pekerjaan yang sama sekali baru baginya. Semua orang harus sangat sabar untuk melatih keterampilan Kim Anh, menunjukkannya sedikit demi sedikit, bahkan mengirim pesan teks pada awalnya untuk membantu Kim Anh secara bertahap terbiasa dengan pekerjaan itu. Yang paling membahagiakan Kim Anh adalah dihargai, kemampuannya sangat diakui, dan diperlakukan sama seperti orang lain. Setiap orang bisu tuli di The Rieng memiliki kisah yang berbeda, tetapi mereka semua memiliki impian yang sama untuk menegaskan diri dan berintegrasi pada komunitas. Pham Thai Ha, seorang pelanggan The Rieng, berkata:
“Meskipun meraka tidak bisa berkomunikasi secara wajar, tetapi keantusiasme dan kecermatannya dimanifestasikan memalui mata atau peralatan bantuan. Saya merasa rilex, makanan di sini enak dan ceritanya bermakna.”
Mereka menggunakan bahasa isyarat (Foto: Khanh Long/VNP) |
Pada tahun 2019, setelah pertemuan yang tak terduga dengan seorang sahabat tuna rungu, yang kini menjabat sebagai manajer personalia The Rieng, Vu Van Dung, muncul ide dengan untuk membuka restoran khusus bagi komunitas tuna rungu. Setelah melalui berbagai penundaan The Rieng baru beroperasi pada tahun 2024. Meskipun telah diseleksi dan dilatih dengan cermat, kesulitan dalam berkomunikasi dan kesalahpahaman terhadap cara kerja para karyawan membuat Dung merasa kesulitan dan berpikir untuk menyerah. Namun, melihat upaya orang-orang yang kurang beruntung, Dung merasa percaya diri dan menemukan cara untuk mengatasi hambatan bersama sehingga The Rieng dapat kembali membuka pintunya untuk menyambut tamu. Vu Van Dung berkata:
“Mereka sangat disiplin dan antusias. Saya ingin menciptakan lapangan kerja bagi para tuna rungu agar mereka dapat lebih terintegrasi dengan masyarakat. Setelah modal investasi lunas, sisa keuntungan akan disumbangkan ke dana pendidikan bagi para tuna rungu dan penderita kanker yang berada dalam kondisi sulit. Saya ingin agar penyandang disabilitas setara dengan orang normal. Dan dengan orang yang dapat mendengar dengan normal, akan ada perspektif yang berbeda dari para tuna rungu, mereka dapat bekerja seperti orang normal.”
Saat mengucapkan selamat tinggal dan bertemu kembali dengan pelanggan, staf The Rieng membuat isyarat. Yaitu, menggenggam jari-jari mereka membentuk hati, mendekatkannya ke bibir yang tersenyum, dan membukanya seperti kelopak bunga yang mekar untuk mengucapkan terima kasih. Terlepas dari banyak kesulitan dan kekurangan, setiap hari mereka berusaha untuk bekerja, berintegrasi, menciptakan nilai-nilai untuk menegaskan diri dan bangkit dengan percaya diri dalam hidup./.